KABARBURSA.COM - Harga kopi berjangka meroket, terutama kopi Robusta di London mengalami lonjakan intraday terbesar sejak 2010 karena meningkatnya kekhawatiran akan pasokan dari Vietnam, salah satu produsen utama.
Kopi Robusta mencatat kenaikan sebesar 7 persen sedangkan Arabika juga naik 6 persen. Harga biji Robusta yang digunakan dalam pembuatan kopi instan telah meroket tahun ini karena dampak kekeringan terhadap produksi di Vietnam, yang merupakan salah satu produsen utama, meskipun mulai pulih awal bulan ini karena adanya hujan. Namun, meskipun persediaan mulai meningkat, kemungkinan masih dibutuhkan lebih banyak.
Permintaan yang tinggi untuk biji Robusta juga telah mendorong kenaikan harga. Biasanya, kenaikan harga Robusta akan mendorong penggunaan lebih banyak Arabika sebagai penggantinya, namun, menurut Andrea Illy, ketua perusahaan pemanggang kopi Italia, Illycaffe SpA, hal ini tidak terjadi saat ini.
"Ini merupakan dinamika pasar yang cukup unik. Untuk jenis olahan tertentu, seperti kopi instan, Robusta memiliki peranan yang lebih penting," ujarnya.
Illy mengatakan perubahan iklim telah membuat pasokan kopi kurang dapat diandalkan, menciptakan "dinamika yang tidak stabil" dalam persediaan biji kopi dan harga dasar yang lebih tinggi.
Ekspor Robusta dan Arabika dari Brasil, produsen kopi terbesar dunia, kuat, kata analis Rabobank Guilherme Morya dalam sebuah catatan. Namun, ketidakpastian tentang pasokan Robusta Vietnam telah menarik dana lindung nilai (hedge fund) ke pasar dan mendorong naik harga internasional.
Sementara itu, menurut laporan pada Jumat, 17 Mei 2024 dari Departemen Pertanian Amerika Serikat, panen di Indonesia diperkirakan akan dimulai bulan ini atau bulan berikutnya. Hal ini menandai penundaan besar dari biasanya karena kekeringan yang disebabkan oleh El Nino.
Cuaca yang lebih baik diperkirakan akan mendukung pemulihan produksi musim depan untuk Indonesia, sebagai produsen kopi terbesar keempat di dunia, yang terutama menanam varietas Robusta. Menurut Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia pada Senin, produksi diperkirakan meningkat 14 persen menjadi sekitar 10 juta kantong pada 2024.
Dalam komoditas lunak lainnya, kakao naik sebanyak 3,8 persen, membalikkan kerugian dari awal sesi. Kontrak New York kemarin turun ke harga intraday terendah sejak Maret.
Kontrak berjangka, yang diperdagangkan sekitar USD7.000 per ton, masih naik lebih dari 70 persen tahun ini, meskipun telah turun secara signifikan dari rekor pertengahan April di atas USD11.000 per ton. Perpaduan antara hujan dan matahari membantu tanaman kakao menumbuhkan daun, bunga, dan ceri baru di beberapa bagian Afrika, tempat sebagian besar tanaman ditanam. Namun, pohon juga menarik serangga, sementara petani kekurangan pestisida.
"Pergeseran ke cuaca yang lebih basah selama beberapa bulan terakhir telah meningkatkan prospek produksi mendatang di Afrika Barat, yang menekan harga kakao," kata Hightower Report. Namun ada kekhawatiran bahwa kurangnya penggunaan pupuk dan pestisida akan merusak produksi selama musim 2024 hingga 2025.