KABARBURSA.COM - Pedagang telur ayam di Pasar Tradisonal Palmerah, Jakarta Pusat mengaku penjualannya mengalami penurunan setelah harga melambung tinggi.
Hal tersebut diungkapkan langsung oleh Gani, salah satu pedagang. Dia menuturkan naiknya harga telur ayam dalam satu bulan terakhir cukup berdampak.
"Kenaikan harga pengaruh mas, (daya beli pelanggan) berkurang itu pasti," kata Gani di Pasar Palmerah, Rabu 28 Februari 2024.
Gani menjelaskan semenjak naiknya harga, para pelanggannya mengurangi pembelian telur. Dia pun merasa prihatin melihat fenomena ini.
"Misal, biasanya pelanggan beli telur 5 kilogram, sekarang jadi 3 kilogram. Bahkan ada pembeli waktu itu, naik seribu saja dia dikomplain," ucap dia.
Menurut Gani dengan melonjaknya harga telur, otomatis dia juga harus menaikki harga dagangannya. Hal ini dilakukan agar dirinya tidak rugi.
"Kalau pedagang itu ga naikin harga, otomatis keuntungannya ga ada. Ibarat untung sehari Rp 100 ribu, kepotong kenaikan itu jadi ga untung. Mau ga mau harus bertahan sampai harga telur normal, " tutur Gani.
Gani pun berharap agar harga telur ayam kembali normal seperti sediakala.
"Saya sebagai pedagang berharap harga kembali stabil. Jadi pembeli tidak mengeluh tentang harga ini," harap dia.
Sebelumnya diberitakan, harga telur ayam di Pasar Tradisional Palmerah, Jakarta Pusat melonjak tinggi dalam satu bulan terakhir. Bahkan untuk per kilogramnya mencapai Rp 32 ribu.
Gani, mengatakan harga telur naik secara bertahap selama satu bulan terakhir. Dia menyebut harga normal telur ayam berkisar antara Rp 25 ribu sampai Rp 26 ribu per kilogram. Namun saat ini, dia harus menjual seharga Rp 32 ribu per kilogram.
"Harga normalnya itu sekitar 25-26 ribu per kilogram. Naiknya bertahap, mulai dari 26 ribu sampai sekarang 32 ribu per kilo selama satu bulan, " ucap Gani. (yog/prm)