KABARBURSA.COM - Prabowo Subianto kemungkinan besar menjadi Presiden Republik Indonesia berikutnya. Menarik untuk ditunggu siapa yang akan mengisi posisi Menteri Keuangan di era Presiden yang notabene anak Menteri Keuangan era Orde Lama.
Bagaimanapun publik mungkin perlu diingatkan bahwa Prabowo Subianto merupakan anak dari Menteri Keuangan era Orde Lama, Soemitro Djojohadikoesoemo. Soemitro, merupakan tokoh keuangan Indonesia yang telah menelusuri ratusan buku dan tulisan para pemikir ekonomi terkemuka dunia. Soemitro, seorang intelektual muda Indonesia yang pernah bersekolah di Rotterdam, Belanda dan telah mengabdikan waktu dan pikirannya untuk memahami esensi pemikiran Karl Marx, Joseph Schumpeter, Eugen von Böhm-Bawerk, Irving Fisher, dan banyak lagi.
Soemitro juga terpengaruh oleh gagasan-gagasan yang disampaikan oleh para pemikir dari Fabian Society, sebuah perkumpulan pemikir sosial Inggris yang memperjuangkan pembangunan masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip sosialisme demokratis.
Namun, apa yang membuat kisah Soemitro menjadi luar biasa adalah kebijaksanaannya dalam meramu pemikiran ekonomi dengan kondisi politik yang ada di dalam negeri. Meskipun secara ideologis ia menentang pembatasan perdagangan, ia sadar bahwa kondisi politik di Indonesia saat itu tidak memungkinkan adanya perdagangan bebas.
Ketika ditanya tentang kebijakannya selama menjabat sebagai menteri di era Orde Lama, Soemitro menjelaskan bahwa tujuannya adalah untuk mengurangi pengaruh Belanda dalam perekonomian Indonesia yang pada saat itu masih terasa kuat.
Pertentangannya dengan Syafruddin Prawiranegara juga menjadi sorotan dalam perjalanan kariernya. Soemitro melihat kebijakan Syafruddin sebagai kelanjutan dari pemerintahan kolonial, yang menurutnya tidak sejalan dengan visi kemerdekaan ekonomi Indonesia.
Menurut Soemitro, ekonomi kolonial Indonesia terbagi menjadi dua: ekonomi agraris yang kurang berkembang dan ekonomi kapitalis yang terkait erat dengan sistem perdagangan internasional. Untuk mengatasi ketidakseimbangan ini, Soemitro mengadopsi teori ekonomi William Arthur Lewis yang menganjurkan pemerintah mendukung industrialisasi untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja.
Namun, yang menarik perhatian adalah pandangan Soemitro terhadap investasi asing. Meskipun secara politik ia cenderung ke Blok Barat dan menentang komunisme, Soemitro menekankan bahwa investasi asing harus disertai dengan partisipasi modal dalam negeri dan peningkatan sumber daya manusia, serta reinvestasi laba dalam ekonomi Indonesia.
Berpindah dari kebijakan ekonomi, Soemitro juga menekankan pentingnya koperasi untuk memajukan ekonomi pedesaan, sambil tetap mendukung anggaran yang berimbang untuk mencegah keborosan dan penolakan pemangkasan anggaran pembangunan yang dianggapnya penting.
Jika tidak ada perubahan signifikan, Prabowo Subianto, putra Soemitro akan dilantik jadi Presiden ke-8 menggantikan Jokowi. Bicara soal siapa yang akan menjadi Menteri Keuangan di era anak Soemitro tersebut, santer bahwa kemungkinan Prabowo memiliki pandangan pasti yang tepat mengenai siapa yang akan menduduki posisi tersebut. Dan banyak pihak menafsir bahwa sosok itu bukanlah Sri Mulyani yang saat ini menjadi Menkeu.
Anggota Dewan Pakar TKN Prabowo-Gibran Drajad Wibowo menyebut sosok menteri keuangan era Presiden Jokowi dan SBY Sri Mulyani kemungkinan itu tak masuk dalam daftar anggota kabinet Prabowo-Gibran. Ia mengatakan Prabowo tidak punya chemistry yang cocok dengan Sri Mulyani.
"Sebagai ekonom membaca dan melihat memang chemistry Pak Prabowo dengan Mba Ani (sapaan akrab Sri Mulyani) enggak jalan," ujarnya saat berbincang dengan media, Senin 19 Februari 2024.
Direktur Center of Economic and Law (CELIOS) Bhima Yudhistira menduga ada empat alasan mengapa Prabowo tak punya chemistry dengan Sri Mulyani sehingga membuat peluangnya menjadi Menteri Keuangan lagi kecil. Padahal keduanya adalah menteri di Kabinet Indonesia Maju.
Analis Senior Indonesia Strategic and Economic Action Institution (ISEAI) Ronny P Sasmita menilai secara ideologi anggaran, Ani dan Prabowo sebenarnya sangat cocok karena sudah sama-sama berada di kabinet Presiden Joko Widodo (Jokowi). Dengan kecocokan itu harusnya, secara prinsip mereka tak terlihat bermasalah.
Investor dan pelaku pasar merespon positif hasil Quick Count Pemilu 2024 menunjukkan Potensi Pemilu 2024 satu putaran dan dimenangkan oleh Paslon 02 Prabowo-Gibran. Ke depan invetsor menanti racikan jajaran kabinet Prabowo jika menang Pemilu utamanya di sektor ekonomi dan keuangan.
Ekonom UI, Ninasapti Triaswati mengatakan pentingnya kabinet baru disini orang-orang profesional dan sangat meritokrasi yang memahami bidangnya.
Di bidang BUMN, saat ini "korupsi" masih menjadi musuh sehingga harus ditangani oleh profesional yang tidak terlalu banyak terkait politik. Selain itu Menteri Keuangan harus dipegang oleh profesional yang teguh & tidak gampang didikte karena cukup berat menghadapi tekanan politik dan menekan jumlah utang.
Selain itu dibutuhkan kabinet dalam pemerintahan 2024-2029 utamanya di sektor ekonom untuk mengatasi berbagai persoalan ekonomi, baik inflasi, kemiskinan hingga PHK. Diharapkan Menko Perekonomian, Bappenas dan Menteri Keuangan diisi sosok yang mampu bekerja sama menopang ekonomi termasuk kelas menengah.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.