KABARBURSA.COM - Standard Chartered telah merilis laporan terbarunya mengenai outlook ekonomi Indonesia, dalam Global Focus Economic Outlook Q2-2024. Laporan tersebut menyoroti beberapa perhatian, mulai dari investasi hingga dampak kontestasi politik.
Ekonom senior dari Standard Chartered Bank Indonesia, Aldian Taloputra, menjelaskan bahwa mereka memperkirakan akan terjadi penurunan dalam pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada 2024, menjadi 5,1 persen dari sebelumnya 5,2 persen. Hal ini disebabkan oleh pemasukan dari pemilu yang lebih rendah dari perkiraan sebelumnya terhadap ekonomi Indonesia.
Meskipun ada optimisme terkait dengan pertumbuhan kuat di semester pertama, hasil pemilu yang meyakinkan telah mengurangi kebutuhan untuk putaran kedua, yang kemungkinan akan menurunkan dorongan konsumsi. Meskipun demikian, peningkatan investasi yang signifikan tidak diharapkan dalam waktu dekat.
Perhatian juga tertuju pada kontestasi pemilihan kepala daerah di Indonesia dan inflasi pangan yang tinggi, yang dapat mempengaruhi belanja konsumen, terutama di kalangan rumah tangga berpendapatan rendah. Meskipun demikian, perekonomian Indonesia masih dalam tahap ekspansi, tercermin dari pertumbuhan pinjaman yang kuat dan meningkatnya pinjaman luar negeri swasta non-bank.
Laporan tersebut juga meramalkan pertumbuhan PDB global sebesar 3,1 persen tahun ini, yang tetap stabil dibandingkan dengan tahun 2023. Sementara Asia tetap menjadi motor penggerak utama pertumbuhan ekonomi global, pemilihan umum di beberapa negara dapat mempengaruhi aktivitas investasi untuk sementara waktu.
Meskipun inflasi telah melambat, tekanan harga dalam negeri masih menjadi perhatian, terutama dalam hal tenaga kerja dan upah. China mengalami disinflasi ekspor, namun harga barang global tetap rentan terhadap gangguan rantai pasokan.
Bank-bank sentral besar diperkirakan akan memulai siklus penurunan suku bunga dalam beberapa bulan mendatang, memberikan ruang pelonggaran kebijakan di Asia pada kuartal ketiga. Meskipun target inflasi belum tercapai di beberapa negara, bank-bank sentral juga khawatir bahwa suku bunga yang terlalu tinggi dalam jangka waktu lama dapat merusak aktivitas perekonomian.