KABARBURSA.COM - Head of Research Retail MNC Sekuritas Herditya Wicaksana mengatakan bahwa harga emas masih bergerak positif pada pekan ini, Senin, 3 Februari-Jumat, 7 Februari 2025.
Ia menyebut, harga emas menunjukkan kecenderungan untuk konsolidasi dengan tren uptrend yang masih bertahan.
Apabila pergerakan harga emas mampu menembus atau break level resistance di level USD2.820 per troy ons, ujar Didit, sapaan akrabnya, maka logam mulia ini berpeluang terus menguat.
"Kami perkirakan pergerakan emas masih berpeluang untuk menguat, paling tidak menguji di USD2.830-USD2.850 terlebih dahulu," ujarnya dalam dialog bersama Kabar Bursa Hari Ini, di kanal YouTube KabarBursaCom, Senin, 3 Februari 2025.
Pada puncak tertingginya, menurut analis MNC Sekuritas itu, emas berpeluang mencapai area harga USD2.932. "Kami masih melihat masih adanya upside atau perkiraan harga emas menuju area 2.932," tegas dia.
Meskipun demikian, para investor tetap perlu waspada dan mencermati adanya area support sendiri di USD2.730.
Tarif Trump Berpotensi Naikkan Harga Emas
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, resmi menerapkan tarif impor baru kepada tiga negara yakni Kanada, Meksiko, dan China. Keputusan ini diumumkan pada Sabtu, 1 Februari 2025.
Adapun pajak terbaru yang dikenakan sebesar 25 persen untuk barang-barang dari Kanada dan Meksiko, serta 10 persen untuk barang dari China. Kabarnya, kebijakan ini mulai berlaku pada Selasa, 4 Februari 2025.
Head of Research and Chief Economist Mirae Asset Rully Arya Wisnubroto menjelaskan, penerapan tarif baru Trump tersebut bisa membuat prospek ekonomi dan pasar untuk ke depan penuh dengan ketidakpastian.
“Beberapa risiko terbesar, jika perang dagang mengalami eskalasi atau dengan kata lain negara-negara mitra dagang AS melakukan tindakan balasan,” ujar dia dalam keterangannya, Senin, 3 Februari 2025.
Rully memandang, risiko yang berpotensi datang ialah pelemahan pertumbuhan ekonomi, kenaikan inflasi, dan akan terus terjadinya kecenderungan flight to safety ke aset-aset yang dianggap aman seperti dolar dan emas.
Dia melanjutkan, kondisi ini juga kemungkinan besar akan membuat tekanan pada perdagangan pasar saham di hari pertama pekan ini.
“Tekanan terhadap rupiah juga kemungkinan akan meningkat dan BI (Bank Indonesia) akan terus melakukan kebijakan stabilisasi,” pungkasnya.
Harga Emas Awal Pekan Februari 2025
Harga emas dunia pada awal pekan Februari 2025 sebesar USD2.799,16 per ons troi atau turun 0,44 persen. Turunnya harga emas dunia diprediksi karena penguatan dolar dan kebijakan Trump.
Dikutip dari Reuters, harga emas melampaui level kunci karena didorong oleh keinginan mencari aset aman menyusul ancaman tarif Presiden AS Donald Trump yang meningkatkan kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi global dan tekanan inflasi.
Harga emas spot naik 0,3 persen menjadi USD2.801,29 per ons setelah mencapai rekor tertinggi USD2.817,23 pada awal sesi. Harga emas berjangka AS ditutup 0,4 persen lebih rendah pada USD2.835, diperdagangkan lebih tinggi dari harga emas spot.
Sebelumnya, Harga emas dunia dunia mencetak rekor tertinggi dalam sejarah dengan menembus level psikologis USD2.800 per ons troi pada Jumat, 31 Januari 2025. Kenaikan ini dipicu kepanikan pasar setelah Presiden AS Donald Trump kembali menggertak dunia dengan ancaman tarif impor baru yang akhirnya memperburuk ketidakpastian ekonomi global.
Berdasarkan data TradingView yang dilihat pukul 05.49 WIB, harga emas berjangka Gold Futures di bursa COMEX ditutup di level USD2.835 per ons troi (sekitar Rp45,36 juta) pada perdagangan terakhir. Meskipun mengalami koreksi tipis 0,36 persen atau turun USD10,2, harga emas sempat menyentuh level tertinggi sepanjang masa di USD2.817,23 sebelum akhirnya terkoreksi.
Dari segi volume perdagangan, TradingView mencatat aktivitas transaksi emas berjangka mencapai 155,74 ribu kontrak, yang menunjukkan tingginya minat investor terhadap aset safe haven ini. Ukuran kontrak yang diperdagangkan adalah 100 APZ, dengan kode kontrak untuk bulan depan GCJ2025.
Indikator teknikal yang tersedia di TradingView menunjukkan bahwa sentimen pasar saat ini berada di zona “Pembelian”, dengan kecenderungan investor untuk tetap menambah posisi di emas. Grafik analisis menunjukkan dominasi permintaan terhadap emas di tengah volatilitas pasar global.
Lonjakan harga emas ini tidak lepas dari ketidakpastian yang ditimbulkan Presiden Amerika Serikat AS Donald Trump. Ia berencana memberlakukan tarif 25 persen pada impor dari Kanada dan Meksiko mulai Sabtu hari ini, dan masih mempertimbangkan langkah serupa terhadap barang-barang asal China.
“Banyak ketidakpastian saat ini, dan pasar benar-benar dalam mode ‘wait and see’ terhadap kebijakan tarif Trump,” ujar analis senior di RJO Futures, Bob Haberkorn. (*)
https://www.youtube.com/watch?v=zWERzSAt6Ig
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.