KABARBURSA.COM - Grab, perusahaan pesaing utama Gojek, berhasil mencatatkan laba pertamanya sepanjang sejarah pada kuartal terakhir tahun 2023, dengan mencetak keuntungan sebesar US$ 11 juta. Ini merupakan lonjakan yang signifikan dari periode yang sama pada tahun sebelumnya, di mana pada kuartal terakhir 2022, Grab masih mengalami kerugian sebesar US$ 391 juta.
Peningkatan kinerja bottom line Grab terutama didorong oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah peningkatan signifikan dalam pendapatan, dengan perusahaan berhasil mencatatkan pendapatan sebesar US$ 653 juta selama periode Oktober-Desember 2023. Faktor lain yang berkontribusi terhadap perbaikan kinerja adalah perbaikan di EBIDTA disesuaikan di seluruh grup, perubahan valuasi portofolio investasi, dan penurunan biaya kompensasi berbasis kepemilikan saham.
Meskipun demikian, dalam kinerja selama setahun penuh, Grab masih mencatatkan kerugian sebesar US$ 485 juta. Namun, angka ini menunjukkan penurunan yang signifikan dari kerugian sebesar US$ 1,74 miliar yang dicatatkan pada tahun 2022. Hal ini menunjukkan adanya perbaikan secara keseluruhan dalam kinerja keuangan Grab, yang dapat menjadi indikasi positif bagi prospek perusahaan di masa depan. "Kami mengakhiri 2023 dengan [kinerja bisnis] mobility lebih baik dari angka sebelum Covid. Kami melihat kenaikan pesat di bisnis mobility," kata CFO Grab Peter Oey Jumat 23 Februari 2024.
Bisnis mobility mencakup layanan transportasi berbasis aplikasi. Grab juga menyediakan layanan pesan antar makanan, pengiriman barang, serta layanan finansial pembayaran dan asuransi di dalam aplikasinya.
Grab melaporkan pencapaian rekor baru dalam bisnis pengantaran dengan pertumbuhan 13 persen year-over-year (YoY), disertai peningkatan jumlah pengguna di platform mereka. "Jadi momentum kami sangat bagus," kata Oey.
Selain itu, Grab mengumumkan rencana pembelian kembali saham senilai US$ 500 juta dari publik. Meskipun demikian, perjalanan Grab sejak awal berdiri pada tahun 2012 telah dipenuhi dengan kerugian mencapai miliaran dolar AS, menurut laporan CNBC International. Fokus perusahaan pada pertumbuhan sering kali mengakibatkan pengeluaran besar-besaran, yang dikenal sebagai aksi "bakar duit". Namun, perlambatan ekonomi global dan ketidakpastian investor dalam penyertaan modal telah mendorong Grab untuk menekankan profitabilitas dan mengendalikan biaya dengan lebih ketat.
Selama kuartal terakhir tahun 2023, insentif yang diberikan oleh Grab kepada mitra pengemudi dan konsumen mengalami penyusutan. Saat ini, insentif hanya mencapai sekitar 7,3 persen dari total nilai transaksi melalui aplikasi Grab. Angka ini menurun dari periode yang sama tahun sebelumnya, di mana insentif mencapai 8,2 persen dari total transaksi.
Grab menyatakan bahwa insentif diberikan untuk menarik pengemudi dan penumpang ke platformnya. Namun, perusahaan menyadari perlunya mengurangi insentif demi mencapai laba. Oey menegaskan bahwa insentif akan tetap menjadi "pengungkit" dalam bisnis mereka. "Saya berpikir tidak akan ada situasi di mana insentif sama sekali tidak ada. [Insentif ada] untuk memastikan kami memiliki cukup pengemudi dan menarik konsumen yang sensitif terhadap harga" kata Oey.