KABARBURSA.COM - Harga batu bara jatuh pada Selasa, 8 Oktober 2024, karena tertekan oleh sejumlah sentimen negatif, mulai dari penurunan permintaan dari China dan India hingga penurunan harga gas.
Harga batu bara Newcastle untuk kontrak Oktober 2024 turun sebesar USD0,7 menjadi USD147,8 per ton, sementara untuk November 2024 merosot USD2,2 menjadi USD150,8 per ton. Adapun harga untuk kontrak Desember 2024 terkoreksi USD2 menjadi USD152,5 per ton.
Di sisi lain, harga batu bara Rotterdam juga mengalami penurunan. Untuk kontrak Oktober 2024, harganya berkurang USD1,45 menjadi USD119,75 per ton. Sedangkan, harga untuk November 2024 turun USD1,85 menjadi USD120,6 per ton, dan Desember 2024 jatuh USD1,85 menjadi USD120,85 per ton.
Analis memperkirakan penurunan permintaan dari dua konsumen utama batu bara, India dan China, akan terus melemah dalam beberapa bulan mendatang. Proses pemuatan batu bara pun telah mulai terimbas oleh kondisi ini.
Dalam beberapa tahun terakhir, musim dingin di belahan bumi utara kerap mendorong lonjakan permintaan batu bara sebagai sumber energi murah dan mudah diakses untuk pembangkit listrik, terutama ketika harga gas alam melonjak tinggi.
Namun, pada Selasa, 8 Oktober 2024, harga gas alam mengalami penurunan tajam. Kontrak gas acuan Eropa, Dutch TTF untuk pengiriman November, turun 4,1 persen menjadi 38,57 Euro per megawatt-jam (MWh), setelah sebelumnya sempat mencapai level tertinggi dua bulan sebesar 41,18 Euro per MWh pada Jumat, 4 Oktober 2024.
Naik Tiga Hari Berturut-turut
Harga batu bara sebelumnya mengalami kenaikan selama tiga hari berturut-turut. Peningkatan ini didorong oleh rencana Rusia untuk meningkatkan ekspor batu bara ke India, seiring dengan meningkatnya permintaan energi di negara tersebut.
Berdasarkan laporan terbaru, harga kontrak batu bara acuan ICE Newcastle untuk bulan November tercatat mencapai USD153 per ton, merupakan level tertinggi sejak Desember 2023.
Rusia, yang saat ini merupakan salah satu pemain utama dalam pasar batu bara global, mengekspresikan niatnya untuk memanfaatkan permintaan yang meningkat di India. Alexander Novak, Wakil Perdana Menteri Rusia, menyatakan bahwa India memiliki potensi untuk menjadi salah satu pasar terbesar bagi ekspor batu bara Rusia dalam beberapa tahun mendatang, mengingat China berencana untuk mengurangi penggunaan batu bara untuk pembangkit listrik.
Permintaan Energi di India
India menunjukkan ketergantungan yang semakin besar terhadap batu bara untuk memenuhi kebutuhan energi, dengan lebih dari 75 persen dari total pembangkit listrik negara tersebut berasal dari sumber batu bara pada tahun 2023. Produksi batu bara India juga mencapai rekor 997,828 juta ton metrik pada tahun fiskal yang lalu, mencerminkan peningkatan 12 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Dalam konteks ini, India mengimpor 176 juta ton batu bara thermal pada 2023, yang sebagian besar digunakan untuk memenuhi permintaan listrik.
Sementara, Rusia berhasil meningkatkan ekspornya ke India, dari 20 juta ton pada tahun 2022 menjadi 26,2 juta ton pada tahun lalu. Hal ini menunjukkan komitmen Rusia untuk memperluas kehadirannya di pasar India yang sedang berkembang, meskipun terdapat kekhawatiran terkait sanksi yang dihadapi Rusia akibat konflik politik dengan negara-negara Barat.
Pengaruh Harga Minyak Terhadap Batu Bara
Lonjakan harga batu bara juga dipengaruhi oleh kenaikan harga minyak mentah dunia, yang saat ini berada di atas USD80 per barel. Kenaikan harga minyak mentah, terutama karena situasi yang tidak stabil di Timur Tengah, memberikan dampak langsung pada harga batu bara.
Batu bara seringkali dipandang sebagai sumber energi alternatif yang lebih murah dibandingkan minyak, sehingga pergerakan harga minyak dapat memengaruhi harga batu bara di pasar global.
Dengan harga minyak brent yang mencapai USD81 per barel, harga batu bara tampaknya akan terus mengalami fluktuasi. Hal ini memberikan sinyal kepada para pelaku pasar untuk terus memantau perkembangan kedua komoditas ini secara bersamaan.
Sempat Anjlok di Awal Oktober
Harga batu bara sempat anjlok di awal Oktober, setelah laporan dari lembaga independen Ember mengungkapkan bahwa lebih dari sepertiga negara anggota OECD kini sudah bebas dari penggunaan batu bara.
Harga batu bara Newcastle untuk pengiriman Oktober 2024 jatuh sebesar USD3,45 menjadi USD141,65 per ton. Untuk November 2024, harga turun USD3,9 ke level USD142,65 per ton, sementara untuk Desember 2024, terkoreksi USD 4 menjadi USD143,9 per ton.
Sementara itu, harga batu bara Rotterdam untuk Oktober 2024 juga turun USD1,1 ke posisi USD117,9. Sedangkan November 2024 mengalami penurunan USD1,15 menjadi USD118,25, dan harga pada Desember 2024 turun USD1,4 ke angka USD118,9.
Menurut laporan dari Montel, Ember mengungkapkan penutupan pembangkit listrik tenaga batu bara terakhir di Inggris menandai momen penting dalam peralihan energi global. Lembaga ini menyatakan bahwa dengan penutupan tersebut, lebih dari sepertiga negara OECD kini telah bebas dari batu bara.
“Pada tengah malam, Inggris secara resmi menutup pembangkit listrik tenaga batu bara terakhirnya di Ratcliffe-on-Soar, Nottinghamshire, dengan kapasitas 2 GW,” kata lembaga tersebut.(*)