Logo
>

EXCL Prediksi Pertumbuhan Penggunaan Data: Optimis Hadapi 2025

Ditulis oleh Pramirvan Datu
EXCL Prediksi Pertumbuhan Penggunaan Data: Optimis Hadapi 2025

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - PT XL Axiata optimistis bahwa industri telekomunikasi pada tahun 2025 tetap memberikan prospek yang cerah, mengingat permintaan masyarakat akan internet terus meningkat setiap tahunnya.

    "Faktor ekonomi makro sangat mempengaruhi kondisi industri telekomunikasi, dan saya melihat tahun 2025 masih menjanjikan," ujar Presiden Direktur dan CEO XL Axiata, Dian Siswarini dikutip di Jakarta, Kamis 24 Oktober 2024.

    Dian menjelaskan bahwa tingginya minat dan kebutuhan masyarakat terhadap internet akan berdampak positif pada industri telekomunikasi. Namun, ia juga mencatat bahwa faktor ekonomi makro dapat mempengaruhi daya beli masyarakat, yang pada akhirnya memengaruhi konsumsi layanan telekomunikasi.

    "Situasi ini pernah terjadi pada kuartal kedua 2024, ketika pendapatan masyarakat tertekan, namun kondisi makro ekonomi membaik di kuartal berikutnya," tambahnya.

    Ia memprediksi bahwa penggunaan internet dan data akan kembali meningkat di kuartal keempat 2024, dipicu oleh perhelatan pilkada, serta liburan Natal dan Tahun Baru.

    Terkait perang harga antaroperator, Dian mengungkapkan bahwa fenomena tersebut telah mereda setelah adanya intervensi dari pemerintah, sebuah langkah yang disambut positif oleh industri telekomunikasi di Indonesia.

    Kinerja yang Positif

    PT XL Axiata Tbk (EXCL) mencatatkan kinerja yang positif sepanjang paruh pertama 2024, dengan peningkatan pada beberapa aspek kunci yang mendukung pertumbuhan perusahaan.

    Laporan keuangan terbaru menunjukkan adanya kenaikan dalam pendapatan, laba bersih, dan arus kas, meski terdapat beberapa aspek yang perlu dicermati lebih lanjut.

    Pada 2024, Pendapatan EXCL tumbuh 8,17 persen menjadi Rp17,05 triliun pada semester pertama tahun ini, terutama didorong oleh pertumbuhan sektor data dan layanan digital. Sektor ini berkontribusi sebesar Rp15,84 triliun atau sekitar 93 persen dari total pendapatan, dengan pertumbuhan 9,9 persen dari tahun sebelumnya.

    Sebaliknya, layanan percakapan dan SMS mengalami penurunan 9,6 persen menjadi Rp482 miliar. Ini mencerminkan pergeseran preferensi konsumen yang lebih memilih layanan data.

    Pendapatan dari jasa interkoneksi dan telekomunikasi lainnya juga turun signifikan sebesar 36,2 persen menjadi Rp373 miliar, yang kemungkinan besar mencerminkan perubahan dalam struktur pasar telekomunikasi.

    Namun, perusahaan berhasil mencatatkan pertumbuhan besar dalam managed service dan jasa teknologi informasi, dengan peningkatan sebesar 51 persen menjadi Rp358 miliar.

    Pertumbuhan ini menandakan diversifikasi yang berhasil dilakukan oleh EXCL dalam bisnisnya. Sementara itu, pendapatan dari sewa operasi juga meningkat 26 persen menjadi Rp8 miliar, meskipun kontribusinya terhadap total pendapatan masih kecil.

    Asal Penambahan Laba

    Di sisi biaya, EXCL menghadapi kenaikan biaya pokok penjualan (COGS) sebesar 4,32 persen menjadi Rp11,94 triliun. Kenaikan ini terutama disebabkan oleh meningkatnya beban penyusutan yang naik 9,8 persen, mencapai Rp6,06 triliun atau 35,5 persen dari total pendapatan.

    Namun, perusahaan berhasil menurunkan beban infrastruktur sebesar 1,7 persen menjadi Rp4,40 triliun, menunjukkan adanya efisiensi dalam penggunaan aset infrastruktur. Beban interkoneksi juga turun 13,2 persen menjadi Rp270 miliar, yang dapat mencerminkan negosiasi tarif yang lebih baik dengan mitra-mitra interkoneksi.

    Selain itu, beban paket perdana dan voucher meningkat signifikan sebesar 46 persen menjadi Rp258 miliar, yang perlu dicermati karena dapat berdampak pada profitabilitas perusahaan. Di sisi lain, beban layanan bernilai tambah (value added services) turun 2,9 persen menjadi Rp229 miliar, yang mungkin mencerminkan penurunan dalam diversifikasi layanan yang ditawarkan oleh EXCL.

    Peningkatan efisiensi juga terlihat dari penurunan beban penjualan, umum, dan administrasi (SGA) sebesar 5,82 persen menjadi Rp1,32 triliun. Penurunan ini terutama disebabkan oleh berkurangnya komisi penjualan dan biaya jasa profesional, yang menunjukkan pengelolaan biaya operasional yang lebih baik.

    Hasil dari efisiensi ini adalah peningkatan laba usaha EXCL yang naik dari Rp2,25 triliun menjadi Rp2,95 triliun. Laba sebelum pajak melonjak 66,6 persen menjadi Rp1,34 triliun, sementara laba bersih tahun berjalan meningkat 57,7 persen menjadi Rp1,04 triliun. Laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk juga naik signifikan menjadi Rp1,03 triliun, mencerminkan keberhasilan perusahaan dalam mengoptimalkan operasionalnya.

    Dari sisi aset, EXCL mencatatkan penurunan sebesar 1,25 persen dari Rp87,69 triliun pada akhir tahun 2023 menjadi Rp86,59 triliun pada kuartal kedua 2024. Meski demikian, beberapa komponen aset utama seperti aset tetap dan aset tak berwujud tetap menunjukkan pertumbuhan. Aset tetap, yang merupakan 74 persen dari total aset, tumbuh 0,23 persen menjadi Rp64,04 triliun, mencerminkan investasi berkelanjutan perusahaan dalam infrastruktur telekomunikasi.

    Goodwill EXCL tetap stabil di angka Rp6,92 triliun atau sekitar 8 persen dari total aset, menunjukkan tidak adanya penurunan nilai aset tak berwujud yang dimiliki perusahaan. Sementara itu, aset tak berwujud lainnya mengalami pertumbuhan 1,7 persen menjadi Rp6,56 triliun, yang mencerminkan investasi dalam teknologi dan hak cipta.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Pramirvan Datu

    Pram panggilan akrabnya, jurnalis sudah terverifikasi dewan pers. Mengawali karirnya sejak tahun 2012 silam. Berkecimpung pewarta keuangan, perbankan, ekonomi makro dan mikro serta pasar modal.