Logo
>

Genjot Kapasitas 20 Juta Ton, PTBA Pinjam Rp3,6 Triliun: Positif?

Pinjaman guna membiayai pembangunan CHF dan TLS 6–7, yang menargetkan kenaikan kapasitas angkutan hingga 20 juta ton per tahun.

Ditulis oleh Syahrianto
Genjot Kapasitas 20 Juta Ton, PTBA Pinjam Rp3,6 Triliun: Positif?
PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menandatangani fasilitas pinjaman berjangka senior senilai Rp3,558 triliun sebagai bagian dari agenda ekspansi logistik perseroan. (Foto: Dok. PTBA)

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menandatangani fasilitas pinjaman berjangka senior senilai Rp3,558 triliun sebagai bagian dari agenda ekspansi logistik perseroan. 

    Fasilitas tersebut diberikan oleh tiga bank pelat merah, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) per Rabu, 12 November 2025, dengan tenor lima tahun.

    Corporate Secretary Division Head PTBA, Eko Prayitno, menyampaikan bahwa pendanaan ini diarahkan untuk pembangunan Coal Handling Facility (CHF) serta Train Loading Station (TLS) 6 dan 7 dalam koridor logistik Tanjung Enim–Kramasan. 

    “Fasilitas pinjaman ini digunakan untuk mendukung pembangunan CHF dan TLS 6–7 sebagai bagian peningkatan kapasitas angkutan batu bara perseroan,” ujar Eko, dikutip Jumat, 14 November 2025.

    Menurut keterbukaan informasi, proyek tersebut ditargetkan meningkatkan kapasitas angkut hingga 20 juta ton per tahun, dengan jadwal operasi komersial pada kuartal II 2026. 

    Perseroan menegaskan bahwa transaksi ini tidak tergolong sebagai transaksi material karena nilainya tidak melebihi 20 persen ekuitas, yakni masing-masing batas Rp4,52 triliun berdasarkan ekuitas 31 Desember 2024 dan Rp4,15 triliun berdasarkan ekuitas 30 September 2025.

    Setelah menjelaskan aksi korporasi tersebut, PTBA memberi gambaran mengenai posisi keuangan terkini. 

    Laporan keuangan konsolidasian interim per 30 September 2025 mencatat total pendapatan Rp31,33 triliun, meningkat dari Rp30,65 triliun pada periode yang sama tahun 2024. 

    Pendapatan utama tetap berasal dari penjualan batu bara dengan nilai Rp30,75 triliun, terdiri dari penjualan ke pihak berelasi Rp15,57 triliun dan pihak ketiga Rp15,18 triliun. 

    Sementara itu, pendapatan aktivitas lainnya mencapai Rp577,26 miliar, mencakup penjualan listrik, briket, jasa kesehatan rumah sakit, minyak sawit mentah dan inti sawit, serta sewa.

    Dari sisi biaya, beban pokok pendapatan per 30 September 2025 tercatat Rp27,76 triliun, naik dari Rp25,04 triliun tahun sebelumnya. Komponen biaya terbesar berasal dari jasa terkait logistik dan penambangan. 

    Pembayaran kepada PT Kereta Api Indonesia (KAI) mencapai Rp6,06 triliun, sementara biaya kepada kontraktor tambang PT Pamapersada Nusantara (PAMA) berada pada Rp6,269 triliun. 

    Selain itu, konsumsi bahan bakar dan pelumas melonjak menjadi Rp2,921 triliun dari Rp1,351 triliun pada periode sama tahun lalu, menunjukkan porsi signifikan dalam biaya produksi.

    Transisi menuju agenda peningkatan kapasitas, data perusahaan menunjukkan bahwa volume penjualan tahun sebelumnya berada di kisaran lebih dari 30 juta ton. 

    Dengan kapasitas tambahan 20 juta ton, ruang angkut perseroan secara matematis bertambah sekitar 60 persen dibanding volume penjualan sembilan bulan pertama 2024. 

    Jika mengacu pada pendapatan penjualan batu bara periode sembilan bulan pertama 2025 senilai Rp30,753 triliun, maka secara numerik diperoleh perkiraan ASP rata-rata sekitar Rp1,0 juta per ton.

    Dengan demikian, secara simulatif kapasitas tambahan 20 juta ton berpotensi setara dengan nilai kotor sekitar Rp20 triliun, apabila dimonetisasi penuh menggunakan ASP rata-rata periode berjalan. 

    Data tersebut menggambarkan seberapa besar potensi peningkatan utilisasi logistik dalam struktur pendapatan PTBA apabila permintaan pasar dapat mengimbangi kenaikan kapasitas.

    Dari sisi neraca, total ekuitas per 30 September 2025 tercatat Rp20,77 triliun, sementara liabilitas berada pada kisaran Rp18 triliun. Fasilitas pinjaman Rp3,558 triliun akan menambah kewajiban jangka panjang perseroan hingga lima tahun ke depan. 

    Dengan posisi kas, liabilitas, serta kebutuhan pendanaan proyek logistik, angka-angka tersebut dapat menjadi dasar bagi pembaca untuk menilai dampak perluasan kapasitas terhadap kinerja PTBA. (*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.