KABARBURSA.COM - Ketua Komisi IV DPR RI, Sudin, mendorong pemerintah dan perusahaan perikanan agar memperkuat kolaborasi guna meningkatkan industri perikanan. Sudin dalam kunjungan kerjanya baru-baru ini menegaskan pentingnya dukungan pemerintah terhadap pengusaha perikanan, terutama mereka yang berkontribusi besar pada devisa negara.
“Pemerintah pasti akan mendukung, mem-back up para pengusaha, apalagi yang menghasilkan devisa besar seperti dari ikan tuna. Namun, para pengusaha juga harus jujur dalam melaporkan hasil dan memenuhi kewajiban pajak,” ujar Sudin di Denpasar, Bali, Jumat, pekan lalu.
Meskipun Komisi IV DPR RI menyatakan pemerintah membantu pengembangan industri perikanan nasional, performa keuangan beberapa emiten di sektor ini justru memperlihatkan gambaran yang kurang memuaskan, di antaranya PT Cilacap Samudera Fishing Industry Tbk (ASHA), PT Era Mandiri Cemerlang Tbk (IKAN), PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk (DSFI). Seperti dirangkum Kabar Bursa, Jakarta, Senin 26 Agustus 2024.
Tantangan Pasar Dihadapi
Pada kuartal pertama 2024, ASHA hanya mencatatkan laba bersih sebesar Rp19 juta. Angka ini sangat jauh anjlok dibandingkan kuartal pertama 2023 yang mencapai Rp7 miliar. Tapi peningkatan ini tidak mencerminkan pertumbuhan yang berarti, jika dibandingkan dengan kuartal pertama 2022, di mana ASHA mencatat laba sebesar Rp8 miliar. Terlihat bahwa pertumbuhan yang dicapai pada tahun 2024 belum mampu melampaui capaian dua tahun sebelumnya.
Kondisi di kuartal kedua 2024 semakin memperlihatkan tantangan besar yang dihadapi perusahaan. Laba bersih yang tercatat sebesar Rp880 juta pada kuartal kedua 2024 justru mengalami penurunan tajam dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya, di mana laba bersih mencapai Rp1 miliar pada 2023 dan Rp4 miliar pada 2022. Penurunan ini mengindikasikan adanya penurunan daya saing dan efisiensi operasional perusahaan, yang meskipun ada dukungan dari pemerintah, belum mampu mengatasi tantangan-tantangan pasar yang dihadapi.
Proyeksi untuk kuartal ketiga dan keempat 2024 tidak menunjukkan perbaikan yang signifikan. Mengacu pada kinerja kuartal ketiga dan keempat 2023, di mana ASHA mengalami kerugian besar masing-masing sebesar Rp8 miliar dan Rp21 miliar, kekhawatiran bahwa tren negatif ini akan terus berlanjut semakin nyata. Pada kuartal keempat 2022, ASHA masih mampu mencatat laba bersih sebesar Rp1 miliar, yang menunjukkan bahwa situasi perusahaan telah memburuk secara signifikan dalam setahun terakhir.
Secara keseluruhan, laba bersih ASHA yang di-annualisasi untuk tahun 2024 diperkirakan hanya mencapai Rp2 miliar, yang menunjukkan perbaikan tipis dibandingkan kerugian besar sebesar Rp21 miliar pada tahun 2023, tetapi masih jauh dari capaian laba sebesar Rp14 miliar pada tahun 2022. Lebih mengkhawatirkan lagi, tren laba bersih dalam 12 bulan terakhir (TTM) menunjukkan kerugian sebesar Rp28 miliar, mengindikasikan bahwa perusahaan masih menghadapi tekanan besar dan belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang berarti.
Dari sisi dividen, ASHA belum memberikan distribusi dividen apapun kepada para pemegang sahamnya selama beberapa waktu terakhir. Berdasarkan data terbaru, dividen yang dibayarkan dalam dua belas bulan terakhir (TTM) tercatat nol, yang menandakan bahwa perusahaan tidak melakukan pembagian keuntungan kepada pemegang sahamnya. Selain itu, rasio pembayaran dividen (payout ratio) dan yield dividen juga tidak tersedia, yang semakin mengonfirmasi bahwa perusahaan belum melakukan pembayaran dividen.
Klik Halaman Selanjutnya...
Alami Fluktuasi Kinerja
Di tengah dorongan kuat dari Komisi IV DPR RI untuk memajukan industri perikanan nasional, PT Era Mandiri Cemerlang Tbk (IKAN) mengalami fluktuasi kinerja yang menunjukkan tantangan besar dalam upaya untuk tumbuh dan berkembang. Meskipun harga saham perusahaan ini melonjak 25 persen dalam satu minggu terakhir, data keuangan perusahaan menunjukkan adanya tekanan yang signifikan.
Pada kuartal pertama 2024, IKAN mencatatkan laba bersih sebesar Rp203 juta, meningkat dibandingkan periode yang sama pada 2023 yang sebesar Rp167 juta, dan Rp113 juta pada 2022. Meskipun terlihat ada pertumbuhan, namun peningkatan ini masih tergolong moderat. Memasuki kuartal kedua 2024, laba bersih IKAN menurun drastis menjadi hanya Rp63 juta, jauh di bawah capaian Rp587 juta pada kuartal kedua 2023 dan Rp264 juta pada kuartal kedua 2022. Penurunan laba ini menandakan perusahaan menghadapi tantangan yang signifikan dalam menjaga stabilitas kinerja keuangannya.
