KABARBURSA.COM - Harga emas melonjak satu persen pada Selasa, 1 Oktober 2024, seiring meningkatnya permintaan terhadap aset safe haven setelah ketegangan di Timur Tengah meningkat. Iran menembakkan rudal-rudal balistik ke Israel yang memicu kekhawatiran akan potensi perang besar di kawasan tersebut.
Akibatnya, harga emas spot naik 1 persen ke angka USD2.661,63 per ons, mendekati rekor tertinggi sepanjang masa di USD2.685 yang dicapai pada 26 September. Sementara itu, kontrak berjangka emas Amerika Serikat (AS) ditutup menguat 0,9 persen di USD2.690,3.
Serangan rudal dari Iran ini merupakan respons atas serangan militer Israel terhadap Hizbullah, kelompok yang didukung oleh Iran di Lebanon.
Menurut analis senior di Kitco Metals, Jim Wyckoff, ancaman perang besar di Timur Tengah dapat terjadi jika serangan rudal tersebut menimbulkan korban serius di Israel. Hal inilah yang dikhawatirkan oleh para pelaku pasar, yang mendorong peningkatan permintaan emas sebagai aset safe haven.
Emas sering kali dipilih sebagai instrumen investasi yang aman saat terjadi ketidakpastian politik atau gejolak finansial.
Namun, Tai Wong, pedagang logam independen di New York, menilai bahwa pembelian emas ini lebih bersifat naluriah. "Kecuali serangan rudal Iran berhasil menimbulkan kerusakan besar di Israel, situasinya mungkin mirip dengan serangan pada April, di mana sebagian besar rudal berhasil dicegat," ujarnya.
Di sisi lain, imbal hasil obligasi AS 10 tahun mengalami penurunan, membuat emas yang tidak memberikan imbal hasil lebih menarik bagi para investor.
Sempat Menurun
Pada Senin, 30 September 2034, harga emas sempat mengalami penurunan. Ini terjadi setelah kenaikan signifikan dalam sejarah yang didorong oleh pelonggaran moneter di Amerika Serikat dan ketegangan yang meningkat di Timur Tengah. Emas berada di jalur untuk mencatat kuartal terbaiknya sejak 2020.
Dlansir dari Reuters, harga emas spot turun 0,9 persen menjadi USD2.634,75 per ons pada pukul 14:08 ET (18:08 GMT). Sementara itu, kontrak berjangka emas AS ditutup lebih rendah 0,3 persen di USD2.659,40.
Sejauh ini, harga emas telah meningkat lebih dari 13 persen pada kuartal ini, yang akan menjadi kenaikan terbaik sejak awal 2020, setelah mencapai rekor tertinggi sepanjang masa di USD2.685,42 pada Kamis. Kenaikan ini dipicu oleh pemotongan suku bunga sebesar setengah persen oleh Federal Reserve dan ketegangan yang meningkat di Timur Tengah.
Peter A. Grant, wakil presiden dan strategi logam senior di Zaner Metals, mengatakan, “Mungkin ada beberapa pergeseran dari logam berharga ke saham, tetapi saya tidak berpikir itu akan bertahan, tanpa diragukan lagi, tren harga emas saat ini adalah naik.”
Para analis menyebutkan bahwa pergerakan harga emas ditahan oleh aksi ambil untung dan lonjakan saham di Tiongkok. Ketika selera risiko meningkat, para investor umumnya menghindari emas yang dianggap sebagai aset aman. Meskipun demikian, kenaikan terbaru harga emas datang bersamaan dengan peningkatan ekuitas, terutama setelah pemotongan suku bunga yang signifikan oleh Federal Reserve, karena suku bunga yang lebih rendah juga meningkatkan daya tarik emas yang tidak memberikan imbal hasil.
Ketua Fed, Jerome Powell, pada Senin, memprediksi bahwa inflasi di negara tersebut akan terus melambat, yang dapat menyebabkan penurunan suku bunga oleh bank sentral. Langkah ini pada akhirnya bisa menghilangkan batasan terhadap aktivitas ekonomi “seiring berjalannya waktu.”
Analis dari Standard Chartered, Suki Cooper, mengatakan, “Kami melihat lebih banyak konsolidasi (dalam harga emas) dalam waktu dekat. Saat ini, katalis utama tampaknya berkaitan dengan faktor makro dan kebijakan moneter. Jadi, kemungkinan adanya kejutan terkait laju pemotongan suku bunga dapat menjadi pemicu utama.”
Jika harga emas mundur, terutama seiring dengan menguatnya yuan, permintaan fisik emas dari Tiongkok dapat pulih pada kuartal keempat, kata para analis Heraeus dalam catatannya. Goldman Sachs juga meningkatkan proyeksi harga emasnya menjadi USD2.900 per ons dari sebelumnya USD2.700 per ons untuk awal 2025.
Sementara itu, harga perak turun 1,7 persen menjadi USD31,08 per ons, namun tetap mengalami kenaikan kuartalan sebesar 6,7 persen. Harga platinum turun 2,2 persen menjadi USD977,90, sedangkan palladium turun 1,5 persen menjadi USD996,00, tetapi tetap menuju kenaikan kuartalan.
Bank Besar Prediksi Tren Bullish Emas Berlanjut
Bank-bank besar memperkirakan harga emas akan melanjutkan lonjakan rekor yang telah dicapai hingga tahun 2025. Hal ini didorong oleh peningkatan aliran besar ke dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) dan harapan akan adanya pemotongan suku bunga tambahan dari bank sentral terkemuka di seluruh dunia, termasuk Federal Reserve AS.
“Kami mengulangi rekomendasi jangka panjang untuk emas karena dorongan bertahap dari suku bunga global yang lebih rendah, permintaan bank sentral yang secara struktural lebih tinggi, dan manfaat emas sebagai lindung nilai terhadap risiko geopolitik, keuangan, dan resesi,” kata Goldman Sachs dalam sebuah catatan yang dilansir Reuters.
Pembelian bank sentral yang sedang moderat tetapi masih signifikan di pasar OTC London dapat mendorong sekitar dua pertiga dari kenaikan harga emas yang diperkirakan mencapai USD2.900 per ons pada awal 2025. Sementara itu, kenaikan bertahap dalam aliran dana yang diperdagangkan di bursa setelah pemotongan suku bunga Fed diharapkan dapat mendorong sepertiga sisanya dari kenaikan harga tersebut, kata analis dari Goldman Sachs.(*)