KABARBURSA.COM - Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah antisipasi yang ditunggu-tunggu dari pelaku pasar mengenai keputusan suku bunga acuan yang akan dirilis oleh Bank Indonesia (BI) pekan ini, serta data inflasi AS yang masih cukup tinggi. Dilaporkan oleh Refinitiv, rupiah dibuka dengan pelemahan sebesar 0,19 persen menjadi Rp15.655 per dolar AS. Depresiasi ini terjadi dalam empat hari berturut-turut.
Sementara itu, nilai DXY pada pukul 14.57 WIB menguat ke angka 104,36 atau naik tipis sebesar 0,07 persen. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan penutupan perdagangan pada hari Senin 19 Februari 2024 yang berada di angka 104,29. Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI saat ini masih ditunggu dengan penuh antisipasi oleh pelaku pasar, terutama terkait keputusan suku bunga acuan.
Konsensus yang diperoleh dari 12 lembaga menunjukkan bahwa suku bunga acuan diperkirakan tidak akan mengalami perubahan sejak terakhir kali dinaikkan 25 bps pada Oktober 2023.
BI diproyeksikan akan mempertahankan suku bunga acuannya karena melihat kebijakan suku bunga bank sentral AS (The Fed) yang masih bertahan pada pertemuan terakhir. Selain itu, The Fed diperkirakan tidak akan menurunkan suku bunga acuannya dalam waktu dekat.
Pada pertemuan bulan Januari, BI memutuskan untuk mempertahankan suku bunga di 6 persen sebagai bagian dari langkah konsistensi dalam menjaga stabilitas ekonomi dan keuangan, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi global yang masih terjadi. Langkah ini juga sejalan dengan upaya untuk menjaga kinerja pertumbuhan ekonomi domestik pada tahun ini.
Selain itu, data inflasi AS pekan lalu yang masih cukup tinggi juga memperkuat ekspektasi bahwa The Fed tidak akan menurunkan suku bunga acuannya dalam waktu dekat. Hal ini berdampak pada penguatan nilai DXY yang kemudian memberikan tekanan terhadap mata uang lainnya, termasuk rupiah.