KABARBURSA.COM - PT PAM Mineral Tbk (NICL) buka suara soal rencana hilirisasi namun, ia menegaskan saat ini perusahaannya masih fokus strategi bisnis perusahaan saat pada penguatan lini hulu, khususnya dalam kegiatan penambangan bijih nikel kadar tinggi.
Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Utama PT PAM Mineral Tbk, Ruddy Tjanaka, saat menjawab pertanyaan KabarBursa.com dalam sesi tanya jawab public expose NICL pada Senin, 19 Mei 2025.
"Memang ada wacana untuk masuk ke hilirisasi atau rantai baterai, tapi sampai sekarang kami masih fokus kepada core business kami, yaitu menambang dengan baik untuk memasok ke smelter yang ada," ujar Ruddy Tjanaka.
Meskipun begitu, Ruddy menyebutkan bahwa perusahaan terbuka terhadap peluang kerja sama strategis maupun akuisisi, termasuk menjadi bagian dari rantai pasok smelter melalui kolaborasi dengan pihak ketiga.
“Kami sedang menjajaki kemungkinan kerja sama dengan beberapa smelter. Pembicaraannya cukup intensif dan kami tidak menutup kemungkinan untuk berkolaborasi lebih jauh,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Ruddy mengungkapkan bahwa saat ini NICL tengah memproses akuisisi terhadap entitas tambang baru, yakni PT Sumber Minerala Abadi. Proses tersebut saat ini sedang menunggu persetujuan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
“Salah satu langkah strategis kami tahun ini adalah akuisisi PT Sumber Minerala Abadi. Prosesnya masih berjalan dan kami berharap dapat diselesaikan dengan baik tahun ini,” ujarnya.
Saham NICL dihentikan sementara perdagangannya oleh Bursa Efek Indonesia pada 14 Mei 2025 lalu pantauan Kabar Bursa hingga saat ini sahamnya masih dihentikan di harga Rp1.060. Alasannya, karena mengalami lonjakan harga yang signifikan dalam waktu singkat.
Menanggapi pertanyaan terkait suspensi saham NICL yang sempat dilakukan Bursa Efek Indonesia (BEI), Ruddy menyampaikan harapannya agar ke depan terdapat mekanisme klarifikasi terlebih dahulu sebelum suspensi diberlakukan.
“Sebagai emiten, kami berharap ada ruang untuk menjelaskan terlebih dahulu sebelum suspensi dilakukan. Karena dampaknya cukup signifikan terhadap persepsi investor,” jelas Ruddy. “Walaupun memang sudah. Kalau stiker UMA itu kita paham. Tapi mohon izin supaya jangan langsung disuspensi." kata dia.
Ia keberatan lantaran suspensi dinilai akan memberikan dampak baik langsung maupun tida langsung negatif kepada investor.
NICL, lanjut Ruddy, berkomitmen untuk terus memperbaiki tata kelola perusahaan serta menjalankan prinsip transparansi kepada pemegang saham dan regulator. Perusahaan juga akan mengambil langkah-langkah perbaikan sebagai bagian dari proses rehabilitasi pasca suspensi. Selain itu, Ruddy juga menekankan setelah terkena suspensi stigma masyarakat soal penghentian itu akan melekat cukup lama.
“Kami siap lebih terbuka dan akan terus berkomitmen terhadap praktik good governance. Ini menjadi pelajaran penting bagi kami untuk lebih cepat menyampaikan informasi kepada publik,” kata dia.(*)