Logo
>

Harga Emas Melambung di Tengah Perang Iran-Israel

Emas dunia naik tajam mendekati rekor setelah Israel menyerang Iran. Investor global buru aset aman, pasar bersiap hadapi balasan Teheran.

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Harga Emas Melambung di Tengah Perang Iran-Israel
Harga emas naik ke USD3.428 per ons usai serangan udara Israel ke Iran. Investor berlindung di aset safe haven, pasar menanti reaksi Iran. Foto: KabarBursa/Abbas Sandji.

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – Harga emas dunia melonjak tajam pada Sabtu, 14 Juni 2025, dini hari WIB, setelah Israel menggempur Iran. Investor global berbondong-bondong masuk ke aset lindung nilai untuk mengantisipasi konflik regional yang bisa merembet lebih luas di Timur Tengah.

    Dilansir dari Reuters di Jakarta, Sabtu, harga emas spot naik 1,3 persen ke level USD3.428,10 per ons troy (sekitar Rp55.883.230). Angka ini hanya sedikit di bawah rekor tertingginya di USD3.500,05 yang tercetak pada April lalu. Sepanjang pekan ini, harga emas sudah menguat sekitar 4 persen.

    Kontrak berjangka emas AS ditutup lebih tinggi 1,5 persen di level USD3.452,80 (sekitar Rp56.384.040). “Serangan Israel ke target-target strategis Iran memicu kepanikan geopolitik. Harga emas akan tetap tinggi karena pasar menanti kemungkinan balasan dari Iran,” ujar analis senior pasar di RJO Futures, Daniel Pavilonis.

    Israel melancarkan serangan udara ke berbagai titik penting di Iran, mengklaim telah menghantam fasilitas nuklir, pabrik rudal, dan markas militer. Beberapa komandan militer dilaporkan tewas dalam operasi yang disebut sebagai langkah jangka panjang untuk mencegah pengembangan senjata nuklir oleh Teheran.

    Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyebut Iran membawa serangan ini kepada dirinya sendiri karena menolak ultimatum dalam negosiasi pembatasan program nuklir.

    Laporan inflasi AS yang lebih jinak dari ekspektasi turut menambah kilau emas, memunculkan kembali harapan pemangkasan suku bunga oleh The Fed. Emas secara historis selalu menjadi pelabuhan aman saat krisis ekonomi atau konflik geopolitik. Logam mulia ini juga biasanya bersinar dalam lingkungan suku bunga rendah.

    Goldman Sachs mempertahankan proyeksinya bahwa pembelian emas oleh bank sentral akan menopang harga secara struktural hingga tembus USD3.700 (sekitar Rp60.310.000) per ons pada akhir 2025, dan USD4.000 (sekitar Rp65.200.000) pada pertengahan 2026. Bank of America bahkan melihat ruang reli hingga USD4.000 dalam 12 bulan ke depan.

    Di sisi fisik, permintaan emas di Asia justru melemah minggu ini akibat lonjakan harga. Di India, harga emas sudah melampaui batas psikologis 100.000 rupee per 10 gram.

    Untuk logam mulia lainnya, harga spot perak turun tipis 0,3 persen ke USD36,27 (sekitar Rp591.201) per ons, namun masih naik 0,9 persen dalam sepekan. Platinum jatuh 5,9 persen ke USD1.219,03 (sekitar Rp19.899.190), meski secara mingguan masih naik 4,8 persen. Palladium melemah 1,3 persen ke USD1.041,51 (sekitar Rp17.177.013) dan turun 1,1 persen untuk pekan ini.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).