KABARBURSA.COM – PT Futura Energi Global Tbk (FUTR) memasuki babak baru setelah PT Aurora Dhana Nusantara (Ardhantara) resmi mengambil alih 45 persen saham dan menjadi pengendali utama.
Pergantian komando ini tidak main-main. Anggara Suryawan naik dari Komisaris Utama menjadi Direktur Utama. Sementara Jenderal Polisi (Purn) Sutanto, mantan Kapolri dan Kepala BIN, didapuk menjadi Komisaris Utama.
Struktur baru ini seharusnya memberi dorongan psikologis kuat, apalagi manajemen langsung mengumumkan fokus baru FUTR menuju bisnis energi hijau dan pengembangan panas bumi.
Namun grafik FUTR berbicara lebih jujur ketimbang narasinya. Alih-alih mencerminkan keyakinan pasar, pergerakan harga dalam sepekan terakhir justru menunjukkan pola distribusi yang semakin jelas.
Setelah reli cepat yang membawa saham ke kisaran 800–810 pada awal November, FUTR perlahan kehilangan momentum. Pekan 10–14 November diwarnai penurunan bertahap, dari 740 ke 720, kemudian stagnan di 715, hingga akhirnya ditutup turun ke 705 pada perdagangan Jumat, 14 November 2025.
Di balik koreksi bertahap ini, nilai transaksi tetap besar. Ini adalah sebuah sinyal klasik ketika distribusi berlangsung saat volume masih ramai.
Bid-offer terakhir memperkuat gambaran itu. Antrean jual di atas harga jauh lebih tebal dibanding antrean beli. Total offer mencapai lebih dari 477 ribu lot, sementara sisi bid hanya sekitar 82 ribu lot.
Ketimpangan ini menunjukkan bahwa meski peminat ritel masih banyak, tekanan jual dari pihak yang ingin melepas posisi, baik dari reli sebelumnya maupun dari trader cepat, masih dominan. Dengan low harian menyentuh 700 dan penutupan bertahan di 705, pasar sedang menguji support psikologis yang akan menentukan arah dalam jangka pendek.
Arah aliran dana asing juga sejalan dengan pola distribusi. Jika pada awal November asing masuk agresif, dalam beberapa hari terakhir mereka justru mencatatkan net sell berturut-turut, termasuk penjualan bersih sekitar Rp4,5 miliar pada 14 November.
Pola ini memperlihatkan bahwa euforia mengenai pemilik baru dan transformasi energi hijau lebih banyak direspons sebagai momentum keluar oleh pelaku besar, bukan momentum masuk.
Aksi Korporasi Tidak Angkat Pergerakan Saham
Padahal secara naratif, FUTR menyodorkan cerita besar. Proyek panas bumi 30 MW di Purwokerto dengan investasi USD120 juta, rencana reaktivasi eksplorasi kuartal I 2026, serta perpindahan kantor ke Graha Parama adalah langkah-langkah korporasi yang menunjukkan niat serius.
Tetapi pasar memilih untuk menunggu bukti, bukan lagi hanya cerita. Pertanyaannya kini bukan apakah FUTR punya strategi baru, melainkan apakah valuasi saat ini sudah mengantisipasi semua rencana tersebut.
Dengan grafik yang melemah bertahap, orderbook yang condong ke tekanan jual, serta distribusi asing yang mulai mengeras, FUTR memasuki pekan perdagangan berikutnya dengan risiko short-term yang lebih besar dibanding potensi lonjakan cepat.
Selama tekanan jual di area 720–750 belum tergerus dan akumulasi baru belum muncul secara konsisten, pergerakan FUTR lebih berpeluang bergerak dalam pola konsolidasi dengan volatilitas tinggi.
Transformasi FUTR mungkin baru dimulai. Namun dari sudut pandang pasar, babak pertama setelah hadirnya bos baru justru terlihat sebagai fase ketika pemain besar memilih mengecilkan posisi, bukan menambah eksposur.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.