KABARBURSA.COM - Emiten properti tengah diselimuti angin segar setelah Bank Indonesia (BI) resmi memutuskan perpanjangan uang muka (Down Payment/DP) 0 persen untuk kredit properti.
Senior Equity Analyst NH Korindo Sekuritas Indonesia, Ezaridho Ibnutama mengatakan perpanjangan DP rumah sebesar 0 persen merupakan sentimen positif bagi saham properti.
"Saya melihat ini menjadi sentimen positif, Karena DP direndahkan, habis itu suku hubungannya juga direndahkan," ujar dia kepada Kabarbursa.com, Senin, 28 Oktober 2024.
Analisis yang biasa disapa Ezar itu menyebut DP rumah 0 persen bisa memikat masyarakat untuk membeli rumah. Sebab, daya beli masyarakat saat ini tengah menurun.
Lebih lanjut Ezar menuturkan, saham properti juga bisa meningkatkan working capital dengan adanya kebijakan tersebut. Emiten-emiten seperti BSDE dan CTRA diperkirakan bakal terkena dampak positif dari DP 0 persen ini.
"Memang akan meningkatkan working capital mereka masing-masing untuk membuat lands baru atau perumahan baru," kata dia.
BI Perpanjang DP Nol Persen untuk Kredit Kendaraan dan Rumah
Perlu diketahui, DP 0 persen tidak hanya berlaku untuk properti saja, namun BI mengumumkan kebijakan ini juga berlaku untuk semua jenis kendaraan bermotor baru.
Sebelumnya diberitakan, Gubernur BI Perry Warjiyo, menyatakan bahwa langkah ini merupakan bagian dari komitmen BI untuk menjaga momentum pertumbuhan kredit di sektor kendaraan bermotor dan properti, yang menjadi dua sektor penting dalam ekonomi.
Semula, kebijakan ini direncanakan akan berakhir pada 31 Desember 2024, namun diperpanjang hingga 2025 untuk memberikan lebih banyak ruang bagi perbankan dan sektor riil untuk tumbuh.
Kebijakan DP 0 persen ini berlaku untuk semua jenis kendaraan bermotor baru. Pada sektor properti, ketentuan Loan to Value/Financing to Value (LTV/FTV) untuk kredit/pembiayaan properti juga diperlonggar, dengan rasio mencapai 100 persen. Hal ini memungkinkan masyarakat untuk mendapatkan kredit rumah tanpa perlu menyediakan uang muka, yang tentunya meningkatkan daya beli masyarakat terhadap properti.
Langkah ini dilakukan dalam konteks pertumbuhan kredit yang mencapai 10,85 persen secara tahunan (year on year/yoy) per September 2024, menurut laporan BI.
Pertumbuhan tersebut mencerminkan minat perbankan dalam menyalurkan kredit tetap tinggi seiring dukungan kebijakan insentif makroprudensial dari BI, termasuk Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).
Selain peningkatan kredit, ketahanan sistem keuangan Indonesia tetap terjaga. Rasio alat likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) mencapai 25,22 persen pada September 2024, menunjukkan likuiditas yang mencukupi dalam sistem perbankan. Sementara itu, rasio kecukupan modal (CAR) juga berada di tingkat sehat, yakni sebesar 26,69 persen per Agustus 2024.
Pada periode yang sama, pembiayaan syariah tumbuh sebesar 11,37 persen yoy, sementara kredit untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) meningkat sebesar 5,04 persen yoy, lebih baik dibanding bulan sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa kebijakan yang mendukung sektor riil, termasuk melalui program kredit UMKM, berhasil menjaga momentum pertumbuhan.
Penyaluran Kredit Baru Tumbuh Positif pada Kuartal III
Mengutip laman resmi BI, hasil survei Perbankan Bank Indonesia mengindikasikan penyaluran kredit baru pada triwulan III 2024 tumbuh positif. Hal ini terlihat dari nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) penyaluran kredit baru sebesar 80,6 persen .
Berdasarkan jenis penggunaan, peningkatan pertumbuhan kredit baru terindikasi bersumber dari kredit konsumsi yang didorong oleh penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
"Selanjutnya, pada triwulan IV 2024 penyaluran kredit baru diprakirakan melanjutkan peningkatan dengan SBT prakiraan penyaluran kredit baru sebesar 88,3 persen," tulis BI dalam siaran persnya.
Standar penyaluran kredit pada triwulan IV 2024 diprediksi sedikit lebih ketat dibandingkan periode sebelumnya. Hal ini terindikasi dari Indeks Lending Standard (ILS) positif sebesar 2,2 persen.
Sebagian besar aspek kebijakan penyaluran kredit diprakirakan lebih ketat, terutama persyaratan administrasi. Sementara itu, suku bunga kredit, biaya persetujuan kredit, dan jangka waktu kredit diprakirakan lebih longgar.
Hasil survei menunjukkan responden memprakirakan pertumbuhan kredit sampai dengan akhir tahun 2024 tetap optimis, dengan prakiraan outstanding kredit yang terus tumbuh. Optimisme tersebut antara lain didorong oleh prospek kondisi moneter dan ekonomi serta relatif terjaganya risiko dalam penyaluran kredit.
Calon Pembeli Properti
Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk memperpanjang ketentuan uang muka atau down payment atau DP 0 persen bagi masyarakat yang ingin memiliki rumah hingga 2025.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan bahwa bank sentral akan melanjutkan aturan Loan to Value (LTV) atau Financing to Value (FTV) dengan persentase maksimal 100 persen sampai Desember 2025.