KABARBURSA.COM - Harga emas melonjak 1 persen dan mencapai rekor tertinggi pada Selasa, 24 September 2024, didorong oleh meningkatnya ketegangan di Timur Tengah dan ekspektasi penurunan suku bunga di Amerika Serikat. Kondisi ini membuat emas semakin diminati sebagai aset safe-haven oleh investor. Sepanjang 2024, harga emas telah naik hingga 28 persen.
Harga emas spot naik 1,1 persen menjadi USD2.656,38 per ons, setelah sebelumnya mencapai rekor di USD2.664 per ons. Kontrak berjangka emas AS juga melonjak 1 persen menjadi USD2.680 per ons.
Sejak awal 2024, harga emas terus meningkat signifikan, terutama karena kekhawatiran eskalasi konflik di Timur Tengah yang berpotensi berkembang menjadi perang besar.
"Lonjakan harga ini dipicu oleh ketakutan terhadap ketegangan di Timur Tengah, khususnya potensi aksi lebih lanjut dari Iran. Saya pikir kita akan terus melihat harga emas mencetak rekor baru," ujar Bob Haberkorn, ahli strategi pasar senior di RJO Futures.
Haberkorn menambahkan, harga emas bisa melewati angka USD2.700 dalam waktu dekat, bahkan mungkin akhir pekan ini, jika situasi di Timur Tengah semakin memanas dan wacana pemangkasan suku bunga semakin kuat.
Ketegangan di kawasan tersebut meningkat setelah Israel menyerang sasaran Hizbullah di Lebanon selatan dan berjanji untuk terus melakukan tekanan militer. Kondisi ini turut berperan dalam mendorong harga emas ke level tertinggi.
Dipengaruhi Pemangkasan Suku Bunga
Kenaikan harga emas juga dipengaruhi oleh kebijakan moneter longgar dari The Fed. Pemotongan suku bunga sebesar 50 basis poin minggu lalu membuat biaya peluang untuk memegang emas, yang tidak menghasilkan bunga, menjadi lebih rendah, sehingga daya tarik logam mulia ini meningkat.
Presiden Bank Sentral Chicago, Austan Goolsbee, mengatakan ada kemungkinan besar pemotongan suku bunga lebih lanjut di tahun mendatang. Saat ini, pelaku pasar menantikan pernyataan dari Ketua The Fed, Jerome Powell, serta data inflasi AS yang akan diumumkan akhir pekan ini.
Investor juga mencermati perkembangan di China, konsumen emas terbesar di dunia. Bank sentral China baru-baru ini meluncurkan paket stimulus terbesar sejak pandemi guna mendukung ekonominya.
Beberapa bank besar memperkirakan harga emas akan terus mencetak rekor hingga 2025, didorong oleh arus masuk besar ke dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) dan ekspektasi pemotongan suku bunga lebih lanjut dari bank sentral global.
Di sisi lain, harga logam mulia lainnya juga mengalami lonjakan. Perak naik 4,8 persen menjadi USD32,14 per ons, platinum melonjak 3,1 persen ke USD985,95 per ons, dan palladium bertambah 1,6 persen menjadi USD1.057,93 per ons.
Tren Merangkak Naik
Pada akhir perdagangan hari Senin, 23 September 2024, harga emas sudah menyentuh rekor tertinggi atau all time high (ATH). Pendorongnya adalah sentimen positif pemangkasan suku bunga Federal Reserve (The Fed) dan ketegangan geopolitik yang tampak semakin memanas.
Harga emas di pasar spot naik sebesar 0,2 persen sehingga harga mencapai USD2.627,94 per ons. Harga ini sedikit lebih rendah setelah sempat mencapai puncak tertinggi ATH di USD2.634,16 di sesi perdagangan sebelumnya.
Meskipun dolar Amerika Serikat (AS) tampak menguat, harga emas masih melonjak, ditopang sentimen pasar yang positif usai dipengaruhi keputusan The Fed memangkas Fed Funds Rate sebesar 50 basis points (bps).
Bart Melek, Kepala Strategi Komoditas TD Securities, mengatakan, pasar masih bereaksi terhadap pemangkasan suku bunga The Fed sebesar 50 bps pada minggu lalu.
“The Fed telah memberikan sinyal bahwa mereka tidak terlalu khawatir dengan inflasi dan akan berusaha memastikan pengangguran di AS tidak menjadi masalah,” kata Melek.
Melek menambahkan, jika tingkat pengangguran turun drastis, pasar mungkin akan menganggap bahwa The Fed akan bertindak lebih agresif dalam memangkas suku bunga, yang akan sangat menguntungkan harga emas. Selain itu, situasi ketidakstabilan regional di Timur Tengah juga bisa semakin memicu kenaikan harga emas.
Namun, Presiden The Fed Atlanta Raphael Bostic mengatakan, bank sentral AS tidak terburu-buru untuk mencapai suku bunga netral. Para pembuat kebijakan sedang terlibat dalam perdebatan yang ‘intens’ mengenai seberapa jauh dan seberapa cepat suku bunga perlu dipangkas.
“Jika Fed tetap berkomitmen pada siklus pemotongan suku bunganya dalam beberapa bulan mendatang, maka setiap penurunan harga emas kemungkinan akan menarik pembeli yang sudah menunggu, dengan investor berpotensi mengincar beberapa titik masuk yang lebih baik,” kata kepala analis pasar KCM Trade, Tim Waterer, dalam keterangannya.(*)