KABARBURSA.COM - Harga emas dunia menguat pada Selasa, 26 November 2024, setelah sempat menyentuh level terendah dalam sepekan. Kenaikan ini terjadi di tengah beragam sinyal geopolitik, termasuk kesepakatan gencatan senjata permanen antara Israel dan Hizbullah. Namun, kekhawatiran atas situasi di Ukraina dan rencana tarif baru Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, turut memengaruhi dinamika pasar.
Harga emas tercatat naik 0,28 persen menjadi USD 2.632,8 per ons, setelah sebelumnya terpuruk ke level terendah sejak 18 November. Kontrak berjangka emas di Amerika Serikat juga ditutup menguat 0,1 persen di level USD 2.621,3 per ons.
Menurut laporan Reuters, penurunan tajam harga emas sehari sebelumnya, sebesar USD 100 dalam satu hari, didorong oleh optimisme pasar atas gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah, yang telah disetujui oleh kabinet keamanan Israel.
“Kesepakatan ini sedikit mengurangi risiko geopolitik secara keseluruhan, tetapi menciptakan sentimen optimisme di pasar,” ujar Peter Grant, Wakil Presiden dan Strategis Logam Senior di Zaner Metals.
Meskipun ada kabar positif dari Timur Tengah, dampak invasi Rusia ke Ukraina tetap menjadi perhatian utama pasar. Peter Grant memproyeksikan harga emas akan terkonsolidasi dalam kisaran USD 2.575 hingga USD 2.750 dalam waktu dekat.
Rencana Tarif Trump
Rencana tarif besar-besaran Trump terhadap Kanada, Meksiko, dan China juga memengaruhi pasar logam mulia. Kebijakan ini berpotensi memicu perang dagang baru yang dapat meningkatkan daya tarik emas sebagai aset aman. Namun, risiko inflasi akibat kebijakan tersebut bisa membatasi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve, yang pada akhirnya membebani harga emas.
Risalah pertemuan The Fed pada November mengungkapkan perbedaan pandangan di antara para pejabat terkait kemungkinan pemangkasan suku bunga di masa depan. Namun, mereka sepakat untuk tidak memberikan panduan tegas mengenai arah kebijakan moneter Amerika Serikat.
Logam Mulia Lainnya
Harga logam mulia lain menunjukkan pergerakan bervariasi. Perak naik 0,4 persen ke USD 30,40 per ons, sementara palladium menguat 1 persen ke USD 982,87 per ons. Di sisi lain, platinum turun 1,3 persen menjadi USD 926,35 per ons. Kendati demikian, analis Commerzbank memperkirakan harga platinum akan mencapai USD 1.100 pada 2025.
Jatuh 3,5 Persen
Harga emas merosot lebih dari 3 persen mematahkan tren kenaikan selama lima hari sebelumnya yang sempat membawa harga emas ke level tertinggi dalam hampir tiga minggu.
Penurunan ini dipicu oleh kabar bahwa Israel dan Lebanon mendekati kesepakatan gencatan senjata, serta penunjukan Scott Bessent sebagai Menteri Keuangan AS, yang mengurangi daya tarik emas sebagai aset aman.
Dilansir Reuters, harga emas spot merosot 3,4 persen menjadi USD2.619,66 per ons, penurunan harian terbesar sejak 7 Juni 2024. Sementara itu, harga emas berjangka Amerika Serikat (AS) juga melemah 3,5 persen menjadi USD2.618,50 per ons.
“Setelah reli pekan lalu, emas telah mencapai titik jenuh beli dan siap untuk aksi jual. Penunjukan Scott Bessent sebagai Menteri Keuangan juga menghilangkan sebagian premi risiko yang sebelumnya dikaitkan dengan AS,” kata Daniel Ghali, analis komoditas di TD Securities.
“Selain itu, laporan bahwa Israel dan Lebanon telah menyepakati kesepakatan untuk mengakhiri konflik Israel-Hezbollah semakin menekan harga emas,” imbuhnya.
Selama periode ketidakpastian ekonomi dan geopolitik, seperti perang atau ketegangan perdagangan, emas biasanya dianggap sebagai investasi yang aman. Namun, beberapa analis, termasuk Giovanni Staunovo dari UBS, melihat Bessent sebagai sosok yang lebih moderat dan kecil kemungkinan memicu perang dagang besar-besaran.
Sebelumnya, harga emas sempat mencapai level tertinggi sejak 6 November pada perdagangan awal pekan ini setelah kenaikan hampir 6 persen pekan lalu. Kenaikan ini merupakan yang terbaik sejak Maret 2023, dipicu oleh meningkatnya ketegangan dalam konflik Rusia-Ukraina.
Pelaku pasar kini fokus pada data ekonomi penting pekan ini, seperti risalah rapat Federal Reserve (The Fed) bulan November, revisi produk domestik bruto (PDB) AS, dan data inflasi price comsumer expenditure (PCE) inti. Semua data ini akan memberikan petunjuk mengenai arah kebijakan suku bunga bank sentral AS.
“Saya masih memperkirakan pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan Desember, tetapi komentar terbaru dari pejabat The Fed menunjukkan nada yang lebih hati-hati menjelang tahun 2025. Ini bisa menjadi tantangan bagi harga emas,” ujar Peter Grant, wakil presiden sekaligus ahli strategi logam di Zaner Metals.
Selain emas, harga logam mulia lainnya juga melemah. Perak spot turun 3,3 persen menjadi USD 30,28 per ons, platinum melemah 2,6 persen ke USD 938,57 per ons, dan palladium turun 3,1 persen menjadi USD 977,94 per ons.