KABARBURSA.COM - Vietnam menyambut kedatangan Presiden Rusia Vladimir Putin, menegaskan hubungan yang telah terjalin selama puluhan tahun dengan Moskow di tengah kritik Amerika Serikat atas invasi Kremlin ke Ukraina.
Putin tiba di Hanoi setelah kunjungannya ke Korea Utara. Di sana, ia menandatangani kemitraan strategis komprehensif dengan Kim Jong Un, yang berjanji untuk tanpa syarat mendukung Rusia dalam perang tersebut.
Kunjungan ini menegaskan bahwa Vietnam secara aktif menerapkan kebijakan luar negeri yang berlandaskan kemerdekaan, kemandirian, diversifikasi, dan multilateralisme. Pernyataan ini diungkapkan di situs web Pemerintah Vietnam, seperti dilansir The Business Times, Kamis, 20 Juni 2024.
Vietnam dan Rusia memiliki hubungan erat yang telah berlangsung sejak era Uni Soviet. Hanoi menepis kritik Barat atas undangannya kepada Putin, yang terakhir kali mengunjungi Vietnam pada 2017 saat menjadi tuan rumah KTT Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik.
Kedutaan Besar AS di Hanoi menyatakan bahwa "tidak ada negara yang boleh memberikan platform kepada Putin untuk mempromosikan perang agresinya dan membiarkan dia menormalkan kekejamannya."
Presiden Rusia dijadwalkan untuk berpartisipasi dalam upacara peletakan karangan bunga di Mausoleum Ho Chi Minh. Selain itu, ia akan bertemu dengan para pejabat termasuk Ketua Partai Komunis Nguyen Phu Trong, Perdana Menteri Pham Minh Chinh, dan Presiden To Lam, menurut Kementerian Luar Negeri Vietnam.
Negara Asia Tenggara ini telah lama bergantung pada Rusia untuk persenjataan, termasuk pesawat terbang dan kapal selam. Namun, sejak invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, Vietnam menahan diri dari pengadaan senjata Rusia karena kekhawatiran atas sanksi Barat, ujar profesor emeritus di Universitas New South Wales di Australia, Carl Thayer.
Kunjungan ke Korut
Kunjungan bersejarah Presiden Rusia Vladimir Putin ke Pyongyang pada 19 Juni 2024 menandai perubahan signifikan dalam hubungan antara Rusia dan Korea Utara.
Pertemuan ini menjadi perjalanan pertama Putin ke ibu kota Korea Utara dalam 24 tahun terakhir, menunjukkan peningkatan kerjasama antara kedua negara yang selama ini berada dalam isolasi internasional. Seperti dinukil reuters, Rabu 19 Juni 2024.
Kedatangan Putin disambut dengan hangat oleh Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di bandara Pyongyang. Kim tidak hanya berjabat tangan tetapi juga memeluk Putin, sebuah gestur yang menekankan kedekatan hubungan kedua negara. Setelah itu, keduanya menaiki limusin yang sama menuju Rumah Tamu Negara Kumsusan, di mana mereka mengadakan pembicaraan mendalam untuk mengembangkan hubungan bilateral.
Korean Central News Agency (KCNA) melaporkan bahwa kemitraan ini digambarkan sebagai “mesin yang mempercepat pembangunan dunia multi-kutub baru”. Kunjungan ini menunjukkan persahabatan dan persatuan yang kuat antara Rusia dan Korea Utara, dengan fokus pada pengembangan hubungan yang lebih erat
Agenda Putin di Pyongyang termasuk diskusi tatap muka dengan Kim Jong Un, menghadiri konser gala, jamuan kenegaraan, menerima sambutan pengawal kehormatan, penandatanganan dokumen, dan menyampaikan pernyataan kepada media. Semua ini mencerminkan upaya kedua negara untuk memperkuat hubungan diplomatik dan kerjasama di berbagai bidang.
Penasihat kebijakan luar negeri Putin, Yuri Ushakov, mengkonfirmasi bahwa pertemuan ini bertujuan untuk memperkuat hubungan bilateral dan membahas isu-isu strategis yang penting bagi kedua negara. Kunjungan ini diharapkan dapat mengubah dinamika hubungan Rusia dan Korea Utara serta membawa dampak positif bagi kedua negara di panggung internasional.
Presiden Rusia Vladimir Putin bersiap melakukan kunjungan pertamanya ke Korea Utara dalam 24 tahun, mempererat hubungan dengan pemimpinnya, Kim Jong Un. Kim telah membantu memperkuat militer Rusia dalam perang di Ukraina dengan memasok ribuan peluru artileri setiap hari. Sebagai imbalannya, Korea Utara kemungkinan menerima bantuan militer yang meningkatkan ancaman terhadap AS dan sekutunya di Asia Timur.
Berdagang Tanpa Ancaman
Rusia dan Korea Utara telah meningkatkan perdagangan komoditas dan senjata, memanfaatkan jalur kereta api dan pelabuhan terdekat untuk berdagang tanpa ancaman intersepsi. Putin ingin menunjukkan rasa terima kasihnya kepada Kim, yang telah menyediakan senjata untuk perang di Ukraina, selain sedan mewah yang ia berikan kepada Kim awal tahun ini. Kim mengundang Putin ke Korea Utara saat mereka bertemu di Rusia pada bulan September.
Citra satelit menunjukkan peningkatan transfer senjata dari Korea Utara ke Rusia. Korea Utara memiliki salah satu persediaan amunisi terbesar yang kompatibel dengan senjata yang digunakan Rusia di garis depan Ukraina. Perdagangan ini dilakukan hampir tanpa hambatan melalui jalur kereta api melintasi perbatasan mereka dan pelabuhan terdekat.
Rusia membutuhkan peluru artileri, roket artileri, rudal balistik jarak pendek, dan suku cadang untuk beberapa sistem senjata era Soviet yang digunakan di Ukraina, seperti tank T-54 dan T-62. Rusia sangat termotivasi mencari lebih banyak senjata dari Korea Utara karena Ukraina menerima kiriman senjata baru dari AS dan Eropa.