Logo
>

Distributor Coca Cola Kantongi Pinjaman Rp25 Miliar dari Mandiri

Ditulis oleh Yunila Wati
Distributor Coca Cola Kantongi Pinjaman Rp25 Miliar dari Mandiri

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Distributor produk Coca-Cola di Indonesia, PT Graha Prima Mentari Tbk (GRPM), baru saja memperoleh fasilitas pinjaman dari PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) senilai Rp25 miliar. Fasilitas pinjaman ini didasarkan pada perjanjian kredit modal kerja yang telah disepakati pada awal tahun 2024.

    Menurut keterangan yang dikutip pada Jumat, 3 Januari 2025, Direktur GRPM Lili Solihah, pinjaman ini dirancang untuk mendukung tambahan modal kerja perusahaan, dengan limit sebesar Rp25 miliar yang dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan operasional.

    Sebagai bagian dari kesepakatan tersebut, GRPM akan memiliki fleksibilitas yang lebih besar dalam mengelola sumber daya keuangan mereka. Perusahaan dapat menarik sebagian atau bahkan seluruh jumlah pinjaman dengan memberikan permohonan yang sesuai.

    Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kelancaran operasional dan mendukung peningkatan kas yang dibutuhkan perusahaan, sehingga mereka dapat melanjutkan distribusi produk dengan lebih efektif.

    Sampai dengan semester pertama 2024, kinerja GRPM menunjukkan perkembangan yang cukup pesat. Laba bersih perusahaan tercatat sebesar Rp3,61 miliar, yang menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang tercatat hanya sebesar Rp2,2 miliar.

    Peningkatan laba ini tidak terlepas dari lonjakan penjualan yang berhasil dicatatkan perusahaan, yang melonjak menjadi Rp370,68 miliar dibandingkan dengan Rp179,11 miliar pada tahun sebelumnya. Kinerja yang kuat ini mencerminkan berhasilnya strategi perusahaan dalam meraih penjualan yang lebih tinggi di tengah persaingan pasar yang ketat.

    Meskipun mencatatkan hasil yang positif dalam hal kinerja keuangan, di pasar saham, saham GRPM pada perdagangan perdana 2025 mengalami penurunan sebesar 2,04 persen, berakhir pada level harga Rp48. Penurunan ini terjadi meskipun perusahaan mendapatkan fasilitas pinjaman yang signifikan, yang seharusnya memberikan dampak positif pada fleksibilitas finansial mereka.

    Fluktuasi saham yang dialami pada awal tahun ini menggambarkan tantangan yang dihadapi perusahaan dalam mempertahankan kepercayaan pasar, meskipun kinerjanya mengalami peningkatan.

    Secara keseluruhan, fasilitas pinjaman yang diberikan Bank Mandiri dipandang sebagai langkah strategis untuk mengoptimalkan posisi keuangan GRPM, sekaligus memperkuat eksistensinya di pasar yang kompetitif.

    Meski demikian, fluktuasi harga saham mencerminkan ketidakpastian investor terhadap pasar saham yang lebih luas, serta proyeksi ke depan mengenai bagaimana perusahaan akan menavigasi tantangan dalam industri distribusi barang konsumen. Hal ini akan menjadi perhatian bagi pemegang saham dan investor yang mempertimbangkan potensi kinerja perusahaan di masa depan.

    Jumlah Piutang Usaha Meningkat

    Beberapa waktu lalu, BEI sempat mengajukan pertanyaan kepada GRPM mengenai kenaikan signifikan pada nilai piutang usaha dan tambahan aset hak guna perusahaan. Permintaan klarifikasi ini dilayangkan oleh BEI dalam surat yang diterbitkan pada 6 Desember 2024, yang merujuk pada Catatan atas Laporan Keuangan (CALK) 5, terkait dengan laporan piutang usaha GRPM yang mengalami lonjakan 76,57 persen per 30 Juni 2024 menjadi Rp46,46 miliar.

    Kenaikan ini mengundang perhatian BEI karena lebih dari 60 persen dari piutang tersebut telah melewati batas waktu 30 hari.

    Menjawab hal ini, Corporate Secretary GRPM Agus Susanto, menjelaskan bahwa peningkatan piutang usaha tersebut terjadi karena pada periode sebelumnya perusahaan belum memiliki entitas anak. Seiring dengan pertumbuhannya, piutang usaha perusahaan kini terbagi antara entitas induk, GRPM, yang tercatat sebesar Rp13,69 miliar, dan PT Tri Usaha Jaya (TUJ), anak perusahaan GRPM, yang memiliki piutang sebesar Rp32,77 miliar.

    Agus juga menambahkan bahwa untuk menjaga kelancaran proses keuangan, perusahaan bersama tim dari Coca-Cola Europacific Partner Indonesia (CCEP) telah mengunjungi toko-toko secara rutin untuk menagih piutang yang telah jatuh tempo dan saat ini telah diselesaikan.

    Selain itu, BEI juga meminta penjelasan terkait adanya piutang lain-lain dengan prinsipal yang tercatat senilai Rp9,98 miliar. Agus menguraikan bahwa piutang ini berasal dari pemberian diskon atau program promosi kepada toko-toko untuk mendongkrak penjualan, yang nantinya akan digantikan oleh prinsipal.

    Mekanisme penggantiannya berupa pembayaran oleh prinsipal setelah GRPM mengirimkan tagihan yang nantinya akan dipotong dari tagihan lain, yaitu biaya pembelian barang dagang perusahaan.

    Kekhawatiran BEI juga muncul terkait dengan adanya penambahan aset hak guna yang tercatat sebesar Rp36,11 miliar. Dalam penjelasannya, GRPM menyebutkan bahwa aset yang dimaksud adalah bangunan yang kini dimiliki sendiri oleh perusahaan.

    Tujuan dari langkah ini adalah untuk mengurangi ketergantungan pada sewa gudang di masa depan, yang pada akhirnya diharapkan bisa memberikan efisiensi biaya.

    Sementara itu, meskipun munculnya beberapa pertanyaan dari BEI mengenai laporan keuangan GRPM, kinerja saham GRPM tetap mencatatkan hasil yang cukup menarik. Harga saham emiten ini pada penutupan 11 Desember 2024 stagnan di Rp50, namun dalam enam bulan terakhir tercatat ada penguatan harga sebesar 11,11 persen.

    Hal ini menunjukkan kepercayaan pasar yang masih solid terhadap prospek GRPM, meski ada beberapa kekhawatiran terkait peningkatan piutang dan penambahan aset hak guna perusahaan.

    Melalui analisis ini, terlihat bahwa meskipun GRPM mengalami beberapa tantangan terkait pengelolaan piutang dan aset, langkah strategis yang diambil oleh perusahaan berpotensi memperkuat posisinya dalam menghadapi kebutuhan modal dan operasional di masa depan.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79