KABARBURSA.COM - PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) resmi memutuskan pembagian dividen besar tahun ini, dengan nilai Rp69,3 per saham atau dengan total sekitar Rp8,06 triliun.
Keputusan tersebut diambil dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) HMSP yang berlangsung di Jakarta, Selasa, 23 April 2024.
Berikut jadwal lengkap pembagian dividen HMSP:
Pasar Reguler dan Pasar Negosiasi:
- Cum Dividen: 2 Mei 2024.
- Ex Dividen: 3 Mei 2024.
Pasar Tunai:
- Cum Dividen: 6 Mei 2024.
- Ex Dividen: 7 Mei 2024
Recording Date: 6 Mei 2024.
Pembayaran Dividen: 17 Mei 2024.
Selain itu, dalam RUPST tersebut HMSP mengumumkan hasil kinerja tahun 2023, dengan pertumbuhan laba bersih sebesar 28,0 persen dibandingkan tahun 2022, yang mencapai Rp8,1 triliun, serta mempertahankan kepemimpinan di industri tembakau Indonesia dengan pangsa pasar sebesar 28,6 persen dan volume keseluruhan sebesar 83,4 miliar batang berkat portofolio yang kuat di seluruh segmen, terutama pertumbuhan segmen Sigaret Kretek Tangan (SKT) yang padat karya.
"Tahun 2023 menandai tahun kembalinya pertumbuhan profitabilitas yang kuat bagi Sampoerna, dengan pencapaian penting dalam pengembangan produk bebas asap berdasarkan pembuktian ilmiah, meningkatkan investasi dan lapangan kerja di Indonesia, serta menghasilkan efek berganda yang kuat, sejalan dengan prioritas negara untuk meningkatkan hilirisasi,” ungkap Presiden Direktur Sampoerna Vassilis Gkatzelis, pada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan, Selasa, 23 April 2024.
Saat ini, industri tembakau masih menghadapi tantangan-tantangan, utamanya dengan kenaikan tarif cukai dua digit yang signifikan di atas tingkat inflasi, kesenjangan cukai yang semakin besar antara segmen Volume Golongan 1 dan segmen Di Bawah Volume Golongan 1 yang dikenakan cukai lebih rendah, serta meningkatnya peredaran rokok ilegal.
Secara keseluruhan, volume industri rokok nasional mengalami penurunan sebesar 4 persen dibandingkan 2022.
Meskipun dalam kondisi yang penuh tantangan, penjualan bersih Sampoerna meningkat sebesar 4,3 persen menjadi Rp116,0 triliun, meskipun profitabilitas masih jauh di bawah tingkat sebelum pandemi.
Sementara itu, kinerja segmen SKT menunjukan tanda pemulihan dengan pangsa pasar 28 persen pada tahun 2023 setelah mengalami tren penurunan pangsa pasar berkelanjutan dari 37 persen pada 2006 menjadi 17 persen pada tahun 2019.
Hal ini didukung oleh kebijakan Pemerintah terkait cukai produk tembakau yang mempertimbangkan penyerapan tenaga kerja serta tembakau dan cengkih dari petani lokal.
Seiring dengan hal tersebut, Sampoerna menambah fasilitas produksi SKT dan Mitra Produksi Sigaret (MPS) pada awal tahun 2024 yang berdampak langsung pada penyerapan puluhan ribu tenaga kerja baru. Dengan penambahan tersebut, total tenaga kerja Sampoerna secara langsung dan tidak langsung menjadi lebih dari 90.000 orang.
“Memasuki 111 tahun Sampoerna berkiprah di Indonesia, kami terus konsisten berupaya berperan aktif dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional melalui investasi jangka panjang, menciptakan nilai ekonomi di seluruh mata rantai industri, dan penyerapan tenaga kerja yang diharapkan dapat berkontribusi terhadap penciptaan efek berganda di Indonesia,” tutur Vassilis.