KABARBURSA.COM - Harga emas batangan PT Aneka Tambang Tbk (Antam) kembali nyungsep. Kamis, 27 Juni 2024, pukul 09.43, harganya anjlok sebesar Rp11.000 per gram, dari sebelumnya di posisi Rp1.361.000 pada penutupan Rabu, 26 Juni 2024, menjadi Rp1.350.000. Tertekannya harga emas ini juga berpengaruh pada harga buyback atau jual kembali. Adapun untuk emas batangan, harga jualnya di kisaran Rp1.220.000 per gram.
Untuk transaksi harga jual dikenakan potongan pajak. Hal ini sesuai dengan PMK No 34/PMK.10/2017, yang menyebutkan bahwa penjualan kembali emas batangan ke PT Antam Tbk dengan nominal lebih dari Rp10 juta dikenakan PPh 22 sebesar 1,5 persen untuk pemegang NPWP dan 3 persen untuk non-NPWP. Diatur pula, PPh 22 atas transaksi buyback dipotong langsung dari total nilai buyback.
Harga emas Antam yang mengalami penurunan ini sejalan dengan harga emas dunia yang sedang depresi penutupan di perdagangan kemarin, sebesar 0,91 persen, ke angka USD2.297/troy ons. Alasan depresinya emas dunia, mengutip dari Kitco, dikarenakan pasar emas tidak mampu menarik momentum bullish lantaran harga terus meluncur ke level USD2.300/troy ons.
Tekanan terhadap emas juga terjadi karena sikan bank sentral AS (The Fed) yang tampak hawkish. Gubernur Fed Michelle Bowman sempat menyatakan, belum saatnya untuk mulai menurunkan suku bunga. Ia malah mengisyaratkan kenaikan suku bunga jika inflasi tetap tinggi.
Berikut ini harga pecahan emas batangan yang tercatat di logam Mulia Antam, hari ini:
- Harga emas 0,5 gram: Rp725.000
- Harga emas 1 gram: Rp1.350.000
- Harga emas 2 gram: Rp2.640.000
- Harga emas 3 gram: Rp3.935.000
- Harga emas 5 gram: Rp6.525.000
- Harga emas 10 gram: Rp12.995.000
- Harga emas 25 gram: Rp32.362.000
- Harga emas 50 gram: Rp64.645.000
- Harga emas 100 gram: Rp129.212.000
- Harga emas 250 gram: Rp322.765.000
- Harga emas 500 gram: Rp645.320.000
- Harga emas 1.000 gram: Rp1.290.600.000
KabarBursa Rabu, 26 Juni 2024 memberitakan, harga emas dunia mengalami penurunan pada Selasa, 25 Juni 2024. Tiga sentimen yang memengaruhi logam mulia paling berharga di dunia ini adalah dolar Amerika Serikat (AS) menguat, imbal hasil obligasi AS, dan pelaku pasar menunggu data ekonomi AS yang bisa menentukan arah suku bunga acuan.
Pada Selasa, 25 Juni 2024, harga emas dunia di pasar spot terkoreksi 0,4 persen menjadi USD2.323,60 per troy ons. Harga ini menjadi yang terendah sejak 13 Juni 2024 atau 2 pekan yang lalu. Sementara pada harga kontrak berjangka, emas jatuh 0,4 persen menjadi USD2.335,8 per troy ons.
Dalam sepekan terakhir, harga emas terpangkas 0,35 persen secara point to point. Selama sebulan lalu, harga telah berkurang 1,38 persen.
“Masih banyak permintaan fisik dari bank sentral dan ada permintaan dari Asia. Ekspektasi utamanya adalah The Fed akan memangkas suku bunga dan investor sangat enggan untuk menjual emas,” kata Ryan McKay, ahli strategi komoditas senior di TD Securities.
World Gold Council menyebut, dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) emas mengalami arus masuk minggu lalu sebesar USD212 juta atau sebanyak 2,1 metrik ton.
Emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil mencapai rekor tertinggi USD2.449,89 pada 20 Mei dan naik 12 persen sepanjang tahun ini. Hal itu didukung oleh harapan pemangkasan suku bunga The Fed dan pembelian besar-besaran oleh bank sentral di tengah ketegangan geopolitik.
Investor Nantikan PCE
Lebih lanjut pada minggu ini, traders menantikan estimasi produk domestik bruto kuartal pertama AS yang akan dirilis pada Kamis, 27 Juni 2024 dan laporan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (Personal Consumption Expenditure/PCE) pada Jumat, 28 Juni 2024.
Konsensus pasar memperkirakan laju PCE secara bulanan (month-to-month/mtm) pada Mei sebesar 0 persen. Lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 0,3 persen.
Secara tahunan (year-on-year/yoy), laju PCE pada Mei diperkirakan 2,6 persen. Sedikit melambat dibandingkan April yang sebesar 2,7 persen.
Adapun laju PCE inti (core) secara bulanan diperkirakan 0,1 persen pada Mei. Juga melambat dibandingkan April yang sebesar 0,2 persen.
Sementara laju PCE inti secara tahunan pada Mei diperkirakan 2,6 persen. Lebih rendah dibandingkan April yang sebesar 2,8 persen.
Sebagai informasi, PCE adalah indikator pilihan bank sentral Federal Reserve dalam mengukur inflasi. Jika laju PCE benar-benar melambat, maka ada harapan Gubernur Jerome ‘Jay’ Powell bisa menurunkan suku bunga acuan.
Mengutip CME FedWatch, peluang penurunan Federal Funds Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5-5,25 persen pada September mencapai 59,3 persen.
Namun, sepertinya pasar masih belum sepenuhnya yakin The Fed bakal menempuh langkah tersebut. Pasalnya, sejumlah pejabat teras The Fed masih melontarkan komentar bernada hawkish.(*)