KABARBURSA.COM - GDH 559, rumah produksi Thailand yang terkenal, kembali menghadirkan film yang penuh emosi. "How To Make Millions Before Grandma Dies" adalah judulnya, yang menyuguhkan drama keluarga dengan nuansa khas Asia.
Di tengah deretan film yang tengah tayang di bioskop, film ini menjadi alternatif bagi yang sudah bosan dengan drama horor lokal atau produksi Hollywood. Film ini berhasil menangkap kondisi sosial yang tidak hanya dirasakan oleh masyarakat Thailand, tetapi juga oleh masyarakat Asia lainnya.
Cerita film ini tidak hanya tentang susahnya generasi muda mencari pekerjaan, tanggung jawab merawat keluarga lansia, atau perebutan harta warisan. Melainkan, film ini juga menyoroti ambisi seorang pemuda bernama M, yang ingin mencapai kesuksesan meski dari latar belakang yang tidak mendukung.
Pertama kali hal yang terlintas ketika kita membaca judul film dan melihat posternya, mungkin kita akan berasumsi bahwa film ini akan mengisahkan cerita sedih sang cucu yang mengumpulkan uang sebelum neneknya yang sakit akhirnya meninggal.
Jika kamu punya asumsi serupa, buang jauh-jauh asumsi tersebut, karena film ini tidak mengisahkan cerita yang mudah ditebak semacam itu.
Film ini mengisahkan tentang seorang pemuda bernama M (Putthipong Assaratanakul) yang merasa kesulitan meraih kesuksesan melalui jalur umumnya, menempuh pendidikan lalu mencari pekerjaan yang dapat menghasilkan banyak uang. M bukan terlahir dari keluarga kaya, ia merasa tidak punya akses untuk menjadi sukses.
Namun, ia punya rencana sendiri untuk menjadi sukses. Melihat sepupunya, Mui (Tontawan Tantivejakul) yang mendapat warisan rumah karena mengurusi kakek mereka sampai ajal menjemput, M pun bercita-cita menjadi perawat untuk anggota keluarga yang sudah lansia.
Pas sekali, neneknya, Amah (Usha Seamkhum), tengah didiagnosa mengidap suatu penyakit. Ia pun berniat menjadi perawat penuh waktu bagi Amah, tinggal bersamanya dan membantu segala keperluannya. Harapannya hanya satu: Amah akan mewariskan rumah padanya.
Namun, tentu saja, tidak akan mudah bagi M untuk mendapatkan keinginannya itu.
Film How To Make Millions Before Grandma Dies dikemas dengan sangat apik. Adengan demi adengan terasa sangat relevan dengan warga perkotaan, di mana para lansia biasanya hidup sendiri di rumah tua, kesepian di tinggal anak-anaknya, sementara generasi muda sibuk dengan ponselnya.
Jalinan kisah Amah dan M sebagian besar berlatarkan rumah sederhana milik Amah, yang hanyalah seorang penjual congee, camilan khas Thailand. Tidak ada adegan rumah mewah - yang ada malah rumah tua dengan terkesan sumpek, penuh barang, namun dari rumah inilah hubungan hangat nenek dan cucu dapat tercipta.
Melalui satu persatu konflik yang disajikan, How To Make Millions Before Grandma Dies berhasil merefleksikan realita kehidupan perkotaan modern: bahwa era yang serba canggih dan cepat tidak serta merta menjadikan mereka yang berusia produktif, milenial dan Gen Z, memiliki kualitas hidup yang lebih baik dibandingkan dengan generasi yang lebih tua.
Film arahan sutradara Pat Boonnitipat ini juga piawai mengungkapkan bahwa merawat lansia secara penuh waktu, bagi generasi muda, bukanlah hal yang mudah, karena keterbatasan waktu dan sumber daya.
Selain itu, film ini dengan cerdik menampilkan bagaimana para lansia sulit mengakses jaminan perawatan kesehatan milik pemerintah.
Berbagai kondisi tersebut tidak hanya terjadi di Thailand, namun juga terasa nyata di Indonesia.
Dengan begitu banyaknya isu sosial yang relevan dan kondisi di Indonesia, tidak mengherankan jika film ini mendapat respon positif di masyarakat. How To Make Millions Before Grandma Dies sedang tayang di bioskop-bioskop kesayangan Anda sejak 15 Mei 2024.