KABARBURSA.COM - Harga emas dunia mencatat reli dua hari berturut-turut hingga Selasa, 19 November 2024, hingga menyentuh level tertinggi dalam sepekan. Ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina memicu peralihan investor ke aset aman, sementara pasar juga menanti sinyal kebijakan suku bunga dari Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed).
Dilansir dari Consumer News and Business Channel International, harga emas spot naik 0,6 persen ke USD2.628,76 per ons, level tertinggi sejak 11 November. Kontrak berjangka emas AS juga ditutup menguat 0,6 persen di angka USD2.631 per ons. Sebelumnya, harga emas sempat melesat 2 persen, di mana ini merupakan lonjakan harian terbesar sejak pertengahan Agustus 2024.
Ketegangan Rusia-Ukraina Dorong Permintaan Emas
Ahli strategi komoditas dari TD Securities, Daniel Ghali, menjelaskan perubahan doktrin nuklir Rusia setelah serangan rudal Ukraina ke wilayah Rusia menjadi faktor kunci lonjakan harga emas. “Ketegangan ini mendorong aliran investasi ke emas sebagai aset aman,” ujarnya.
Namun, Ghali mengingatkan tanpa konsolidasi harga lebih lanjut, kenaikan ini mungkin sulit berlanjut. “Investor spekulatif butuh alasan kuat untuk mendorong reli emas ke level berikutnya,” katanya.
Sinyal The Fed dan Pelemahan Dolar
Ketidakpastian kebijakan suku bunga The Fed menjadi perhatian utama pelaku pasar. Beberapa pejabat The Fed dijadwalkan memberikan pandangan pekan ini. Saat ini, pasar memperkirakan peluang sebesar 63 persen untuk pemangkasan suku bunga 25 basis poin pada Desember mendatang.
Analis Commerzbank mencatat bahwa selain ketegangan geopolitik, pembelian emas oleh bank sentral dan pelemahan dolar AS turut menjadi pendorong. “Dolar yang lebih lemah membuat emas lebih menarik bagi investor global,” tulisnya.
Logam Mulia Lain Ikut Terdongkrak
Tak hanya emas, logam mulia lainnya turut mencatatkan penguatan. Harga perak naik 0,1 persen ke US$ 31,17 per ons, sementara platinum menguat 0,5 persen ke US$ 971,66 per ons. Paladium mencatat lonjakan 2,2 persen ke US$ 1.027, mencapai level tertinggi dalam dua minggu terakhir.
Kombinasi ketidakpastian geopolitik, prospek kebijakan suku bunga, dan tekanan ekonomi global terus memperkuat daya tarik logam mulia sebagai aset lindung nilai.
Berbalik Arah usai Sepekan Redup
Pada perdagangan Senin, 18 November 2024, harga emas mulai berbalik arah usai enam hari berturut-turut mengalami penurunan. Penurunan dolar AS dan meningkatnya ketidakpastian terkait ketegangan Rusia-Ukraina mendorong permintaan emas sebagai aset aman.
Menurut Reuters, harga emas spot naik sebesar 1,8 persen menjadi USD 2.608,19 per ons, menjauh dari level terendah dalam dua bulan terakhir yang tercatat pada 14 November 2024. Sementara itu, kontrak berjangka emas AS ditutup dengan lonjakan 1,7 persen di level USD 2.614,6.
Daniel Pavilonis, analis senior pasar di RJO Futures, menyatakan bahwa salah satu faktor utama lonjakan harga emas adalah pengumuman Presiden AS, Joe Biden, mengenai pengiriman rudal jarak jauh ke Ukraina. Keputusan ini memungkinkan Ukraina untuk menyerang wilayah Rusia lebih dalam, yang memicu meningkatnya permintaan emas sebagai aset pelindung nilai.
Selain itu, pemulihan harga emas ini didorong oleh beberapa faktor, termasuk pelemahan dolar AS yang terjadi setelah rally kuat yang dipicu oleh kebijakan ekonomi terbaru Presiden Donald Trump. Selain itu, ketidakpastian yang masih melanda pasar terkait dengan imbal hasil AS di berbagai kerangka waktu juga memberi ruang bagi logam kuning untuk melanjutkan pemulihan.
Emas sering kali dilihat sebagai instrumen investasi yang aman di tengah ketidakpastian geopolitik dan ekonomi. Namun, pada pekan sebelumnya, harga emas mengalami penurunan mingguan terburuk dalam lebih dari tiga tahun. Penurunan ini dipengaruhi oleh proposal tarif dari presiden terpilih Trump yang dapat memicu inflasi, yang pada gilirannya dapat memperlambat pemangkasan suku bunga oleh The Fed.
Meskipun pada pekan sebelumnya indeks dolar AS mencapai level tertinggi dalam satu tahun, pada Senin, dolar AS melemah sebesar 0,4 persen setelah mencatatkan kenaikan 1,6 persen sebelumnya. Melemahnya dolar menjadikan emas lebih terjangkau bagi pembeli yang menggunakan mata uang selain dolar AS.
“Secara teknikal, harga emas berpotensi kembali mendekati level USD 2.700,” ujar Pavilonis.
Minggu ini diperkirakan akan menjadi minggu yang dipenuhi dengan rilis data ekonomi global, di mana publikasi indeks manajer pembelian (PMI) awal akan menjadi sorotan utama. The Fed diperkirakan akan kembali memangkas suku bunga untuk ketiga kalinya pada bulan Desember, meskipun data terbaru menunjukkan bahwa upaya untuk mengendalikan inflasi agar mencapai target 2 persen mengalami beberapa hambatan.
Khususnya, Ketua The Fed Jerome Powell yang menyatakan minggu lalu bahwa bank sentral AS tidak terburu-buru untuk memangkas suku bunga lebih lanjut mengingat kondisi ekonomi AS yang masih cukup kuat.
Selain itu, setidaknya tujuh pejabat The Fed dijadwalkan untuk berbicara pada minggu ini. Kenaikan suku bunga biasanya membuat aset non-yielding seperti emas kurang menarik. Namun, menurut Kinesis Money, target harga emas selanjutnya adalah untuk menutup perdagangan di atas level resistansi kuat di USD 2.650.(*)