KABARBURSA.COM - Akhir pekan ini, Harga emas Antam di Butik Logam Mulia Semarang, ( Sabtu, 15 Juni 2024) kembali alami kenaikan nilai. Kini nilai emas berada di level Rp1.347.000/gram.
Sebelumnya, berdasarkan informasi resmi dari Logam Mulia, harga emas di Semarang pada 14 Juni 2024 berada di nilai Rp 1.333.000/gram. Lalu pada perubahan terakhir, per 15 Juni 2024 pukul 08.11 WIB harga emas merangkak naik sebesar Rp 14.000.
Sementara itu, ini daftar harga emas Antam yang dijual di Butik Emas Logam Mulia Semarang berdasarkan update terakhir.
0,5 gr= Rp 723,500
1 gr= Rp 1,347,000
2 gr= Rp 2,634,000
3 gr= Rp 3,926,000
5 gr= Rp 6,510,000
10 gr= Rp 12,965,000
25 gr= Rp 32,287,000
50 gr= Rp 64,495,000
100 gr= Rp 128,912,000
Sebagai catatan bahwa harga yang tertera di atas merupakan harga yang belum dikenai pajak PPh sebesar 0,25 persen dari harga emas.
Sebagai informasi, Daftar harga emas Antam di Semarang dikutip dari Butik Emas Logam Mulia berlokasi di blok A7 DP Mall, Jl. Pemuda No. 150 Kota Semarang.
Kenaikan Minggu Pertama
Harga emas naik lebih dari 1 persen pada hari Jumat dan berada di jalur kenaikan mingguan pertama dalam empat minggu terakhir, dipicu oleh tanda-tanda melambatnya inflasi di AS yang meningkatkan harapan penurunan suku bunga pada akhir tahun ini, serta aksi jual saham di Eropa yang memberikan dukungan tambahan.
Pada Jumat 14 Juni 2024, harga emas spot ditutup menguat 1,3 persen ke level US$ 2.333,04 per ons troi, dengan kenaikan mingguan sebesar 1,7 persen. Sementara itu, harga emas berjangka untuk kontrak pengiriman Agustus 2024 juga ditutup menguat 1,3 persen ke US$ 2.349,1 per ons troi, dengan kenaikan mingguan sebesar 1 persen.
Penurunan indeks saham Eropa terjadi akibat gejolak politik di Prancis, sedangkan di Wall Street, investor bersikap hati-hati setelah kenaikan kuat pada indeks S&P 500 dan Nasdaq.
Menurut Bart Melek, Kepala Strategi Komoditas di TD Securities, kombinasi dari melemahnya ekuitas dan beberapa penurunan suku bunga yang tercermin dalam harga dana berjangka Fed, telah menghidupkan kembali minat terhadap emas, meskipun Federal Reserve telah mengubah proyeksi suku bunganya pada pertemuan FOMC terakhir.
Para pelaku pasar memperkirakan pemotongan suku bunga sekitar 52 basis poin (bps) pada akhir Desember, meningkat dari 37 bps pada Jumat sebelumnya, setelah data inflasi yang lebih lemah dari yang diperkirakan minggu ini. Suku bunga yang lebih rendah meningkatkan daya tarik emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding) karena menjadikannya investasi yang lebih menarik dibandingkan dengan aset lain seperti obligasi Treasury.
Data minggu ini menunjukkan harga konsumen tidak berubah pada bulan Mei untuk pertama kalinya dalam hampir dua tahun, sementara harga produsen secara tak terduga turun. Namun, median "dot plot" Federal Reserve yang dirilis setelah pertemuan kebijakan dua hari - yang mempertahankan suku bunga tetap stabil - menunjukkan para pembuat kebijakan memproyeksikan penurunan hanya seperempat poin.
Melek menambahkan bahwa meskipun ada harapan akan penurunan suku bunga, pasar mungkin akan melihat penurunan harga emas di bawah US$ 2.300 dalam waktu dekat karena pasar terus menilai kembali proyeksi suku bunga tersebut.
Harga Melonjak
Menurut analis Citi, harga emas diperkirakan akan mengalami lonjakan hingga USD3.000 dalam 12 bulan mendatang. Ini didorong oleh kombinasi permintaan fisik yang kuat, pembelian oleh bank sentral, dan faktor makroekonomi yang mendukung prospek bullish untuk logam mulia ini.
“Jalur harga emas tidak mungkin linier, tetapi harga rata-rata akan cenderung lebih tinggi pada 2H’24 dan 2025,” tulis analis Citi dalam sebuah catatan.
Mereka juga memperkirakan bahwa pasar akan bertahan di atas kisaran USD2.000-2.200 per ons dan secara teratur menguji rekor tertinggi nominal hingga akhir 2024, sebelum mengalami lonjakan menjadi USD3.000 pada 2025.
Beberapa faktor kunci mendukung prospek bullish ini. Pertama, kecenderungan risiko asimetris pasar telah menunjukkan ketahanan, dengan harga emas naik ke USD2.400 per ons meskipun dolar AS menguat, suku bunga tinggi, dan pasar ekuitas yang kuat.
“Dalam konteks 6-12 bulan, Citi melihat risiko condong ke arah pertumbuhan yang lebih lemah dan imbal hasil yang lebih rendah. Ketidakpastian pemilu AS dan potensi ‘red sweep’ kemungkinan akan membengkakkan defisit fiskal dan meningkatkan premia jangka panjang, meningkatkan permintaan emas spekulasi untuk alternatif fiat,” lanjut catatan tersebut.
Prospek kenaikan suku bunga juga mendukung perkiraan optimis ini. Siklus pelonggaran dari Federal Reserve, dikombinasikan dengan reli di pasar Treasury, diperkirakan akan menjadi faktor bullish yang signifikan untuk emas. Ekonom Citi memperkirakan resesi AS akan terjadi pada paruh kedua tahun 2024, yang dapat mendorong imbal hasil yang lebih rendah dan harga emas yang lebih tinggi.
Selain itu, permintaan emas dari sektor resmi tetap kuat. Bank-bank sentral negara berkembang, khususnya, telah menjadi pembeli emas yang signifikan, sebuah tren yang diperkirakan akan terus berlanjut.
Citi juga menunjukkan permintaan ritel yang kuat dari Tiongkok, mencatat bahwa konsumen Tiongkok telah mengumpulkan emas dengan harga yang sangat tinggi.
Beralih ke logam mulia lainnya, Citi juga memiliki perkiraan bullish untuk perak dan tembaga. Mereka memproyeksikan harga perak akan naik menuju USD38 per ons selama tahun depan, didorong oleh permintaan industri yang kuat, terutama dari sektor solar PV dan kendaraan listrik.
Untuk tembaga, para analis mengantisipasi harga tertinggi baru sepanjang masa sebesar USD12.000 per ton pada pergantian tahun, didukung oleh inisiatif transisi energi RRT dan stimulus terkait jaringan listrik yang diharapkan. (byu/prm)