KABARBURSA.COM - Analis memprediksi nilai tukar Rupiah akan semakin lemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) jika Donald Trump terpilih kembali dalam pemilihan presiden AS.
Menurut Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, rencana pembunuhan terhadap Donald Trump menjadi pemicu awal menguatnya dolar AS. Katanya, sebelum upaya pembunuhan ini terjadi, dolar AS mengalami pelemahan karena spekulasi tentang penurunan suku bunga.
Menurut Ibrahim, meskipun penurunan suku bunga berdampak kecil, percobaan pembunuhan terhadap Trump memiliki dampak yang lebih signifikan terhadap penguatan dolar AS.
“Jadi, di dalam taruhan di Amerika Serikat, 68 persen Donald Trump akan memenangkan Pilpres bulan November mendatang kalau melawan Joe Biden,” ujar Ibrahim, kemarin.
Hal tersebut dikarenakan Trump menyatakan jika seandainya dirinya terpilih sebagai Presiden AS maka kemungkinan perang Rusia-Ukraina dan Israel-Palestina akan mereda, karena sebelumnya AS mendukung Ukraina dan Israel.
Selain itu, kata Ibrahim, Trump menyatakan jika dirinya terpilih sebagai Presiden AS maka akan melakukan perang dagang dengan Tiongkok tahap ketiga, dan juga dengan Taiwan.
Menurut Trump, Taiwan sampai saat ini mendapatkan persenjataan dari AS, tetapi tidak pernah memberi timbal balik. Trump menyebut AS dianggap Taiwan sebagai perusahaan “asuransi”.
"Sehingga ini mempengaruhi pasar-pasar, bergolak ya saham-saham di Amerika Serikat mengalami kenaikan terutama ditopang oleh saham-saham teknologi. Di Eropa juga mengalami kenaikan," ujar Ibrahim.
Akan tetapi, pasar saham di Asia berguguran karena kondisi Tiongkok sebagai salah satu negara ekonomi terbesar kedua di dunia sedang mengalami permasalahan setelah pertumbuhan ekonomi di kuartal II-2024 berada di luar dugaan.
China mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,7 persen, yang sebelumnya diekspektasikan sebesar 5,1 persen. Hal ini diperparah dengan testimoni dari Donald Trump yang akan melakukan perang dagang.
Publik juga menganggap bahwa Donald Trump kemungkinan besar akan memenangkan Pilpres di bulan November. "Ini membuat harga saham di Asia berguguran dan ini berdampak dengan indeks harga saham di Indonesia dan ini pun juga terhadap rupiah," papar Ibrahim.
Nilai tukar Dolar AS
Pada perdagangan, Minggu, 21 Juli 2024, dolar AS perkasa terhadap rupiah. Mata uang negara adidaya tersebut naik 36 poin atau 0,22 persen ke level Rp16.189.
Mengutip data RTI, Jumat, 19 Juli 2024, dolar AS bergerak pada level tertingginya di Rp16.189 dan terendah di Rp16.149. Dolar AS menguat dalam seminggu terakhir di 0,11 persen, namun melemah dalam sebulan terakhir di 1,78 persen. Namun dalam year to date, dolar AS menguat 4,92 persen.
Sementara dolar AS juga perkasa terhadap mata uang Asia lainnya, seperti menguat terhadap Yuan 0,16 persen di 7,28. Lalu menguat terhadap dolar Singapura di 0,07 persen ke level 1,34. Namun dolar AS melemah tipis terhadap Yen di 0,01 ke level 157.
Prediksi Dolar AS Pekan Depan
Dalam perdagangan selama sepekan, kurs rupiah menunjukkan kecenderungan melemah namun tetap stabil.
Pada Jumat, 19 Juli 2024, kurs rupiah spot tercatat melemah sebesar 0,22 persen, berada di posisi Rp16.191 per dolar Amerika Serikat (AS). Secara keseluruhan, dalam sepekan, rupiah spot mengalami penurunan sebesar 0,33 persen terhadap dolar AS.
Sejalan dengan pergerakan di pasar spot, kurs rupiah Jisdor yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI) juga tercatat melemah. Pada perdagangan Jumat, kurs Jisdor melemah sebesar 0,24 persen ke Rp16.199 per dolar AS. Selama sepekan, kurs Jisdor melemah sebesar 0,27 persen.
Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, memproyeksikan bahwa rupiah akan bergerak dalam rentang Rp16.150 hingga Rp16.275 per dolar AS sepanjang minggu depan.
Menurut Josua, potensi pelemahan rupiah disebabkan oleh perkiraan penguatan data Produk Domestik Bruto (PDB) AS yang akan dirilis pada Kamis, 25 Juli malam, yang berpotensi mempengaruhi nilai tukar rupiah.
Sementara itu, analis pasar mata uang, Lukman Leong, juga memperkirakan bahwa rupiah akan terus tertekan di tengah minimnya data ekonomi penting baik dari dalam negeri maupun AS. Lukman memproyeksikan, rupiah akan lanjut melemah dan berada di level Rp16.150 hingga Rp16.250 per dolar AS pada pekan depan.
Lukman menjelaskan bahwa sebelumnya rupiah sempat menguat didorong oleh meningkatnya prospek pemangkasan suku bunga oleh The Fed, namun akhirnya kembali tertekan oleh sentimen risk-off di pasar dalam sepekan terakhir.
"Hal tersebut dipicu oleh kekhawatiran atas meningkatnya tensi perang dagang antara China dan AS," ujar Lukman pada Jumat, 19 Juli 2024.
Josua menambahkan, pelemahan rupiah selama sepekan terakhir juga dipengaruhi oleh ketidakpastian geopolitik di AS. Meskipun rupiah sempat menguat hingga menyentuh level Rp16.100 per dolar AS akibat perubahan ekspektasi investor terhadap pemotongan suku bunga acuan atau Fed Funds Rate (FFR) menjadi 75 basis poin dari sebelumnya 50 basis poin, sentimen risk-off yang dipicu oleh ketidakpastian geopolitik kembali menekan rupiah.
Selain itu, Josua juga menjelaskan bahwa pelemahan rupiah pada perdagangan hari Jumat, 19 Juli ini lebih lanjut dipengaruhi oleh sentimen ketidakpastian geopolitik di AS yang berlanjut, sehingga memicu peningkatan sentimen risk-off di pasar. (*)