KABARBURSA.COM - Harga emas dunia mengalami penurunan tajam pada penutupan perdagangan Senin, 11 November 2024 karena para investor mulai merasa bahwa pasar logam mulia ini kurang menarik setelah adanya penguatan signifikan dari dolar Amerika Serikat (AS).
Dilansir Reuters pada Selasa, 12 November 2024, harga emas spot turun 2,5 persen menjadi USD2.617,96 per ons, sementara harga emas berjangka AS turun 2,9 persen dan ditutup di level USD2.617,70 per ons.
Daniel Ghali, ahli strategi komoditas dari TD Securities, mengatakan bahwa penurunan ini tidak terlepas dari kemenangan Donald Trump, yang diperkirakan akan mengalihkan perhatian pasar pada kebijakan ekonomi yang mungkin diambil, termasuk kemungkinan penerapan tarif baru yang dapat meningkatkan permintaan dolar AS.
"Kenaikan tajam dolar AS menjadi hambatan utama bagi harga emas, karena meningkatkan ekspektasi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan menunda pelonggaran kebijakan moneter," kata Ghali.
The Fed diperkirakan sedang kesulitan untuk menentukan langkah selanjutnya terkait dengan penurunan suku bunga karena inflasi yang semakin mendekati target 2 persen. Sebelumnya, The Fed memangkas suku bunga acuan sebesar 0,25 persen, menjadi kisaran 4,5 persen hingga 4,75 persen. Namun, langkah ini diperkirakan akan dipengaruhi oleh kebijakan dari Trump.
Selain itu, pasar juga menantikan rilis data ekonomi seperti indeks harga konsumen (CPI), indeks harga produsen (PPI), klaim pengangguran mingguan, dan penjualan ritel AS. Data ini akan menjadi fokus utama bagi investor untuk menilai prospek kebijakan moneter ke depannya.
Pernyataan Gubernur The Fed
"Kami ingin yakin bahwa inflasi akan turun kembali ke target 2 persen kami," kata Gubernur The Fed Minneapolis, Neel Kashkari pada akhir pekan lalu.
Ia menambahkan bahwa jika pertumbuhan dan produktivitas tetap kuat, The Fed mungkin tidak akan memangkas suku bunga sebanyak yang diperkirakan.
Desas-desus mengenai Robert Lighthizer yang akan menjadi pemimpin kantor perdagangan AS, yang dikenal sebagai pendukung tarif Donald Trump, menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor. Akibatnya, harga emas sedikit turun karena spekulasi bahwa Ketua The Fed, Jerome Powell, akan mengambil pendekatan yang lebih hati-hati terkait kebijakan, dengan mengurangi pemangkasan suku bunga tahun depan, yang akan menguntungkan Dolar AS.
Minggu ini, data ekonomi AS akan memengaruhi pergerakan harga emas. Para trader akan memantau komentar dari pejabat The Fed, serta data penting mengenai inflasi konsumen dan produsen, serta penjualan ritel.
Harga emas jatuh ke sekitar USD2.610, mengancam untuk menembus level support sementara di USD2.603, yaitu level terendah pada 10 Oktober. Jika level ini terlewati, kemungkinan harga emas akan turun lebih jauh. Dalam hal ini, support berikutnya adalah di USD2.600, diikuti oleh rata-rata pergerakan sederhana (SMA) 100-hari di USD2.534.
Di sisi lain, jika harga emas berhasil menembus USD2.700, para pembeli akan mengincar SMA 20-hari di USD2.718, sebelum menuju USD2.750, dan kemudian level tertinggi 23 Oktober di USD2.758.
Momentum pergerakan harga emas kini berbalik bearish karena Relative Strength Index (RSI) menjauh dari garis netral, yang menandakan bahwa harga XAU/USD mungkin akan melanjutkan penurunan lebih lanjut.
Optimisme Investor
Para investor percaya bahwa kebijakan ekonomi Trump, terutama terkait dengan tarif impor yang lebih tinggi, dapat mendorong kenaikan harga konsumen. Sementara itu, data ekonomi AS menunjukkan kinerja yang lebih baik dari yang diperkirakan, dengan laporan terbaru mengungkapkan ekonomi tumbuh 2,8 persen pada kuartal ketiga tahun ini.
Berdasarkan perkiraan ekonom yang disurvei oleh Reuters, indeks harga konsumen (CPI) untuk Oktober 2024 diprediksi akan mencatatkan angka inflasi tahunan sebesar 2,6 persen, sedikit lebih tinggi dibandingkan angka 2,4 persen pada September.
Meskipun demikian, angka tersebut masih jauh di bawah puncak inflasi yang tercatat pada 2022, yang mendorong The Fed untuk menaikkan suku bunga secara signifikan.
Kenaikan inflasi yang lebih kuat dari perkiraan dapat memengaruhi proyeksi suku bunga di masa depan, terutama setelah perubahan ekspektasi yang terjadi pasca kemenangan Trump.
Kontrak berjangka dana Fed menunjukkan bahwa investor kini memperkirakan suku bunga akan turun menjadi sekitar 3,7 persen pada akhir 2025, dari kisaran saat ini 4,5-4,75 persen, sebuah perubahan yang cukup signifikan dibandingkan dengan proyeksi pada September lalu.
Sentimen pelonggaran moneter ini telah memberikan dorongan bagi pasar saham sepanjang tahun ini, didorong oleh kinerja laba perusahaan yang solid dan optimisme atas potensi perkembangan sektor bisnis berbasis kecerdasan buatan. (*)