KABARBURSA.COM - Pasar saham di Asia menyambut minggu ini dengan suasana enggan. Sentimen hati-hati investor menguat, mengarah pada sorotan intens terhadap agenda penting di Washington: pertemuan Presiden AS Donald Trump dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy.
Ketegangan geopolitik menciptakan dinamika pasar yang beragam. Saham-saham Jepang cenderung stabil, berlawanan dengan tekanan jual yang mengepul di bursa Australia dan Korea Selatan. Indeks berjangka S&P 500 pun hanya merangkak naik 0,1 persen. Sementara itu, harga minyak mentah Brent menyusut sekitar 0,3 persen—sebuah respons terhadap meredanya kekhawatiran pasokan pasca-KTT AS-Rusia, yang berlalu tanpa peningkatan eskalasi politik.
Dolar AS berkutat di zona sempit, mengindikasikan bahwa pasar masih dalam modus ‘siaga’. Hasil dialog Trump-Putin sebelumnya tampaknya belum memunculkan giriş baru—dan kini, perhatian dialihkan ke pertemuan Trump-Zelenskiy yang diyakini bisa menjadi penentu sentimen global selanjutnya.
Retret tahunan The Fed di Jackson Hole memperkuat lagi nuansa skeptisisme. Pasar menunggu pidato Gubernur Jerome Powell sebagai sinyal arah kebijakan suku bunga selanjutnya, terutama setelah laporan ekonomi AS yang belum menunjukkan pola pasti.
Jordan Rochester, Kepala Strategi Makro EMEA di Mizuho Corp., merumuskan situasi pasar dengan kata sederhana: “Pasar masih berhitung.” Ia menambahkan bahwa respons kemungkinan terbatas, lantaran semua kini bergantung pada sejauh mana Ukraina mampu menanggapi tuntutan Rusia.
Namun, harapan tetap bertahan sebagai bahan bakar utama sentimen. Permasalahan global yang tampak rumit pun belum cukup meredam optimisme bahwa suatu jalan menuju perdamaian bisa terbuka meski secara perlahan.
Zelenskiy tiba di Washington bersama para pemimpin Eropa dengan kecemasan besar. Mereka berharap mendapatkan lebih dari sekadar janji angin, tapi kepastian dari diskusi Trump-Putin. Presiden Ukraina kini menghadapi tekanan potensial untuk menerima kompromi yang menyesakkan.
Menurut sumber terpercaya, AS kemungkinan akan fokus pada segi wilayah dari tuntutan Rusia, sementara Kyiv berupaya mendapatkan jaminan keamanan dari sekutu Baratnya.
Harga minyak menempel pada rentang terbatas, seolah menolak bergerak tanpa arah jelas. Helima Croft, Kepala Strategi Komoditas RBC Capital Markets, menyampaikan bahwa “tidak banyak hasil konkret dari KTT Jumat lalu.” Kini, mata pasar dialihkan ke India dan China—teknologi kedua negeri ini digadang bisa mempengaruhi arah modal energi global.
Croft memperkirakan Trump memilih menunda sanksi atau murah hati melepas tekanan pada sektor energi Rusia termasuk tarif sekunder.
Sementara itu, Wall Street mundur sedikit dari rekor tertingginya, merespons data ekonomi domestik yang menunjukkan ketidakkonsistenan dalam kepercayaan konsumen terhadap perekonomian.
Pekan ini, dua agenda utama layak dicermati: perilisan data inflasi Jepang—penentu langkah Bank of Japan selanjutnya—serta pergerakan suku bunga pinjaman utama China, di tengah harapan pasar atas stimulus baru dari Beijing untuk meredam ketegangan perdagangan global.(*)