Logo
>

Harga Emas Turun, Harga Kini Nyaris Rp49 Juta per Ons

Harga emas lagi-lagi kena tekanan gara-gara kenaikan imbal hasil obligasi AS dan aksi ambil untung dari para investor.

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Harga Emas Turun, Harga Kini Nyaris Rp49 Juta per Ons
Ilustrasi emas. Foto: KabarBursa/Abbas Sandji.

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Harga emas lagi-lagi kena tekanan gara-gara kenaikan imbal hasil obligasi AS dan aksi ambil untung dari para investor. Padahal, harga emas sebelumnya sudah naik tiga hari berturut-turut.

    Dilansir dari Reuters di Jakarta, Jumat, 7 Maret 2025, pada perdagangan hari ini, harga emas spot turun 0,1 persen ke USD2.915,83 per ons (sekitar Rp48,1 juta dengan kurs Rp16.500). Kontrak berjangka emas AS pun cuma selisih tipis di USD2.926,6 per ons (Rp48,2 juta).

    Analis senior Kitco Metals, Jim Wyckoff, bilang penurunan ini bukan berarti tren emas bakal berbalik. “Ini cuma aksi ambil untung setelah kenaikan kemarin. Secara fundamental, emas masih bullish,” katanya.

    Sebenarnya, emas sudah naik lebih dari 10 persen sejak awal tahun, terutama gara-gara ketidakpastian geopolitik. Bahkan, pada 24 Februari 2025, harga emas sempat menyentuh rekor tertinggi USD2.956,15 per ons (Rp48,7 juta).

    Yang bikin pasar tambah deg-degan adalah laporan ketenagakerjaan AS yang bakal keluar hari ini. Berdasarkan survei Reuters, para ekonom memperkirakan AS bakal menambah 160 ribu lapangan kerja selama Februari.

    Selain itu, ada spekulasi soal kebijakan The Fed. Sampai sekarang, bank sentral AS masih mempertahankan suku bunga setelah memangkasnya tiga kali tahun lalu. Tapi, pasar memperkirakan The Fed bakal mulai melonggarkan kebijakan moneter lagi pada Juni.

    Menurut analis Fawad Razaqzada dari City Index dan FOREX.com, kondisi ini bikin pasar makin gamang. “Ada kemungkinan pemotongan suku bunga lebih banyak dari yang diperkirakan karena data ekonomi yang lemah. Ini bikin pasar makin tidak pasti,” ujarnya.

    Tapi, di tengah semua drama ini, emas tetap bertahan di level atas dan berpotensi naik ke USD3.000 per ons (Rp49,5 juta) dalam waktu dekat. Sementara itu, harga perak naik 0,2 persen ke USD32,70 per ons, palladium naik 0,4 persen ke USD946,58, dan platinum stagnan di USD965,76.

    Bagaimana Prospek Emas untuk 2025?

    Tahun lalu, analis emas optimistis memprediksi harga emas bisa tembus USD2.300 sampai USD2.400 per troy ons dalam setahun atau dua tahun ke depan. Tapi ternyata, sejak musim panas 2024, harga emas sudah melewati USD2.400 dan terus mencetak rekor baru.

    Selama 2024, harga emas naik lebih dari 25 persen karena didorong oleh beberapa faktor utama. Banyak investor lari ke emas buat lindung nilai dari inflasi dan ketegangan geopolitik, sekaligus memanfaatkan kenaikan harga yang cukup agresif karena permintaan tinggi.

    Di 2025, ketidakpastian ekonomi masih jadi pemicu utama. Kebijakan pemerintahan AS saat ini juga bikin banyak investor was-was sehingga emas tetap jadi pilihan aman di tengah situasi global yang tak jelas.

    Chief Investment Officer di C3 Bullion, Luciano Duque, menilai tren emas masih punya ruang buat naik dalam waktu dekat. “Kita sudah nunggu harga emas koreksi, tapi sampai sekarang belum kelihatan tanda-tanda itu terjadi,” katanya dikutip dari CBS. Menurutnya, kalaupun ada koreksi harga, dampaknya bakal ringan dan cuma sementara sebelum emas lanjut naik lagi, meskipun dengan laju yang lebih lambat.

    Meskipun pasar emas selalu sulit diprediksi, beberapa sinyal menunjukkan kalau kinerja emas masih akan kuat dalam waktu dekat. Salah satu faktor utamanya adalah pembelian emas besar-besaran oleh bank sentral di berbagai negara, yang masih belum menunjukkan tanda-tanda melambat.

    Goldman Sachs juga melihat utang pemerintah AS sebagai salah satu pemicu utama kenaikan harga emas. Departemen Keuangan AS mencatat utang negara sudah tembus USD36 triliun, dan Kantor Anggaran Kongres (CBO) memperkirakan pembayaran bunga utang ini bakal mencapai USD1 triliun per tahun selama dekade berikutnya. Dengan tambahan tekanan dari inflasi yang masih persisten, banyak investor yang melihat emas sebagai pelindung nilai terbaik buat menghadapi ketidakpastian ekonomi.

    “Kami sebelumnya memprediksi harga emas bisa mencapai USD3.000 pada pertengahan tahun, dan sekarang, baru masuk bulan kedua 2025, kita hampir sampai di angka itu,” kata Duque. “Seperti yang kami bilang tahun lalu, era harga emas di bawah USD2.000 sudah berakhir, dan mungkin tak bakal kita lihat lagi.”

    Prediksi Harga Emas di Musim Panas

    Memprediksi pergerakan harga emas—atau aset investasi apa pun—bukan perkara gampang, bahkan buat analis keuangan kawakan. Tapi, kalau mau dapat gambaran yang lebih jelas, indikator ekonomi bisa jadi petunjuk penting.

    Salah satu yang perlu diperhatikan adalah kebijakan suku bunga Federal Reserve (The Fed). Bank sentral AS ini sudah memberi sinyal bakal memangkas suku bunga secara bertahap di paruh kedua 2025. Menurut data Goldman Sachs, setiap kali suku bunga turun, pembelian ETF emas cenderung meningkat. Kalau harga emas masih dalam tren bullish, bukan tak mungkin ada investor yang nekat pinjam uang buat beli lebih banyak emas atau memperbesar porsi emas dalam portofolio mereka.

    Meski begitu, analis keuangan biasanya mengingatkan supaya investor tak kebablasan menaruh dana di emas. Buat menjaga keseimbangan portofolio, idealnya alokasi emas gak lebih dari 5 sampai 10 persen dari total aset investasi.

    Menurut Ketua Interim Keuangan di Virginia Commonwealth University, Pawan Jain, harga emas diperkirakan masih akan naik sampai pertengahan 2025. Bahkan, dia menyebut emas bisa menembus USD3.200 hingga USD3.300 per troy ons (Rp52,8 juta sampai Rp54,5 juta) kalau tren ini terus berlanjut.

    Dua faktor utama yang mendorong kenaikan harga emas ini adalah:

    1. Aksi beli bank sentral yang masih terus berlangsung dan memperkuat cadangan emas global.
    2. Permintaan investor tetap kuat, baik dari pasar ETF maupun kepemilikan emas fisik, yang terus mencatat arus masuk stabil.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).