KABARBURSA.COM-Pada tahun 2024, pasar logam dasar diperkirakan akan mengalami kenaikan harga yang terbatas, dengan beberapa bahkan mengalami kontraksi. Hal ini disebabkan oleh menurunnya permintaan yang akhirnya meredakan tekanan pada kondisi pasokan kritis yang biasanya mendorong pasar logam menjadi bullish. Menurut jajak pendapat terbaru oleh Reuters, hanya tembaga dan aluminium yang diperkirakan akan mengalami kenaikan harga rata-rata lebih tinggi tahun ini dibandingkan dengan tahun 2023, masing-masing sebesar 2,8 persen dan 2,1 persen.
Sementara tembaga dan aluminium mengalami kenaikan, seng, timbal, dan timah diperkirakan akan mengalami penurunan harga, meskipun dengan angka yang relatif moderat. Nikel, komoditas unggulan Indonesia yang menjadi kebanggaan Jokowi, mengalami penurunan harga paling tajam menurut analis. Meskipun memiliki permintaan tinggi untuk baterai kendaraan listrik, harga nikel anjlok setelah Indonesia membanjiri pasaran dengan produksi nikel yang besar.
Nikel, yang merupakan logam dasar dengan kinerja terlemah tahun lalu, diperkirakan akan mengalami penurunan harga rata-rata sebesar 23 persen lagi tahun ini, menurut median perkiraan para analis.
Meskipun 2024 diprediksi sebagai tahun yang suram, terdapat sedikit optimisme untuk tahun depan dengan beberapa perkiraan bullish untuk beberapa komoditas. Harga nikel LME (cash) mengalami penurunan sebesar 45 persen sepanjang tahun 2023, dan perkiraan median menunjukkan penurunan lebih lanjut sebesar 23 persen di 2024.
Pasokan nikel dari Indonesia yang bercita-cita menjadi pusat logam baterai global diperkirakan akan membanjiri pasar. Prospek suram harga nikel didasarkan pada harapan bahwa pasokan akan melampaui permintaan sebesar 240.500 ton pada tahun ini dan 204.000 ton pada tahun 2025, menciptakan surplus besar di pasar global.
Tantangannya adalah menyeimbangkan kembali pasokan untuk mengatasi surplus tersebut. Meskipun terdapat ekspektasi penurunan harga, tantangan utama adalah kurva biaya yang dinamis dan proteksi pemerintah terhadap produsen nikel berbiaya tinggi. Ini mungkin memakan waktu lama untuk mencapai keseimbangan kembali dalam pasokan.
Seiring dengan pandangan bahwa penurunan harga nikel terbatas, para analis juga setuju bahwa kenaikan yang signifikan tampaknya tidak mungkin terjadi. Proyeksi terendah untuk tahun ini adalah US$15.200 per ton, menurut Macquarie Bank. Dengan surplus nikel yang semakin besar, tanda-tanda kelebihan pasokan mulai merembes dari produk setengah jadi ke logam olahan, menciptakan tantangan lebih lanjut untuk pasar nikel.