KABARBURSA.COM - Pengamat ekonomi energi Fahmy Radhi mengatakan, Pertamina mungkin melepas harga jual bahan bakar minyak (BBM) non subsidi sebelum Juni mendatang.
"Karena selama ini kan harga BBM non subsidi itu kan telah ditetapkan berdasarkan harga keekonomian sesuai dengan mekanisme pasar," ujarnya kepada KabarBursa, Minggu, 10 Maret 2024.
Menurutnya, hal tersebut mengacu pada harga minyak dunia. Meski hari ini harga minyak dunia di kisaran 70-80 dolar AS per barel, bukan tidak mungkin mengalami kenaikan hingga menyentuh angka 90 dolar AS per barel.
Jika kondisi itu terjadi, Fahmy menyebut bahwa Pertamina akan mengambil langkah melalui corporate action.
"Kondisi semacam itu biasanya itu Pertamina kemudian mengurangi pasokan maka akan terjadi kelangkaan BBM di beberapa daerah," tuturnya.
Corporate action Pertamina memang tidak terikat pemerintah. Namun Fahmy menyatakan pemerintah bakal ikut terseret akibat adanya ganti rugi menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
"Karena kalau pemerintah ikut cawe-cawe misalnya kemarin menahan harga BBM non subsidi tidak naik maka konsekuensinya pemerintah melalui APBN harus membayar kompensasi kepada Pertamina karena menjual harga di bawah harga keekonomian," ungkapnya.
Oleh karena itu, Fahmy menyimpulkan bahwa kenaikan harga BBM non subsidi yang dilakukan oleh Pertamina akan melindungi dan mengurangi beban kepada APBN. Artinya Pertamina akan bermain kepada mekanisme pasar minyak dunia.
"Jadi Pertamina tidak dirugikan kalau misalkan menahan harga gitu ya, karena kerugiannya akan diganti oleh pemerintah. Penggantian ini kan akan menambah beban gitu karena subsidi akan ditambah kompensasi maka tidak ada urgensi sama sekali bagi pemerintah untuk menahan harga BBM non subsidi karena akan semakin memberatkan," pungkasnya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah menahan kenaikan harga BBM subsidi dan non subsidi hingga Juni.
"Dalam sidang kabinet paripurna diputuskan tidak ada kenaikan listrik, tidak ada kenaikan BBM sampai Juni, baik itu yang subsidi maupun non subsidi," ujarnya beberapa waktu lalu. (ari/prm)