KABARBURSA.COM – Aset kripto utama kembali terseret ke zona merah pada perdagangan Kamis pagi, 13 November 2025. Bitcoin (BTC), yang menjadi barometer utama pasar kripto global, turun 1,30 persen dalam 24 jam terakhir, ke level USD101.666 per koin, atau sekitar Rp1,70 miliar dengan asumsi kurs Rp16.736 per dolar AS.
Dalam sepekan, telah terjadi penurunan mencapai 2,14 persen. Kondisi ini mempertegas tren koreksi yang semakin dalam setelah gagal mempertahankan area support psikologis di atas USD103.000.
Jika dilihat secara teknikal, indikator-indikator utama memperlihatkan dominasi sinyal jual kuat (strong sell) untuk Bitcoin. Relative Strength Index (RSI) berada di 39,85 dan menunjukkan momentum negatif yang mendekati area oversold.
Sementara, Moving Average Convergence Divergence (MACD) juga mencatat sinyal jual tajam dengan nilai negatif yang besar. Dan dari sisi tren, seluruh moving averages (MA5 hingga MA200) kompak memberi sinyal jual. Artinya, koreksi harga telah menyebar ke seluruh horizon waktu perdagangan, baik dari jangka pendek hingga jangka menengah.
Secara teknikal klasik, area pivot Bitcoin berada di kisaran USD1,727 miliar (dalam skala agregat volume), dengan level support kuat di area USD1,668–1,688 miliar dan resistance terdekat di sekitar USD1,750–1,788 miliar.
Artinya, Bitcoin saat ini berada di tengah tekanan teknikal dengan ruang pemulihan yang masih terbatas. Jika tekanan jual berlanjut dan menembus batas support bawah, potensi penurunan menuju area USD100.000 akan terbuka. Ini sekaligus menjadi zona psikologis penting bagi pelaku pasar.
ETH Naik, BNB dan SOL Melemah
Ethereum (ETH) justru bergerak sedikit berlawanan arah dengan Bitcoin. Kripto terbesar kedua ini masih bertahan di zona hijau dengan penguatan tipis 0,09 persen dalam 24 jam dan juga 0,09 persen dalam sepekan, dan diperdagangkan di kisaran Rp57,14 juta per koin.
Namun, kekuatan ini belum cukup untuk menarik keseluruhan pasar ke arah positif. Pergerakan ETH yang relatif datar menunjukkan investor masih menunggu katalis fundamental baru dari sektor decentralized finance (DeFi) dan aktivitas jaringan yang stagnan sejak Oktober.
Binance Coin (BNB) dan Solana (SOL) kembali mengikuti tren koreksi pasar. BNB turun 0,34 persen menjadi Rp15,9 juta, sementara Solana melemah 0,63 persen dalam 24 jam terakhir dan telah terkoreksi 5,16 persen dalam sepekan ke Rp2,56 juta per koin.
Performa negatif Solana mencerminkan pelemahan minat investor terhadap proyek berbasis ekosistem layer-1 setelah reli kuat pada bulan sebelumnya.
Sementara itu, Cardano (ADA) dan XRP menunjukkan pergerakan campuran. ADA melemah 1,78 persen dalam sehari, tetapi masih mencatat kenaikan 0,39 persen dalam sepekan, menandakan masih adanya minat beli di area bawah. XRP pun mengalami koreksi ringan 0,09 persen, namun masih positif 2,29 persen dalam sepekan.
Kedua aset ini bergerak lebih stabil dibanding aset berisiko tinggi seperti Dogecoin (DOGE), yang terkoreksi 0,90 persen ke Rp2.849 per token meski masih menguat 2,24 persen dalam sepekan.
Sementara stablecoin seperti Tether (USDT) dan USD Coin (USDC) tetap stabil di level USD1, mencerminkan preferensi pelaku pasar terhadap aset berisiko rendah di tengah meningkatnya ketidakpastian.
Dengan total kapitalisasi pasar kripto global turun 0,95 persen ke USD3,42 triliun atau sekitar Rp57.237 triliun, sentimen pasar jelas berada dalam fase defensif.
Secara makro, koreksi ini terjadi di tengah minimnya katalis positif dari sisi kebijakan moneter dan meningkatnya kehati-hatian investor pasca-penurunan arus masuk dana ke ETF kripto di AS selama dua pekan terakhir.
Data teknikal menegaskan bahwa tekanan jual bukan sekadar koreksi jangka pendek, tetapi cerminan pergeseran sentimen dari fase akumulasi menuju fase distribusi.
Potensi Koreksi BTC Masih Berlanjut
Dari sisi momentum, indikator Stochastic (94,56) dan Williams %R (-7,30) menunjukkan kondisi overbought, menandakan bahwa Bitcoin masih berpotensi lanjut terkoreksi untuk mencari titik keseimbangan baru.
Sementara ADX (16,46) yang netral mengindikasikan belum terbentuknya tren dominan baru. Pasar masih berada di fase konsolidasi setelah kehilangan arah pasca-koreksi Oktober.
Dengan kondisi seperti ini, pasar kripto tengah memasuki zona rawan, di mana pelaku besar (whales) kemungkinan menunggu kepastian arah makroekonomi sebelum kembali mengambil posisi besar.
Jika Bitcoin gagal bertahan di atas USD100.000, maka koreksi lanjutan hingga ke area USD97.000–USD98.500 bukan hal yang mustahil. Namun jika rebound teknikal terjadi di area pivot, potensi dead cat bounce ke kisaran USD104.000 masih terbuka dalam jangka pendek.
Secara keseluruhan, performa harian Bitcoin dan kripto utama lainnya menunjukkan bahwa pasar digital masih berada dalam fase tekanan struktural. Momentum teknikal belum mendukung pembalikan tren, dan arah jangka pendek masih bias ke bawah.
Dengan indikator teknikal yang seragam memperlihatkan status “Sangat Jual”, investor tampaknya masih menahan diri untuk menambah eksposur hingga muncul sinyal pemulihan yang lebih jelas, baik dari sisi harga maupun volume perdagangan.(*)