KABARBURSA.COM - Harga emas global mengalami penurunan tajam pada perdagangan Jumat kemarin, dengan tren mingguan yang juga menunjukkan pelemahan signifikan.
Pada Jumat 6 September 2024, harga emas di pasar spot ditutup pada level USD 2.487 per troy ons, turun 1,2 persen dibandingkan hari sebelumnya. Sepanjang pekan ini, harga logam mulia tersebut tergerus sebesar 0,64 persen.
Rilis data ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS) yang menunjukkan hasil campuran menjadi faktor utama pelemahan ini. Pada malam sebelumnya, Biro Statistik Tenaga Kerja AS mengumumkan data ketenagakerjaan untuk Agustus.
Perekonomian AS berhasil menciptakan 142.000 lapangan kerja non-pertanian (non-farm payroll) pada bulan lalu, lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang hanya 89.000.
Namun, angka tersebut masih di bawah ekspektasi pasar yang memperkirakan penciptaan 160.000 lapangan kerja.
Tingkat pengangguran juga tercatat turun ke level 4,2 persen, sedikit lebih rendah dari bulan sebelumnya yang berada di angka 4,3 persen. Meski begitu, hasil ini sesuai dengan proyeksi pasar.
Dengan data yang terbilang mixed ini, para pelaku pasar memprediksi bahwa Federal Reserve (The Fed) mungkin tidak akan terlalu agresif dalam menurunkan suku bunga acuan.
Mengutip data dari CME FedWatch, peluang The Fed untuk memangkas Federal Funds Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5-5,25 persen bulan ini mencapai 70 persen. Sementara peluang pemangkasan lebih besar, yakni 50 bps ke 4,75-5 persen, hanya sebesar 30 persen.
Sebagai aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset), emas sangat dipengaruhi oleh pergerakan suku bunga.
“Kami melihat bahwa The Fed akan segera memulai penurunan suku bunga, dan saat itu harga emas akan mulai merangkak naik. Kami memproyeksikan harga emas dapat mencapai USD 2.700 per troy ons hingga akhir tahun,” ujar Suki Cooper, Analis dari Standard Chartered.
Harga emas terus menguat, mendekati level tertinggi dalam sepekan. Pada awal September 2024, perhatian investor terpusat pada data ketenagakerjaan Amerika Serikat yang diperkirakan akan menjadi acuan bagi Federal Reserve dalam menentukan besaran penurunan suku bunga pada bulan ini.
Pada Jumat, 6 September 2024, harga emas spot tercatat naik 0,11 persen menjadi USD2.519,49 per ons pada pukul 14.08 WIB. Sebelumnya, emas sempat mencapai level tertinggi minggu ini di angka USD2.523,29. Secara keseluruhan, logam mulia ini telah menguat sekitar 0,6 persen sepanjang pekan.
Di sisi lain, emas berjangka Amerika Serikat juga bergerak naik 0,3 persen menjadi USD2.549,30 per ons. Di tengah suku bunga yang rendah, emas semakin digemari karena dianggap sebagai aset aman, terutama pada masa ketidakpastian ekonomi.
Spekulasi tentang pemangkasan suku bunga sebesar 50 basis poin oleh Federal Reserve pada 18 September mendatang meningkat, dari 34 persen pekan lalu menjadi 41 persen, menurut FedWatch Tool CME Group. Data ketenagakerjaan nonpertanian AS yang dijadwalkan rilis malam ini pukul 19.30 WIB diharapkan bisa memberikan gambaran lebih jelas.
Menurut Sugandha Sachdeva, pendiri firma riset SS WealthStreet di New Delhi, jika laporan non-farm payroll (NFP) menunjukkan pelemahan pasar tenaga kerja, harga emas kemungkinan besar akan naik, meski volatilitas pasar tetap ada. "Harga emas siap menguji rekor baru," ungkapnya.
Pada tahun 2024, harga emas telah melonjak sekitar 22 persen. Data terbaru menunjukkan pengusaha swasta AS mencatat rekor terendah dalam perekrutan selama tiga setengah tahun terakhir di bulan Agustus, sementara klaim baru untuk tunjangan pengangguran menurun.
Namun, perak spot turun tipis 0,1 persen menjadi USD28,8 per ons. Sachdeva memperkirakan defisit pasar perak akan melebar hingga 17 persen tahun ini, menciptakan peluang besar bagi logam tersebut.
Sementara itu, platinum naik 0,9 persen ke level USD932,55 per ons, sementara paladium turun 0,3 persen menjadi USD938,13 per ons dan bersiap mencatat kerugian mingguan.
Lonjakan harga emas pada penutupan perdagangan Jumat menyambung tren positif di pagi hari, ketika emas naik mendekati level tertinggi seminggu akibat pelemahan dolar AS dan penurunan imbal hasil obligasi.
Keadaan ini memberikan dorongan positif bagi emas sebagai aset aman di tengah gejolak ekonomi global.
Pelemahan di pasar tenaga kerja AS memicu harapan investor akan pemangkasan suku bunga signifikan oleh The Fed dalam waktu dekat. Spekulasi bahwa bank sentral akan mengambil langkah agresif demi mengurangi tekanan di pasar tenaga kerja terus menguat.
Menurut laporan Reuters, harga emas spot naik 0,9 persen menjadi USD2.515,93 per ons pada pukul 14:03 waktu setempat (ET) atau 18:03 GMT. Sebelumnya, emas sempat melonjak 1,1 persen sebelum sedikit terkoreksi setelah data sektor jasa AS dirilis.
Secara keseluruhan, harga emas masih berada dalam tren naik. Kontrak emas berjangka AS juga ditutup naik 0,7 persen ke USD2.543,10.
Selama bulan Agustus, sektor swasta AS mencatat pertumbuhan perekrutan terendah dalam tiga setengah tahun terakhir. Hal ini menjadi sinyal kuat akan perlambatan di pasar tenaga kerja AS, memperkuat kekhawatiran tentang kondisi ekonomi yang kian melemah.
Penurunan tajam dalam jumlah lowongan pekerjaan di AS pada bulan Juli juga menambah tekanan pada pasar tenaga kerja, dan tren ini berlanjut dengan data yang kurang optimis. Hal ini menyebabkan kenaikan harga emas, yang dinilai sebagai aset aman di tengah ketidakpastian ekonomi.
"Reaksi pasar terhadap data ini sangat jelas," kata Phillip Streible, Kepala Strategi Pasar di Blue Line Futures. "Kondisi pasar tenaga kerja yang mengkhawatirkan menciptakan kecemasan besar di kalangan pelaku pasar."
Streible juga menambahkan bahwa data klaim pengangguran terbaru tidak memberikan gambaran yang lebih optimis, sehingga pelaku pasar semakin waspada terhadap perkembangan ekonomi berikutnya. (*)