Logo
>

Emiten Ini Perlu Dilirik Usai Sentimen AS-China Mereda

Founder Stocknow.id Hendra Wardana mengatakan, secara sektoral saham-saham berbasis komoditas dan infrastruktur menjadi unggulan.

Ditulis oleh Hutama Prayoga
Emiten Ini Perlu Dilirik Usai Sentimen AS-China Mereda
Suasana di Bursa Efek Indonesia. Foto: KabarBursa/Abbas Sandji

KABARBURSA.COM - Sejumlah emiten bisa dicermati investor di tengah perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China yang mulai mereda. Sentimen menyusut setelah kedua negara sepakat menurunkan tarif satu sama lain.  

AS memangkas tarif terhadap China dari 145 persen menjadi 30 persen pada 12 Mei 2025. Sebaliknya, China juga memotong tarif produk AS menjadi 10 persen yang semula adalah 125 persen. 

Founder Stocknow.id Hendra Wardana mengatakan secara sektoral saham-saham berbasis komoditas dan infrastruktur menjadi unggulan.  

Hendra merekomendasikan saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) yang menurutnya dua emiten ini bakal tersengat positif menurunnya tensi perang dagang AS dan China. 

"Saham seperti ANTM dan INCO berpotensi mendapat angin segar dari pemulihan permintaan logam dasar akibat meredanya ketegangan dagang," ujar dia kepada KabarBursa.com, Rabu, 14 Mei 2025.

Dari sektor infrastruktur, Hendra menjagokan saham PT. Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk (PTPP). Menurutnya, emiten ini menarik perhatian di tengah ekspektasi akselerasi proyek infrastruktur. 

Berpindah ke sektor keuangan, ia memilih saham saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI). Hendra memandang emiten pelat merah ini tahan dari tekanan eksternal.

"BBRI tetap menjadi pilihan defensif karena didukung oleh fundamental kuat dan eksposur dominan terhadap pembiayaan UMKM yang relatif tahan terhadap tekanan eksternal," ungkapnya. 

Laba Antam Kuartal I 2025 Naik 10 Kali Lipat: Rp2,32 Triliun


PT Aneka Tambang Tbk atau Antam (ANTM) membukukan kinerja keuangan positif pada kuartal I 2025, mencatatkan pertumbuhan laba bersih signifikan periode itu.

Laba Antam di kuartal I 2025 melonjak 10 kali lipat menjadi Rp2,32 triliun, melonjak 1.001,24 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2024 sebesar Rp210,59 miliar.

Antam juga mencatat peningkatan EBITDA sebesar menjadi Rp3,26 triliun pada kuartal I 2025, meningkat 518 persen dari periode serupa tahun lalu Rp527,61.

Selain laba bersih, Antam turut mencatatkan kenaikan laba kotor menjadi Rp3,64 triliun, melonjak lebih dari tiga belas kali lipat. Selain itu, laba usaha Antam berbalik positif menjadi Rp2,69 triliun, dari sebelumnya mencatatkan rugi Rp491,19 miliar. 

Laba bersih per saham dasar (EPS) ikut melonjak 794 persen menjadi Rp88,69, disertai peningkatan total aset sebesar 17 persen menjadi Rp48,30 triliun, dan kenaikan ekuitas sebesar 10 persen menjadi Rp34,62 triliun.

Adapun secara total, sepanjang kuartal I 2025 Antam mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp26,15 triliun, naik signifikan 203 persen dibandingkan Rp8,62 triliun pada periode yang sama tahun lalu. 

Kualitas Kredit BRI (BBRI) Membaik di Kuartal I 2025


PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI (BBRI) mencatat perbaikan kualitas kredit pada kuartal I 2025. Hal ini ditopang oleh kinerja positif dari berbagai sisi. 

Direktur Manajemen Risiko BRI, Mucharom, mengatakan rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) BRI pada akhir Maret 2025 tercatat 2,97 persen, membaik dari 3,11 persen dibanding akhir Maret 2024.

"Penurunan rasio NPL ini merupakan hasil dari penerapan manajemen risiko yang efektif dan prinsip kehati-hatian (prudent) dalam proses penyaluran kredit di seluruh segmen bisnis BRI,” ujar Mucharom dalam keterangan resmi dikutip dari situs resmi BRI, Jumat, 9 Mei 2025.

Selain itu, BRI juga mencatat perbaikan kualitas kredit setelah rasio loan at risk (LAR) mengalami penurunan dari 12,68 persen pada kuartal I 2024 menjadi 11,12 persen pada kuartal I 2025. 

Menurut Mucharom, perbaikan ini menggambarkan pengelolaan portofolio kredit BRI  yang semakin sehat dan terkendali, meskipun sektor usaha masih menghadapi tantangan eksternal seperti ketidakpastian geopolitik.

Tak hanya itu, Rasio NPL Coverage BRI terbilang sangat kuat dengan rasio sebesar 200,60 persen hingga akhir Maret tahun ini. 

Dengan coverage ratio yang sangat memadai ini, kata Mucharom, BRI tidak hanya mampu menjaga stabilitas neraca secara berkelanjutan, namun juga memberikan keyakinan kepada investor, regulator, dan seluruh stakeholders. 

Dari sisi penyaluran kredit, BRI mencetak penyaluran kredit sebesar Rp1.373,66 triliun hingga akhir kuartal I 2025 atau tumbuh 4,97 persen year on year (yoy) . 

Menurut keterangan manajemen, penyaluran kredit ini didominasi oleh segmen UMKM dengan porsi mencapai 81,97 persen dari total kredit BRI, atau dengan nominal sebesar Rp1.126,02 triliun. 

Laba INCO Positif 


Merujuk keterangan resmi perusahaan, biaya pendapatan INCO turun sebesar  USD187,0 juta pada kuartal I 2025, turun 13 persen dari USD213,8 juta pada 4T24 menjadi. Angka ini juga 11 persen lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Adapun pada  pada kuartal I 2025, INCO mencatat EBITDA sebesar USD51,7 juta, sedikit lebih rendah dari USD54,1 juta yang tercatat pada periode sebelumnya terutama karena harga nikel rata-rata yang lebih rendah.

Meski begitu, perusahaan yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada 1990 silam ini berhasil mencapai laba positif sebesar USD21,8 juta pada kuartal I 2025.(*)

Disclaimer:
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Hutama Prayoga

Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.