KABARBURSA.COM - Chief Economist Citi Indonesia, Helmi Arman, memperkirakan Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed bakal menurunkan suku bunga pada Juli 2024 mendatang.
"Kami berekspektasi bahwa penurunan suku bunga The Fed diperkirakan mulai terjadi bulan Juli," kata Helmi dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu 22 Mei 2024.
Dengan perkiraan penurunan suku bunga The Fed tersebut, Helmi memprediksi indeks dolar terhadap berbagai mata uang dunia bakal stabil.
"Jadi kontras dengan bulan April dan bulan-bukan sebelumnya, di mana indeks dolar itu menguat di level tinggi," ungkapnya.
Lebih lanjut Helmi melihat, bahwa keseimbangan pasar valas di kuartal ketiga akan tetap baik dan relatif terhadap dengan kuartal kedua. Sehingga, kata dia, tekanan terhadap nilai tukar akan tetap terjaga.
Sebelumnya pada awal Mei lalu, The Fed menahan suku bunga acuan di level 5,25-5,50 persen. Ini merupakan penahanan keenam kalinya secara beruntun.
Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC), Pada pertemuan Rabu, 1 Mei 2024,memutuskan dengan suara bulat untuk tidak mengubah suku bunga acuan, yang tetap berada dalam kisaran target 5,25 persen hingga 5,5 persen sehingga menjadi yang tertinggi dalam dua dekade terakhir.
Gubernur The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell mengatakan bahwa butuh waktu lebih lama dari perkiraan sebelumnya untuk memastikan bahwa inflasi akan kembali ke target 2 persen The Fed, sehingga secara substansial mengurangi kemungkinan penurunan suku bunga dalam waktu dekat.
Powell menyatakan bahwa saat ini kebijakan moneter bersifat ketat, dan terkadang cukup ketat untuk mengembalikan inflasi ke target. Ia juga menolak untuk membuat perkiraan tentang seberapa besar kemungkinan pemangkasan akan terjadi tahun ini, dan menekankan bahwa kebijakan memerlukan lebih banyak waktu untuk memberikan hasil yang diinginkan.
Lebih lanjut, FOMC masih bertujuan melakukan soft landing, dengan mengatakan bahwa risiko-risiko untuk mencapai target ketenagakerjaan dan inflasi telah bergerak menuju keseimbangan yang lebih baik selama setahun terakhir.
The Fed mengumumkan bahwa mereka akan memperlambat laju pengetatan kuantitatif mulai 1 Juni, menurunkan batas jumlah sekuritas Treasury yang keluar dari neraca lebih dari setengahnya, menjadi USD25 miliar setiap bulan dari USD60 miliar.
Para pejabat mempertahankan laju limpasan untuk sekuritas yang didukung hipotek pada maksimum USD35 miliar per bulan. Powell mengatakan tidak ada sinyal mengenai kebijakan.
Raih Laba Bersih
Citi Indonesia mampu meraih laba bersih sebesar Rp665,9 miliar pada triwulan I 2024. Catatan ini meningkat 17 persen dibanding periode yang sama pada tahun lalu.
CEO Citi Indonesia, Batara Sianturi mengatakan, catatan tersebut disebabkan oleh peningkatan pendapatan operasional dan membaiknya biaya operasional.
“Cost to Income Ratio (CIR) membaik menjadi 38,8 persen dari 62,9 persen di tahun sebelumnya,” ujar dia dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu 22 Mei 2024.
Batara menjelaskan, peningkatan laba bersih ini memberikan kontribusi pada peningkatan Return on Asset (ROA) menjadi 3,9 persen dari sebelumnya 2,9 persen di tahun 2023 dan peningkatan Return on Equity (ROE) menjadi 13,8 persen dari 13,7 persen.
“Rasio Liquidity Coverage (LCR) dan Rasio Net Stable Funding (NSFR) Citi Indonesia tetap kuat di 275 persen dan 141persen, di atas ketentuan minimum,” ungkap Batara.
Selain itu dikatakan dia, Citi Indonesia memiliki modal yang kuat dengan Rasio Kewajiban Penyediaan Modal (KPMM) sebesar 39,6 persen, meningkat dari 30 persen di tahun sebelumnya.
Meski membukukan catatan positif, Batara menegaskan pihaknya tetap waspada dalam menghadapi dinamika pasar yang kompleks.
“Kami tetap waspada dalam menghadapi dinamika pasar yang kompleks, memastikan kami dapat terus menyesuaikan diri dengan perubahan regulasi sambil terus berinovasi dan melayani klien kami,” papar dia.
Lebih lanjut Batara memaparkan, pada triwulan pertama 2024 Citi Indonesia terlibat dalam beberapa transaksi penting, termasuk transaksi obligasi senior RegS sebesar USD500 juta selama lima tahun untuk PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.
Lini bisnis Global Subsidiaries Group, kata dia, juga terus mencatatkan pertumbuhan pendapatan yang baik sepanjang triwulan 1-2024 di tengah kondisi pasar yang menantang.
“Hal ini tercapai melalui beragam inisiatif, termasuk kinerja dari koridor Asia-ke-Asia yang melayani klien Asia kami yang berinvestasi di Indonesia,” tandasnya.
Peningkatan ini terutama disebabkan oleh kenaikan pendapatan bunga bersih di lini bisnis institutional banking dan pendapatan non-operasional lainnya.