Logo
>

DXY Menguat, Yen Tertekan di Ambang Psikologis 150

Pada awal perdagangan, Indeks DXY terkoreksi tipis 0,1 persen ke level 98,37 setelah sehari sebelumnya melesat 0,6 persen

Ditulis oleh Pramirvan Datu
DXY Menguat, Yen Tertekan di Ambang Psikologis 150
ilustrasi dolar. Foto: dok KabarBursa.com

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Dolar Amerika Serikat tetap perkasa pada Jumat, ditopang rilis data ekonomi yang melampaui ekspektasi pasar. Isyarat ini meruntuhkan harapan akan adanya pelonggaran moneter lebih lanjut dari Federal Reserve tahun ini.

    Indeks Dolar (DXY)-pengukur daya tawar greenback terhadap enam mata uang utama-mencatatkan penguatan mingguan terbesar dalam dua bulan terakhir, menurut laporan Reuters dari Tokyo, Jumat 26 September 2025.

    Lompatan ini dipicu data fundamental yang solid: pertumbuhan produk domestik bruto (PDB), klaim tunjangan pengangguran, pesanan barang tahan lama, hingga persediaan grosir. Seluruhnya dirilis lebih baik dari perkiraan pada Kamis 25 September 2025.

    “Pasar membaca sinyal bahwa ekonomi tidak berada dalam fase darurat,” ujar Gavin Friend, Senior Market Strategist National Australia Bank. “Dengan data sekuat itu, urgensi pemangkasan suku bunga tambahan mulai diragukan.”

    Pada awal perdagangan, Indeks DXY terkoreksi tipis 0,1 persen ke level 98,37 setelah sehari sebelumnya melesat 0,6 persen. Secara mingguan, indeks tetap menguat 0,8 persen, menjadi reli terbesar sejak awal Agustus.

    Dolar turut naik 0,1 persen terhadap yen Jepang ke posisi 149,68, mendekati batas psikologis 150 untuk kali pertama sejak 1 Agustus. Euro pun bergerak tipis naik 0,1 persen menjadi USD1,1680.

    Kini, pasar menakar peluang 60 persen bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga 50 basis poin pada Desember. Angka ini melemah dari 82 persen pada pekan lalu, berdasarkan proyeksi FedWatch Tool CME Group.

    Departemen Perdagangan AS pada Kamis merevisi pertumbuhan PDB kuartal kedua menjadi 3,8 persen dari perkiraan awal 3,3 persen. Lonjakan itu mengejutkan banyak ekonom yang tak mengantisipasi revisi signifikan.

    Perhatian investor kini tertuju pada data pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) Agustus—indikator inflasi favorit The Fed—yang dijadwalkan rilis Jumat malam. Survei Reuters memperkirakan PCE bulanan naik 0,3 persen, sementara tahunan sebesar 2,7 persen.

    “Bagi The Fed yang tengah menyoroti inflasi, laporan ini dapat menjadi katalis positif,” ujar Bansi Madhavani, Ekonom Senior ANZ. “Selama inflasi masih tinggi, pemangkasan suku bunga kemungkinan berlangsung bertahap, 25 basis poin per langkah.”

    Dari Tokyo, data terbaru memperlihatkan inflasi inti Jepang untuk September tetap berada di atas target 2 persen Bank of Japan, memperkuat dugaan kenaikan suku bunga dalam waktu dekat.

    Di sisi geopolitik, ketegangan kembali memuncak. Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif impor baru: bea masuk 100 persen untuk obat bermerek, 25 persen untuk truk berat, dan 50 persen bagi lemari dapur.

    Langkah agresif ini muncul hanya berselang beberapa pekan setelah tanda-tanda meredanya ketegangan dagang lewat negosiasi bilateral. Kini, kebijakan tersebut kembali menyalakan kekhawatiran atas inflasi dan stabilitas rantai pasok global.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Pramirvan Datu

    Pram panggilan akrabnya, jurnalis sudah terverifikasi dewan pers. Mengawali karirnya sejak tahun 2012 silam. Berkecimpung pewarta keuangan, perbankan, ekonomi makro dan mikro serta pasar modal.