KABARBURSA.COM - Kinerja saham perusahaan pemilik merek fashion terkenal Gucci, yaitu Kering, mengalami penurunan signifikan sebesar 15 persen pada Rabu, 20 Maret 2024 kemarin.
Penurunan ini dipicu oleh berita penjualan Gucci yang mengalami penurunan sebesar 20 persen pada kuartal pertama tahun 2024, terutama akibat pelemahan yang terjadi di pasar Asia.
Saham Kering turun 15 persen sejak awal perdagangan, yang berdampak pada kapitalisasi pasar perusahaan yang turun drastis menjadi sekitar US$8,6 miliar atau sekitar Rp135,5 triliun (menggunakan kurs Rp 15.766).
Kondisi ini menunjukkan adanya tantangan yang signifikan bagi Kering untuk menghidupkan kembali penjualan Gucci, mengingat merek tersebut menyumbang sekitar setengah dari total penjualan dan dua pertiga dari laba perusahaan.
Tantangan ini semakin rumit karena pasar-pasar utama Gucci, terutama di China, menghadapi kondisi ekonomi yang menantang.
Proyeksi penjualan Kering menunjukkan penurunan sebesar 10 persen dalam tiga bulan pertama tahun 2024, angka yang jauh lebih buruk dari prediksi awal para analis yang memperkirakan penurunan hanya sekitar 3 persen.
Untuk mengatasi situasi ini, Gucci tengah melakukan perombakan besar-besaran dalam desain produknya di bawah arahan kreatif Sabato de Sarno.
Langkah ini diambil untuk memungkinkan Gucci bersaing lebih baik dengan pesaing-pesaingnya seperti Louis Vuitton dan Dior, terutama dalam beberapa tahun terakhir di mana tren desain terus berubah.
Meskipun ada penerimaan positif terhadap desain baru Gucci, beberapa analis menunjukkan keraguan terkait apakah pasar China akan merespons positif terhadap desain-desain baru yang ditekankan pada konsep luxury yang lebih sederhana.
“Penerimaan yang ‘menggembirakan’ untuk desain baru, yang kemungkinan hanya mencakup kurang dari 5 persen dari penawaran saat ini,” kata analis dari Jefferies, James Grzinic.
Sementara itu, analis dari Bernstein, Luca Solca mengaku ragu pasar China akan menerima desain-desain baru Sabato De Sarno yang menekankan pada model quiet luxury.
Selain itu, fenomena ini juga dapat diartikan sebagai indikasi potensial melambatnya sektor barang mewah secara global.
Proyeksi pertumbuhan pasar barang mewah di China menurun menjadi hanya satu digit pada tahun 2024, dibandingkan dengan pertumbuhan sebesar 12 persen pada tahun sebelumnya.
Barclays, salah satu lembaga analis, memperkirakan pertumbuhan industri barang mewah secara global tahun ini hanya mencapai 5 persen, turun dari pertumbuhan sebesar 9 persen pada tahun sebelumnya.
Hal ini disebabkan oleh kebijakan konsumen muda yang semakin hemat mengingat adanya kenaikan biaya hidup yang signifikan. (*/adi)