Logo
>

DPR Soroti Lonjakan Harga Minyak Goreng: Desak Pemerintah Gercep

Ditulis oleh Dian Finka
DPR Soroti Lonjakan Harga Minyak Goreng: Desak Pemerintah Gercep

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Anggota Komisi VI DPR RI Sartono menyoroti kenaikan harga minyak goreng yang belakangan ini melonjak tajam. Adapun pemerintah menetapkan harga eceran tertinggi (HET) Rp15.700 per kilogram kini mencapai Rp18.000 hingga Rp20.000 per kilogram

    “Ini saya pikir perlu cepat direspon begitu mengapa terjadi (kenaikan harga minyak goreng)? Saya yakin ini juga tidak hanya Kementerian Perdagangan ini juga bicara juga mungkin tentang asosiasi lain ya, tentang sawit kemungkinan juga perlu dalam hal ini, tapi kan juga linier di depannya Kementerian Perdagangan,” ujar Sartono, dalam keterangan tertulis, Jakarta, Jumat, 22 November 2024.

    Sartono menambahkan bahwa lonjakan harga minyak goreng bukan hanya menjadi tanggung jawab Kementerian Perdagangan, tetapi juga melibatkan berbagai pihak, termasuk asosiasi terkait dan badan pengelola dana perkebunan kelapa sawit.

    Ia menegaskan perlunya koordinasi yang solid antara kementerian dan lembaga terkait untuk menyelesaikan masalah ini.

    Lanjutnya ia juga menegaskan pentingnya pemerintah tetap waspada dalam mengendalikan harga minyak goreng, mengingat komoditas ini merupakan kebutuhan pokok masyarakat, terutama di Indonesia dengan konsumsi gorengan yang tinggi.

    Selain itu, pengawasan ketat diperlukan untuk mencegah praktik penimbunan oleh oknum tidak bertanggung jawab, serta mengatasi disparitas harga minyak goreng di berbagai wilayah, khususnya perbedaan harga antara kawasan Barat dan Timur Indonesia.

    “Saya pikir perlu serius mendekati libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) ini. Undang-undangnya sudah jelas itu, jangan sampai juga terjadi penimbunan-penimbunan oleh oknum-oknum misalnya di lapangan, juga kalau terjadi perbedaan harga antara (Indonesia) timur dan barat juga bagaimana pola distribusinya? ini juga perlu harus juga respon yang cepatlah,” tutupnya.

    Harga Minyak Naik Dua Persen, Sementara CPO Terus Tertekan

    Harga minyak mentah global melonjak hingga 2 persen pada penutupan perdagangan Kamis, 21 November 2024 waktu setempat atau Jumat dinihari WIB, 22 November 2024.

    Melonjaknya harga minyak mentah global terjadi di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina. Sebaliknya, harga Crude Palm Oil (CPO) melanjutkan tren pelemahan, tertekan oleh sentimen negatif terkait permintaan dan produksi.

    Mengutip Reuters, harga minyak mentah Brent naik USD 1,42 atau 1,95 persen menjadi USD74,23 per barel. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat (AS) juga naik USD1,35 atau 2 persen, ditutup di USD70,1 per barel.

    Kenaikan ini didorong oleh serangan rudal hipersonik yang diluncurkan Rusia ke fasilitas militer Ukraina. Presiden Rusia Vladimir Putin mengancam akan memperluas serangan ke instalasi militer negara-negara yang mendukung Ukraina.

    Konflik ini menimbulkan kekhawatiran terhadap potensi gangguan pasokan minyak mentah dari Rusia, yang merupakan salah satu eksportir terbesar dunia.

    “Fokus pasar kini beralih pada eskalasi perang di Ukraina. Ketegangan geopolitik ini memicu kekhawatiran besar terhadap stabilitas pasokan energi,” ujar analis komoditas di SEB Ole Hvalbye.

    Selain itu, laporan Administrasi Informasi Energi (EIA) AS menunjukkan stok minyak mentah AS naik sebesar 545 ribu barel pekan lalu, mencapai 430,3 juta barel. Data ini turut memengaruhi dinamika pasar, meskipun kenaikan stok lebih kecil dibandingkan ekspektasi.

    Sementara itu, langkah OPEC+ untuk menunda peningkatan produksi pada pertemuan 1 Desember mendatang menjadi sorotan lain. Penundaan ini direncanakan akibat lemahnya permintaan global.

    Minyak Global Sempat Anjlok

    Pada penutupan perdagangan kemarin, harga minyak mentah dunia sempat anjlok.

    Melemahnya harga minyak mentah dunia dipicu oleh kenaikan persediaan minyak mentah dan bensin di Amerika Serikat yang melampaui ekspektasi. Meski demikian, kekhawatiran atas konflik geopolitik, khususnya antara Rusia dan Ukraina, membatasi penurunan harga lebih lanjut.

    Minyak mentah Brent, patokan internasional, turun 50 sen atau 0,68 persen menjadi USD72,81 per barel. Sementara itu, West Texas Intermediate (WTI), patokan Amerika Serikat, untuk kontrak Desember yang berakhir pada Rabu, turun 52 sen atau 0,75 persen ke USD68,87 per barel.

    Kontrak WTI Januari yang lebih aktif juga melemah 49 sen atau 0,71 persen menjadi USD68,75 per barel.

    Penurunan ini disebabkan oleh laporan Badan Informasi Energi AS (EIA) yang menunjukkan kenaikan persediaan minyak mentah dan bensin lebih besar dari perkiraan. Data ini mencerminkan peningkatan pasokan di tengah permintaan global yang belum menunjukkan pemulihan signifikan.

    Di Laut Utara, Equinor Norwegia mengumumkan pemulihan kapasitas penuh di ladang minyak Johan Sverdrup setelah gangguan listrik. Peningkatan produksi ini turut menekan harga minyak global.

    Selain itu, permintaan minyak dari Tiongkok, sebagai importir minyak mentah terbesar dunia, masih lesu meskipun pemerintahnya telah mengumumkan langkah-langkah stimulus ekonomi.

    “Pengumuman stimulus dari China belum mampu meningkatkan permintaan minyak dalam jangka pendek,” ungkap analis energi Macquarie.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Dian Finka

    Bergabung di Kabar Bursa sejak 2024, sering menulis pemberitaan mengenai isu-isu ekonomi.