Logo
>

Fitch Pangkas Prospek Peringkat Surat Utang China

Ditulis oleh KabarBursa.com
Fitch Pangkas Prospek Peringkat Surat Utang China

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Lembaga pemeringkat kredit Fitch mengurangi prospek peringkat surat utang China menjadi negatif pada hari Rabu  10 April 2024, menanggapi meningkatnya ketidakpastian dalam peralihan menuju model pertumbuhan baru yang berpotensi mempengaruhi keuangan negara.

    Langkah ini menyusul keputusan serupa yang diambil oleh Moody's pada bulan Desember lalu, saat Beijing berusaha mengatasi pemulihan ekonomi yang lemah pasca-Covid, di tengah ekonomi terbesar kedua di dunia, melalui stimulus fiskal dan moneter.

    Ekonom senior Natixis Asia-Pasifik, Gary Ng, menekankan bahwa revisi prospek oleh Fitch mencerminkan tantangan keuangan publik China yang semakin meningkat akibat perlambatan pertumbuhan dan peningkatan utang. Namun, ini tidak mengindikasikan risiko gagal bayar dalam waktu dekat, tetapi dapat memperkuat polarisasi kredit di lembaga pembiayaan pemerintah daerah, khususnya di tingkat provinsi.

    Fitch memperkirakan bahwa utang pemerintah pusat dan daerah China akan terus meningkat, mencapai 61,3 persen dari produk domestik bruto (PDB) pada tahun 2024, dari 38,5 persen pada tahun 2019. Penurunan dalam sektor properti telah menimbulkan beban tambahan bagi pemerintah daerah, yang terjebak dalam utang karena pendapatan mereka menurun.

    Sementara itu, defisit pemerintah China diperkirakan akan terus meningkat menjadi 7,1 persen dari PDB pada tahun 2024, terutama karena infrastruktur dan aktivitas fiskal di luar anggaran utama, mencapai level tertinggi sejak tahun 2020.

    Meskipun Fitch menurunkan prospek menjadi negatif, peringkat default emiten Tiongkok tetap tinggi, yaitu 'A+'. Ini sejalan dengan penilaian S&P yang memberikan peringkat serupa kepada China.

    Fitch memperkirakan pertumbuhan ekonomi China akan melambat menjadi 4,5 persen pada tahun 2024 dari 5,2 persen tahun sebelumnya. Namun, terdapat tanda-tanda perbaikan dalam perekonomian Tiongkok, seperti output pabrik dan penjualan ritel yang melampaui perkiraan pada awal tahun.

    Meskipun demikian, risiko terhadap prospek keuangan publik China tetap tinggi karena negara tersebut menghadapi ketidakpastian dalam transisi menuju model pertumbuhan yang lebih berkelanjutan.

    Langkah-langkah pemerintah untuk mengurangi defisit anggaran dan menerbitkan obligasi negara khusus jangka panjang diharapkan dapat mengatasi sebagian tantangan ini. Namun, rasio utang terhadap PDB China mencapai rekor baru pada tahun 2023, menyoroti perlunya langkah-langkah lebih lanjut dalam mengelola utang yang tinggi untuk menghindari risiko yang lebih besar di masa depan.

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi