Logo
>

Emas Goyah: Harga Drop, Investor Pelototi Data Ekonomi AS

Ditulis oleh Syahrianto
Emas Goyah: Harga Drop, Investor Pelototi Data Ekonomi AS

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Harga emas dunia mengalami penurunan pada Selasa, 25 Juni 2024. Tiga sentimen yang memengaruhi logam mulia paling berharga di dunia ini adalah dolar Amerika Serikat (AS) menguat, imbal hasil obligasi AS, dan pelaku pasar menunggu data ekonomi AS yang bisa menentukan arah suku bunga acuan.

    Pada Selasa, 25 Juni 2024, harga emas dunia di pasar spot terkoreksi 0,4 persen menjadi USD2.323,60 per troy ons. Harga ini menjadi yang terendah sejak 13 Juni 2024 atau 2 pekan yang lalu. Sementara pada harga kontrak berjangka, emas jatuh 0,4 persen menjadi USD2.335,8 per troy ons.

    Dalam sepekan terakhir, harga emas terpangkas 0,35 persen secara point to point. Selama sebulan lalu, harga telah berkurang 1,38 persen.

    “Masih banyak permintaan fisik dari bank sentral dan ada permintaan dari Asia. Ekspektasi utamanya adalah The Fed akan memangkas suku bunga dan investor sangat enggan untuk menjual emas,” kata Ryan McKay, ahli strategi komoditas senior di TD Securities.

    World Gold Council menyebut, dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) emas mengalami arus masuk minggu lalu sebesar USD212 juta atau sebanyak 2,1 metrik ton.

    Emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil mencapai rekor tertinggi USD2.449,89 pada 20 Mei dan naik 12 persen sepanjang tahun ini. Hal itu didukung oleh harapan pemangkasan suku bunga The Fed dan pembelian besar-besaran oleh bank sentral di tengah ketegangan geopolitik.

    Investor Nantikan PCE

    Lebih lanjut pada minggu ini, traders menantikan estimasi produk domestik bruto kuartal pertama AS yang akan dirilis pada Kamis, 27 Juni 2024 dan laporan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (Personal Consumption Expenditure/PCE) pada Jumat, 28 Juni 2024.

    Konsensus pasar memperkirakan laju PCE secara bulanan (month-to-month/mtm) pada Mei sebesar 0 persen. Lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 0,3 persen.

    Secara tahunan (year-on-year/yoy), laju PCE pada Mei diperkirakan 2,6 persen. Sedikit melambat dibandingkan April yang sebesar 2,7 persen.

    Adapun laju PCE inti (core) secara bulanan diperkirakan 0,1 persen pada Mei. Juga melambat dibandingkan April yang sebesar 0,2 persen.

    Sementara laju PCE inti secara tahunan pada Mei diperkirakan 2,6 persen. Lebih rendah dibandingkan April yang sebesar 2,8 persen.

    Sebagai informasi, PCE adalah indikator pilihan bank sentral Federal Reserve dalam mengukur inflasi. Jika laju PCE benar-benar melambat, maka ada harapan Gubernur Jerome ‘Jay’ Powell bisa menurunkan suku bunga acuan.

    Mengutip CME FedWatch, peluang penurunan Federal Funds Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5-5,25 persen pada September mencapai 59,3 persen.

    Namun, sepertinya pasar masih belum sepenuhnya yakin The Fed bakal menempuh langkah tersebut. Pasalnya, sejumlah pejabat teras The Fed masih melontarkan komentar bernada hawkish.

    Salah satunya adalah Gubernur The Fed San Francisco Mary Daly. Dalam sebuah diskusi di George Mason University belum lama ini, Daly menegaskan butuh lebih banyak waktu untuk menggiring inflasi menuju target 2 persen,

    “Kami sudah menerapkan kebijakan restriktif. Namun mungkin perlu lebih banyak waktu untuk menurunkan inflasi. Masih ada ketidakpastian dalam beberapa bulan ke depan terkait inflasi, dan bagaimana kami merespons hal tersebut,” kata Daly, seperti dikutip dari Bloomberg News.

    Di sisi lain, Gubernur The Fed Chicago Austan Goolsbee mengaku masih menunggu inflasi mereda lebih lanjut sebagai bagian dari proses yang akan membuka pintu bagi pemangkasan suku bunga. Suku bunga yang lebih rendah mengurangi biaya peluang untuk menyimpan emas batangan.

    Sementara itu, harga logam mulia lainnya yaitu harga perak anjlok 1,4 persen menjadi USD29,22 per ons, platinum turun 0,4 persen menjadi USD990,85, dan palladium ambles 3,9 persen menjadi USD941.

    Proyeksi Harga Antam

    Harga emas batangan bersertifikat Antam keluaran Logam Mulia PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) naik pada Selasa, 25 Juni 2024 saat harga emas dunia justru tertekan.

    Mengutip situs Logam Mulia, harga pecahan satu gram emas Antam berada di Rp1.368.000. Harga emas Antam ini naik Rp8.000 dari harga yang dicetak pada Senin, 24 Juni 2024 yang berada di level Rp1.360.000 per gram.

    Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo menjelaskan, harga emas turun karena investor menunggu laporan ekonomi Amerika Serikat (AS) pada minggu ini untuk kejelasan mengenai jadwal penurunan suku bunga Federal Reserve.

    “Titik fokus utamanya mencakup data indeks personal consumption expenditure (PCE) inti, ukuran inflasi pilihan The Fed, belanja konsumen dan pendapatan, estimasi ketiga pertumbuhan PDB kuartal pertama, dan neraca perdagangan barang,” kata Sutopo.

    Dia menambahkan, pelemahan rupiah terhadap dolar AS masih mendukung harga emas Antam. “Jadi meski harga emas dunia mengalami penurunan, namun kenaikan dolar membuat emas dalam negeri tetap kuat,” imbuhnya.

    Lebih lanjut, Sutopo memprediksi bahwa pergerakan harga emas dunia sedang berfluktuasi dan tidak menentu mengingat ada beberapa peristiwa geopolitik yang akan berlangsung. Prancis, Inggris, dan Amerika tengah menggelar pemilu. Presiden AS Joe Biden dan mantan Presiden Donald Trump akan berhadapan minggu ini dalam debat calon presiden pertama Pilpres AS 2024.

    “Peristiwa ini tentu dapat menambah ketidakpastian global, sehingga berimbas terhadap pergerakan harga emas,” kata Sutopo.

    Kendati begitu, Sutopo mengatakan bahwa adanya permintaan emas fisik dari ritel dan bank sentral yang terus meningkat akan menjadi sentimen utama yang dapat mendukung kenaikan harga emas.

    Dia memperkirakan harga emas Antam akan berkisar antara Rp1.400.000 hingga Rp1.500.000 per gram pada akhir tahun 2024. Sementara harga emas dunia diprediksi akan mencapai USD2.500 per ons troi pada akhir tahun ini. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.