Untuk kuartal ketiga dan keempat 2024, data belum tersedia, namun jika mengacu pada tren sebelumnya, tantangan yang dihadapi pada tahun 2023 cukup besar. Di kuartal ketiga 2023, IKAN mencatatkan kerugian sebesar Rp355 juta, sementara kuartal keempatnya juga tidak menunjukkan perbaikan berarti, dengan keuntungan sebesar Rp535 juta. Sebagai perbandingan, pada tahun 2022, perusahaan masih mampu mencatatkan laba di kuartal ketiga sebesar Rp670 juta dan di kuartal keempat sebesar Rp990 juta.
Secara keseluruhan, laba bersih yang di-annualisasi untuk tahun 2024 diperkirakan hanya mencapai Rp532 juta, yang masih jauh di bawah capaian Rp934 juta pada 2023 dan Rp2 miliar pada 2022. Tren laba bersih dalam 12 bulan terakhir (TTM) juga menurun menjadi Rp446 juta, yang menunjukkan adanya tekanan berkelanjutan dalam menjaga profitabilitas perusahaan.
Seperti halnya ASHA, IKAN juga tidak mencatatkan distribusi dividen selama dua belas bulan terakhir. Tidak adanya pembayaran dividen ini menunjukkan bahwa perusahaan mungkin sedang mengalokasikan dananya untuk memperkuat operasional atau menutupi kerugian yang terjadi, mengingat performa keuangan yang penuh tantangan. Rasio pembayaran dividen dan yield dividen juga tidak tersedia, menandakan bahwa perusahaan belum berada dalam posisi untuk memberikan imbal hasil berupa dividen kepada para pemegang saham.
Pertumbuhan Tidak Konsisten
Di tengah dorongan Komisi IV DPR RI untuk memajukan sektor perikanan nasional, PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk (DSFI) menunjukkan kinerja yang beragam, dengan laba yang fluktuatif dan pertumbuhan yang tidak konsisten. Meskipun harga saham DSFI meningkat sebesar 3,77 persen dalam satu minggu terakhir, data keuangan perusahaan memperlihatkan tantangan yang masih signifikan.
Pada kuartal pertama 2024, DSFI mencatatkan laba bersih sebesar Rp3 miliar. Angka ini mengalami penurunan dibandingkan dengan kuartal pertama 2023, yang mencapai Rp5 miliar, dan lebih rendah lagi jika dibandingkan dengan Rp7 miliar pada kuartal pertama 2022.
Namun, pada kuartal kedua 2024, DSFI berhasil meningkatkan laba bersih menjadi Rp5 miliar, lebih tinggi dari Rp3 miliar pada kuartal kedua 2023, tetapi masih di bawah capaian kuartal kedua 2022 yang mencapai Rp7 miliar. Meskipun ada peningkatan, laba yang dihasilkan belum mampu menutupi fluktuasi yang terjadi di kuartal-kuartal sebelumnya.
Laba bersih untuk kuartal ketiga dan keempat 2024 belum tersedia, namun berdasarkan data tahun sebelumnya, DSFI mencatat untung sebesar Rp4 miliar pada kuartal ketiga 2023 dan laba yang sangat kecil sebesar Rp138 juta pada kuartal keempat 2023. Ini adalah penurunan yang signifikan jika dibandingkan dengan kinerja kuartal ketiga dan keempat 2022, di mana laba masing-masing mencapai Rp5 miliar dan Rp2 miliar.
Secara keseluruhan, laba bersih yang di-annualisasi untuk tahun 2024 diperkirakan mencapai Rp15 miliar, yang menunjukkan peningkatan dari Rp12 miliar pada 2023, namun masih di bawah capaian Rp21 miliar pada 2022. Sementara itu, laba bersih dalam 12 bulan terakhir (TTM) menurun menjadi Rp11 miliar, yang mengindikasikan tekanan berkelanjutan dalam mempertahankan profitabilitas.
Seperti emiten perikanan lainnya, DSFI juga belum mencatatkan distribusi dividen kepada pemegang sahamnya dalam beberapa waktu terakhir. Rasio pembayaran dividen dan yield dividen juga tidak tersedia, menandakan bahwa perusahaan belum dalam posisi untuk memberikan imbal hasil berupa dividen kepada para investor.
Kendati ada upaya dari pemerintah dan DPR untuk memajukan industri perikanan, tantangan yang dihadapi oleh emiten-emiten di atas masih sangat besar. Kondisi ini semakin diperjelas oleh analisis dari Pengamat Pasar Modal yang juga Analis Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Muhammad Nafan Aji Gusta Utama. Nafan menilai prospek emiten perikanan ke depannya masih sangat terbatas. “Not rated semua untuk emiten-emiten perikanan. Rata-rata kurang likuid,” ujar Nafan kepada Kabar Bursa, Senin, 26 Agustus 2024.
Dengan fluktuasi laba bersih yang signifikan dan tidak adanya distribusi dividen, masa depan emiten perikananini bergantung pada kemampuan mereka untuk memperbaiki kinerja dan mengatasi tantangan yang ada di pasar. Dukungan dari pemerintah dan DPR masih belum cukup terlihat dalam kinerja keuangan yang stabil dan pertumbuhan yang berkelanjutan di sektor ini.(*)