KABARBURSA.COM - Pemerintah Jepang telah memberikan pinjaman kepada Indonesia untuk pembangunan MRT Lintas Timur-Barat sebesar 140,699 miliar yen atau sekitar Rp14,49 triliun (kurs Rp 103).
Pinjaman ini untuk fase I tahap I yang menghubungkan Medan Satria-Tomang dengan panjang 24,5 km.
Penandatanganan pertukaran nota antara Duta Besar Jepang untuk Indonesia Masaki Yasushi dan Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika, Kementerian Luar Negeri Abdul Kadir Jailani, menandai pengucuran pinjaman ini.
Counsellor Bagian Ekonomi Yahata Hironori menyatakan bahwa MRT Lintas Utara-Selatan yang dibuka pada Maret 2019 telah menjadi infrastruktur penting dalam mendukung aktivitas ekonomi Jakarta.
“MRT selama ini menjadi infrastruktur transportasi penting yang menunjang aktivitas perekonomian warga Jakarta dan kehidupan masyarakatnya,” katanya di Kedutaan Besar Jepang, Jakarta, Senin, 13 Mei 2024.
Pembangunan MRT Lintas Timur-Barat adalah perluasan jaringan yang menghubungkan Cikarang hingga Balaraja. Proyek ini terdiri dari dua fase, yaitu Fase I Tahap I Medan Satria-Tomang sepanjang 24,5 km, dan Fase I Tahap II Tomang-Kembangan sepanjang 9,2 km.
Fase II akan mencakup Kembangan-Balaraja dan Medan Satria-Cikarang dengan panjang total 50,4 km.
“Kami berharap banyak orang di daerah yang belum mendapatkan banyak manfaat dari Jalur Utara Selatan di masa lalu dapat menggunakan layanan ini,” tambah Yahata Hironori.
Untuk diketahui, suku bunga yang diterapkan untuk pinjaman ini adalah sebesar 0,3 persen per tahun, termasuk 0,2 persen per tahun untuk biaya konsultan. Masa pengembalian pinjaman mencakup 40 tahun, dengan masa tenggang selama 10 tahun.
“Pinjaman ini memiliki masa pengembalian 40 tahun, termasuk masa tenggang 10 tahun,” Yahata Hironori.
Namun, dia menjelaskan, kerja sama ini bertujuan untuk memfasilitasi transfer teknologi Jepang ke negara-negara berkembang melalui proyek pembangunan MRT. Proyek ini akan menerapkan teknologi Jepang dalam berbagai aspek, mulai dari konstruksi bawah tanah hingga sistem persinyalan kereta.
“Teknologi Jepang akan digunakan untuk konstruksi bawah tanah, kereta, dan sistem persinyalan,” ujarnya.
Adapun tujuan utama proyek ini adalah untuk mengurangi kemacetan lalu lintas, mengurangi dampak lingkungan, dan berkontribusi terhadap mitigasi perubahan iklim.
“Dengan memberikan pinjaman sebesar 140,699 miliar yen, kami berharap dapat memberikan dampak positif yang signifikan,” ucap Yahata.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.