KABARBURSA.COM - PT BUMA Internasional Grup Tbk (DOID), emiten batu bara yang kerap jadi sorotan, menutup paruh pertama 2025 dengan kerugian bersih USD74,21 juta. Angka itu melonjak 179,13 persen year-on-year (yoy), jauh memburuk dari rugi USD26,58 juta pada periode yang sama tahun lalu.
Jika dirupiahkan menggunakan kurs JISDOR Bank Indonesia per 30 Juni 2025 sebesar Rp16.231 per dolar AS, kerugian tersebut setara Rp1,20 triliun. Kerugian per saham tercatat USD0,0100 atau sekitar Rp162,38.
Di sisi pendapatan, perseroan membukukan USD730,21 juta (Rp11,85 triliun), turun 14,5 persen yoy. Segmen penambangan emas hitam dan jasa tambang tetap mendominasi dengan kontribusi USD730,14 juta, sementara pendapatan investasi hanya menambah USD2,47 juta. Namun, kombinasi itu masih berakhir rugi kotor.
Manajemen menyebut performa buruk semester I mencerminkan dampak gangguan operasional besar yang belum pernah terjadi sebelumnya. Volume pemindahan lapisan penutup (overburden removal) anjlok 23 persen yoy menjadi 209 juta bcm. Produksi batu bara pun ikut merosot 10 persen yoy menjadi 38 juta ton.
“Penurunan ini terutama akibat cuaca ekstrem dan penghentian operasional terkait insiden keselamatan pada kuartal I-2025,” ujar Direktur DOID, Iwan Fuad Salim, di Jakarta, Rabu 1 Oktober 2025.
Meski volume menyusut, kenaikan harga jual rata-rata kontraktor tambang sebesar 3 persen yoy memberi sedikit penopang. Manajemen menekankan, bisnis kontraktor lebih tangguh karena kontraknya relatif terlindungi dari inflasi dan gejolak harga batu bara.
Beban pokok penjualan terpangkas menjadi USD743,90 juta, namun tetap menyisakan rugi kotor USD13,69 juta—berbalik dari laba kotor USD73,86 juta setahun sebelumnya.
Dari sisi neraca, total aset per 30 Juni 2025 sebesar USD1,57 miliar atau Rp25,56 triliun. Liabilitas mencapai USD1,47 miliar, sedangkan ekuitas hanya USD100,87 juta. Kas dan setara kas naik menjadi USD206,33 juta dibanding akhir 2024.
Arus kas operasi tercatat positif USD80,94 juta, meski merosot 41,93 persen yoy dari USD139,40 juta. Arus kas investasi menunjukkan pengeluaran signifikan, menyusul perolehan aset tetap senilai USD112,89 juta. Sementara dari arus kas pendanaan, perseroan mengantongi tambahan likuiditas setelah menerima Senior Notes USD120,32 juta, meski tetap diwarnai pembayaran utang.
Kinerja DOID pada paruh pertama 2025 menegaskan tekanan yang dihadapi sektor batu bara: risiko cuaca, tantangan keselamatan, hingga ketidakpastian harga komoditas global.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.