KABARBURSA.COM – Harga-harga energi global pada perdagangan Senin, 29 September 2025 menunjukkan pelemahan yang signifikan. Pelemahan ini terjadi seiring dengan respons pasar terhadap berita pasokan dan kebijakan produksi.
Harga minyak mentah dunia turun menjadi sekitar USD65,09 per barel atau turun 0,95 persen. Sementara Brent tertekan ke USD69,54 (-0,84 persen).
Gas alam semakin tertekan, melemah 1,33 persen ke USD3,16 per MMBtu. Sementara untuk batubara naik 1,29 persen ke USD106,40 per ton.
Dilansir dari Reuters, pelemahan minyak sebagian besar dipicu oleh dibukanya kembali ekspor minyak dari Kurdistan, Irak, yang sebelumnya sempat terhenti selama 2,5 tahun.
Eksportir tersebut kini memasok kembali sekitar 180.000–190.000 barel per hari ke Turki, dengan potensi naik hingga 230.000 bpd.
Selain itu, ekspektasi bahwa OPEC+ akan menyetujui peningkatan produksi minimal 137.000 bpd pada pertemuan mendatang semakin memberi tekanan ke harga. Keputusan tersebut dipandang sebagai strategi untuk mempertahankan pangsa pasar dalam kondisi harga yang fluktuatif.
"Kekhawatiran yang berkelanjutan terhadap peningkatan produksi membatasi kenaikan harga, namun prospek jangka pendek yang ketat membuat harga minyak berada dalam tekanan ketat di awal pekan perdagangan," kata Michael McCarthy, CEO platform investor Moomoo Australia dan New Zealand, dikutip dari Reuters, Senin, 29 September 2025.
Sementara itu, dari sisi permintaan, pelaku pasar menunjukkan kehati-hatian karena perlambatan ekonomi global dan konsumsi domestik yang belum stabil masih menjadi bayang-bayang di balik prospek pemulihan.
Dengan kombinasi tekanan pasokan dan keraguan terhadap pemulihan permintaan, pasar energi memasuki rentang harga yang rawan fluktuasi tinggi. Investor kini akan terus memantau keputusan OPEC+, data ekonomi AS, dan kebijakan energi Tiongkok sebagai indikator arah jangka menengah. (*)