KABARBURSA.COM - Harga pangan di tingkat nasional mengalami kenaikan pada hari ini, Kamis, 19 September 2024. Berdasarkan data dari Panel Harga Badan Pangan Nasional (Bapanas), mayoritas harga komoditas meningkat, meskipun ada pengecualian pada harga daging sapi murni dan minyak goreng curah.
Harga daging sapi murni di tingkat pedagang eceran mengalami penurunan sebesar 2,91 persen, menjadi Rp130.950 per kilogram. Begitu juga dengan minyak goreng curah, yang turun 3,74 persen dan kini dipatok pada harga Rp15.710 per liter.
Di sisi lain, kenaikan harga paling terlihat pada beras dan bawang. Harga beras premium naik 1,87 persen menjadi Rp15.810 per kilogram, sementara beras medium naik 1,10 persen menjadi Rp13.730 per kilogram. Untuk beras SPHP, harga tercatat naik 1,35 persen menjadi Rp12.750 per kilogram.
Tidak hanya beras, kenaikan harga juga terjadi pada komoditas bawang. Harga bawang merah mengalami lonjakan hingga 11,89 persen menjadi Rp29.740 per kilogram, sedangkan bawang putih bonggol naik signifikan 6,16 persen menjadi Rp42.250 per kilogram.
Komoditas cabai juga mencatat kenaikan. Harga cabai merah keriting naik 2,43 persen menjadi Rp35.360 per kilogram, sementara cabai rawit merah melonjak 4,58 persen ke level Rp47.030 per kilogram.
Produk unggas pun ikut mengalami kenaikan. Harga daging ayam ras naik 4,26 persen menjadi Rp36.190 per kilogram, dan telur ayam ras meningkat 5,46 persen menjadi Rp29.930 per kilogram. Produk pangan lainnya seperti gula konsumsi, minyak goreng kemasan sederhana, dan jagung di tingkat peternak juga mengalami kenaikan harga.
Harga berbagai jenis ikan seperti ikan kembung, tongkol, dan bandeng juga turut naik. Harga ikan kembung melonjak 8,42 persen menjadi Rp40.940 per kilogram, ikan tongkol naik 8,80 persen menjadi Rp34.870 per kilogram, dan ikan bandeng naik 0,93 persen menjadi Rp33.820 per kilogram.
Kenaikan harga ini mencerminkan dinamika pasar pangan nasional yang terus berfluktuasi, dengan berbagai faktor yang mempengaruhi pasokan dan permintaan di lapangan.
Impor Pangan
Indonesia ternyata masih juara impor. Mengutip dari data Badan Pusat Statistik, 17 September 2024, selama periode Januari hingga Agustus 2024, impor bahan pangan strategis Indonesia menunjukkan peningkatan signifikan, terutama pada komoditas seperti gandum, gula, beras, dan ikan. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan adanya kenaikan impor beberapa komoditas penting ini, meski ada juga yang menunjukkan penurunan dari segi volume.
Impor bahan pangan, yang meliputi gandum, gula, beras, dan ikan, memberikan kontribusi besar terhadap total impor non-migas Indonesia. Deputi Bidang Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini, mengungkapkan bahwa total impor gandum, gula, dan beras menyumbang sekitar 5,07 persen dari keseluruhan impor non-migas Indonesia. Meski ada perbedaan tren di antara komoditas tersebut, ketergantungan Indonesia pada impor bahan pangan terus berlanjut untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Kenaikan Impor Gandum dan Meslin
Gandum dan meslin, yang merupakan bahan dasar penting dalam industri pangan Indonesia, mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Pada periode Januari-Agustus 2024, nilai impor gandum dan meslin naik sebesar 3,84 persen, dari USD2,46 miliar pada tahun sebelumnya menjadi USD2,56 miliar. Volume impor bahkan naik lebih tajam, yakni sebesar 25,35 persen, dari 6,73 juta ton menjadi 8,43 juta ton.
Peningkatan ini menandakan tingginya permintaan bahan baku dalam negeri, terutama untuk industri pangan seperti roti, mie, dan produk-produk berbahan gandum lainnya. Negara-negara pemasok utama gandum Indonesia meliputi Australia dengan volume 2,27 juta ton (USD707,39 juta), Kanada dengan 1,82 juta ton (USD639,71 juta), dan Argentina dengan 1,32 juta ton (USD373,56 juta).
Lonjakan Impor Beras
Komoditas beras, yang menjadi bahan pangan pokok utama di Indonesia, mencatat peningkatan yang signifikan dalam impor. Pada periode Januari-Agustus 2024, volume impor beras mencapai 3,05 juta ton, atau naik 91,85 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 1,59 juta ton. Secara nilai, impor beras melonjak 121,34 persen, dari USD863,62 juta pada Januari-Agustus 2023 menjadi USD1,91 miliar.
Thailand menjadi pemasok terbesar beras untuk Indonesia, dengan volume 1,13 juta ton (USD734,78 juta), diikuti oleh Vietnam dengan 0,87 juta ton (USD542,86 juta), dan Pakistan dengan 0,46 juta ton (USD290,56 juta).
Kenaikan impor beras ini mencerminkan adanya langkah strategis dari pemerintah untuk menjaga stok beras dalam negeri, terutama dalam menghadapi tantangan cuaca dan produksi yang belum stabil.
Volume Impor Gula Turun, Tapi Nilai Meningkat
Berbeda dengan gandum dan beras, impor gula mengalami penurunan dari segi volume meski nilai impornya meningkat. Pada periode Januari-Agustus 2024, volume impor gula turun sebesar 2,58 persen, dari 3,46 juta ton pada tahun sebelumnya menjadi 3,38 juta ton. Namun, nilai impor justru naik sebesar 5,53 persen, dari USD1,89 miliar pada tahun 2023 menjadi USD1,99 miliar di tahun ini.
Brazil menjadi pemasok utama gula dengan volume 1,96 juta ton (USD1,15 miliar), disusul oleh Thailand dengan 0,89 juta ton (USD533,78 juta), dan Australia dengan 0,42 juta ton (USD241,31 juta).
Peningkatan nilai impor meskipun volumenya menurun disebabkan oleh kenaikan harga gula di pasar internasional serta fluktuasi kurs dan biaya transportasi yang turut mempengaruhi harga.
Impor Ikan Indonesia Masih Tinggi
Di tengah upaya pemerintah untuk meningkatkan produksi perikanan domestik, impor ikan Indonesia ternyata masih cukup tinggi. BPS melaporkan bahwa selama Januari-Agustus 2024, impor ikan mencapai USD130,03 juta, meskipun terjadi penurunan signifikan sebesar 40,04 persen dibanding periode yang sama pada tahun 2023 yang sebesar USD216,88 juta.
Dari sisi volume, impor ikan juga turun drastis sebesar 55,63 persen, dari 128,02 ribu ton pada Januari-Agustus 2023 menjadi 56,8 ribu ton pada periode yang sama tahun 2024. Meski demikian, ada peningkatan impor pada bulan Agustus 2024 dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu naik 23,07 persen secara nilai menjadi USD19,23 juta dengan volume 9,7 ribu ton.
Negara-negara pemasok utama ikan ke Indonesia mencakup Norwegia, China, dan Rusia. Meskipun impor ikan mengalami penurunan secara keseluruhan, tren peningkatan pada bulan Agustus menunjukkan masih tingginya ketergantungan terhadap impor untuk jenis-jenis ikan tertentu, terutama yang tidak diproduksi secara besar di dalam negeri.(*)