KABARBURSA.COM-Menteri Kesehatan Korea Selatan (Korsel) mengumumkan bahwa pihak berwenang akan segera melakukan inspeksi terhadap rumah sakit untuk mengambil tindakan hukum terhadap dokter muda yang menolak untuk menghentikan mogok kerja mereka terkait rencana pemerintah untuk meningkatkan penerimaan sekolah kedokteran.
Sebanyak 9.000 dokter residen dan dokter magang, atau sekitar 70persen dari total dokter di negara tersebut, telah berhenti bekerja sejak 20 Februari lalu, menyebabkan sejumlah operasi dan perawatan harus dibatalkan dan meningkatkan beban di unit gawat darurat.
Pemerintah telah memperingatkan dokter-dokter muda ini bahwa mereka dapat menghadapi konsekuensi serius, termasuk sanksi administratif dan hukuman pidana, seperti penangguhan izin praktik medis, denda, atau bahkan penjara jika mereka tidak kembali bekerja pada akhir bulan lalu.
"Mulai hari ini, kami akan melakukan inspeksi di tempat untuk memastikan kehadiran dokter-dokter muda yang masih mogok, dan tindakan hukum akan diambil sesuai dengan hukum dan prinsip tanpa pengecualian," ungkap Menteri Kesehatan Cho Kyoo-hong dalam konferensi pers yang disiarkan langsung di televisi, Senin 4 Maret 2024.
Cho juga menegaskan bahwa dokter-dokter yang belum kembali ke pekerjaan mereka mungkin akan menghadapi hambatan serius dalam karier profesional mereka.
Sementara untuk dokter-dokter yang telah kembali bekerja setelah mogok, pemerintah akan mempertimbangkan situasi mereka dengan lebih cermat sebelum mengambil tindakan apa pun terhadap mereka.
Wakil Menteri Kesehatan Park Min-soo menegaskan bahwa pemerintah akan mengambil langkah-langkah untuk menangguhkan izin praktik medis dari sekitar 7.000 dokter muda yang telah meninggalkan pekerjaan mereka.
Di luar rumah sakit besar di Seoul, beberapa pasien mengungkapkan kekhawatiran mereka akan dampak negatif dari situasi ini terhadap pengobatan mereka, dan mereka mendesak pemerintah dan dokter untuk segera mencapai kesepakatan.
Seorang pasien, yang hanya ingin disebutkan namanya sebagai Song, menyatakan bahwa dokter harus mengutamakan kembali pelayanan kepada pasien dan berdialog dengan pemerintah untuk menyelesaikan konflik ini.
Sementara itu, Lee Hye-ji, seorang pasien dialisis ginjal berusia 37 tahun, mengungkapkan kecemasannya tentang kelangsungan pengobatannya jika situasi terus berlarut-larut.
"Jika saya harus menjalani transplantasi ginjal, saya akan sangat khawatir jika tidak ada dokter yang tersedia untuk melakukan operasi tersebut," ujarnya dengan penuh kekhawatiran.