KABARBURSA.COM - PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) melalui anak perusahaan yang dimiliki lebih dari 99 persen, yaitu PT Smart Telecom (Smartel), menandatangani Akta Perjanjian Kredit Sindikasi.
Perjanjian kredit ini melibatkan beberapa pihak, termasuk para pemberi pinjaman utama, serta menetapkan nilai fasilitas pinjaman yang cukup besar, yakni hingga Rp10 triliun.
"Ini memiliki nilai maksimal hingga Rp10 triliun dan memiliki jangka waktu 7 tahun. Fasilitas kredit ini akan digunakan untuk beberapa tujuan," kata James Wewengkang, Sekretaris Perusahaan FREN, dalam keterbukaan informasi, Jumat, 15 November 2024.
Lebih lanjut, tujuan itu berupa refinancing, pembiayaan kembali pinjaman yang sudah ada antara perseroan dan Smartel kepada bank-bank sindikasi. Lelang spektrum pita frekuensi, pembiayaan untuk lelang spektrum pita frekuensi yang dapat mendukung perluasan jaringan dan layanan telekomunikasi.
"Yang terakhir adalah belanja modal, yakni pembiayaan untuk pengembangan dan peningkatan infrastruktur, khususnya jaringan dan layanan perseroan serta Smartel," ujarnya.
Tingkat bunga yang dikenakan untuk pinjaman ini adalah 3-month JIBOR + margin tertentu, yang lebih kompetitif dibandingkan dengan fasilitas kredit yang ada sebelumnya. Ini menandakan bahwa Perseroan mendapatkan kondisi pembiayaan yang lebih menguntungkan.
Dengan mendapatkan fasilitas pinjaman yang lebih besar dan dengan tingkat bunga yang lebih kompetitif, perseroan diharapkan dapat memperoleh dana yang cukup untuk mendukung pengembangan dan ekspansi jaringan telekomunikasinya.
"Ini tentunya akan memperkuat posisi perseroan dan Smartel dalam industri telekomunikasi, meningkatkan kapasitas layanan, dan memperluas jangkauan operasional," jelas James.
Ia menambahkan, penggunaan dana untuk belanja modal akan berfokus pada peningkatan infrastruktur jaringan yang akan meningkatkan kualitas dan kapasitas layanan kepada pelanggan.
Perjanjian ini melibatkan beberapa pihak kunci:
- Penerima Pinjaman:
- PT Smartfren Telecom Tbk (FREN)
- PT Smart Telecom (Smartel), anak perusahaan yang dimiliki lebih dari 99 persen oleh Perseroan.
- Pemberi Pinjaman:
- PT Bank Central Asia Tbk (BBCA)
- PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) – keduanya bertindak sebagai Original Mandated Lead Arranger and Bookrunner
- PT Bank Digital BCA
- PT Bank Permata Tbk
- PT Bank CIMB Niaga Tbk
- PT Indonesia Infrastructure Finance
- Agen Fasilitas dan Agen Jaminan:
- BCA, yang berperan sebagai agen fasilitator dan agen jaminan dalam perjanjian ini.
Keuangan FREN Kurang Memuaskan
Beberapa hari lalu, PT Smartfren Telecom Tbk baru saja melaporkan hasil kinerja keuangan untuk sembilan bulan pertama tahun 2024, yang menunjukkan kondisi yang kurang memuaskan. Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis pada 14 November 2024, perusahaan mencatatkan rugi bersih sebesar Rp1,01 triliun, sebuah peningkatan yang signifikan sebesar 68 persen dibandingkan dengan kerugian bersih yang tercatat pada periode yang sama tahun 2023, yang mencapai Rp599,66 miliar.
Pendapatan FREN untuk periode Januari hingga September 2024 tercatat sebesar Rp8,54 triliun, mengalami penurunan sebesar 1,04 persen dibandingkan dengan pendapatan pada periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp8,63 triliun. Penurunan pendapatan ini mencerminkan tantangan besar yang dihadapi oleh perusahaan dalam mempertahankan pangsa pasar dan meningkatkan pendapatan di tengah persaingan ketat di industri telekomunikasi yang semakin intens.
Di sisi lain, beban usaha perusahaan mengalami kenaikan sebesar 4,8 persen yoy, yang mencapai Rp8,71 triliun. Peningkatan beban ini semakin memperburuk kondisi keuangan FREN, yang akhirnya mencatatkan rugi usaha sebesar Rp164,1 miliar. Hal ini berbanding terbalik dengan kinerja pada sembilan bulan pertama tahun 2023, di mana perusahaan masih mampu mencatatkan laba usaha sebesar Rp319,18 miliar.
Kenaikan beban usaha ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh kenaikan biaya operasional, biaya pemasaran, serta pengeluaran terkait pengembangan teknologi dan infrastruktur jaringan yang semakin kompleks dan membutuhkan investasi besar.
Hingga akhir September 2024, FREN mencatatkan rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp1,01 triliun. Kerugian ini semakin memperdalam defisit saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya, yang mengalami kenaikan 4,03 persen yoy menjadi Rp26,05 triliun pada 30 September 2024.
Kondisi ini mengindikasikan bahwa perusahaan belum mampu menutup kerugian kumulatif yang terus meningkat dari tahun ke tahun.
Performa Saham FREN
Pada perdagangan hari ini, Jumat, 15 November 2024, saham FREN menunjukkan performa positif dengan mengalami kenaikan harga sebesar 4,00 persen, ditutup pada level Rp26 per saham, naik Rp1 dibandingkan dengan harga penutupan sebelumnya yang tercatat pada Rp25.
Volume perdagangan saham FREN hari ini tercatat mencapai 167,38 juta lot, yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata volume harian sebesar 262,82 juta lot. Saham ini membuka perdagangan pada harga Rp26 dan sempat mencapai harga tertinggi di Rp27.
Dengan nilai transaksi yang mencapai Rp4,4 miliar, FREN berhasil menunjukkan daya tarik positif di pasar saham, meskipun masih terbilang jauh dari harga acuan tertinggi (ARA) yang tercatat di level Rp27 dan harga acuan terendah (ARB) di Rp23. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.