KABARBURSA.COM - PT Solusi Sinergi Digital Tbk (kode saham: WIFI), entitas yang terafiliasi dengan grup Surge, akan menggelar Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu I (PMHMETD I) dengan nilai maksimum Rp5,89 triliun.
Aksi korporasi ini telah mendapat pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui surat Nomor S-42/D.04/2025 tertanggal 20 Juni 2025. Dalam surat pengantar yang dikirimkan kepada Bursa Efek Indonesia pada 23 Juni 2025, Surge menyampaikan bahwa dokumen informasi tambahan telah disiapkan untuk diproses sesuai ketentuan POJK 32/2015 tentang PMHMETD.
“PMHMETD I ini akan memberikan kesempatan kepada pemegang saham untuk berpartisipasi dalam perluasan infrastruktur digital nasional yang sedang kami bangun,” tulis Shannedy Ong, Direktur PT Solusi Sinergi Digital Tbk.
Dalam PMHMETD I ini, Surge akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 2.944.150.000 saham baru. Setiap pemegang 4 saham lama yang tercatat pada tanggal recording date (3 Juli 2025), berhak memperoleh 5 HMETD, yang masing-masing dapat digunakan untuk membeli 1 saham baru.
Harga pelaksanaan ditetapkan sebesar Rp2.000 per saham, sehingga total potensi dana yang dapat diraih mencapai Rp5.888.300.000.000. Jika dana tersebut tidak terserap penuh, perusahaan hanya akan mencatatkan saham sesuai jumlah pelaksanaan aktual.
Pelaksanaan rights issue ini akan dimulai pada 7 Juli 2025 dan berakhir 15 Juli 2025. Perdagangan HMETD di pasar reguler dan negosiasi akan dilakukan pada 7–11 Juli 2025, sedangkan di pasar tunai pada 15 Juli 2025.
Saham hasil pelaksanaan HMETD akan mulai dicatatkan di BEI sejak 9 Juli 2025, dan pengembalian dana atas pesanan tambahan yang tidak terpenuhi akan dilakukan paling lambat 21 Juli 2025.
Sebagian besar dana hasil PMHMETD I akan digunakan untuk pembangunan jaringan Fiber To The Home (FTTH). Proyek ini ditargetkan mencakup 4 juta homepass di Pulau Jawa. Pembangunan infrastruktur tersebut akan dilakukan oleh entitas anak, PT Integrasi Jaringan Ekosistem (IJE), melalui anak usaha IJE yakni PT Jaringan Infra Andalan (JIA).
Surge menegaskan bahwa jaringan FTTH ini akan menjangkau rumah tangga dengan layanan internet berbiaya rendah, yakni Rp100.000 per bulan. Proyek ini menjadi bagian dari strategi memperluas akses “internet rakyat” di Indonesia.
Total belanja modal (capex) untuk proyek FTTH ini diperkirakan sebesar Rp5,8 triliun. Dana dari rights issue akan digunakan untuk pengadaan perangkat OLT, kabel fiber optik, perangkat ONT, perangkat distribusi, hingga biaya pembangunan jaringan dan perizinan.
PT Investasi Sukses Bersama (ISB), sebagai pemegang saham mayoritas, menyatakan akan melaksanakan seluruh HMETD yang menjadi haknya, yaitu sebanyak 1.487.468.750 saham, senilai Rp2,97 triliun. Demikian pula, pemegang saham pengendali langsung, Tinawati, akan menyerap 8.437.500 saham baru, senilai Rp16,87 miliar.
Total komitmen kedua pemegang saham tersebut mencapai Rp2.987.812.500.000 atau sekitar 50,7 persen dari total target dana PMHMETD I. Kelebihan permintaan (oversubscription) dari pemegang saham publik juga dapat menutupi sisa saham yang tidak dilaksanakan.
Pemegang saham yang tidak melaksanakan haknya akan mengalami dilusi maksimum sebesar 55,56 persen. Surge menekankan bahwa risiko ini perlu dipertimbangkan secara serius oleh investor yang ingin mempertahankan proporsi kepemilikannya.
Perusahaan juga membuka opsi pemesanan saham tambahan (oversubscribe) bagi investor yang ingin menambah kepemilikan lebih dari haknya. Penjatahan akan dilakukan secara proporsional sesuai permintaan dan jumlah saham sisa.
Dana hasil rights issue akan disalurkan dari Surge ke IJE sebagai entitas anak, lalu diteruskan ke JIA. JIA akan menjadi pelaksana utama proyek FTTH. Surge memastikan bahwa JIA akan melakukan pemilihan vendor secara kompetitif, transparan, dan tanpa hubungan afiliasi dengan manajemen.
Proyek FTTH ini juga akan didampingi oleh pengawasan internal dan eksternal sesuai prinsip tata kelola yang baik. Setiap pengeluaran akan dicatat dan dilaporkan secara berkala dalam laporan keuangan perusahaan.
Melalui PMHMETD I, Surge tidak hanya memperkuat struktur modal tetapi juga mengarahkan fokus bisnis ke sektor infrastruktur digital jangka panjang. Model bisnis recurring revenue dari internet berlangganan menjadi target utama, menggantikan ketergantungan pada pendapatan dari iklan dan jasa telko konvensional.
Langkah ini sejalan dengan strategi transformasi digital nasional dan meningkatnya permintaan atas layanan internet rumah tangga pasca pandemi. Jika terealisasi penuh, FTTH Surge akan menjadi salah satu jaringan internet rumah terbesar di Indonesia untuk segmen menengah bawah. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.