Logo
>

HRTA Lakukan Pelunasan Obligasi Rp600 Miliar

Ditulis oleh Pramirvan Datu
HRTA Lakukan Pelunasan Obligasi Rp600 Miliar

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) telah berhasil menyelesaikan pembayaran pokok dan bunga terakhir dari Obligasi Berkelanjutan I Hartadinata Abadi Tahap I Tahun 2019.

    Corporate Secretary HRTA, Ong Deny, mengungkapkan bahwa perseroan, melalui PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), telah melakukan pelunasan pokok dan bunga obligasi tersebut. Pelunasan ini dilakukan melalui sistem C-BEST, yang mentransfer dana ke sub-rekening pemegang rekening KSEI. Seperti dalam keterangan di Jakarta, Senin 23 Desember 2024.

    Obligasi yang telah dilunasi tersebut tercatat dengan kode HRTA01CN1, dengan total pokok sebesar Rp600 miliar dan bunga senilai Rp16,5 miliar, dengan tingkat bunga sebesar 11 persen per tahun, serta masa tenor lima tahun. Obligasi ini jatuh tempo pada 19 Desember 2024.

    Dengan pelunasan tersebut, sejak 20 Desember 2024, obligasi ini tidak lagi tercatat di Bursa Efek Indonesia dan tidak dapat diperdagangkan lagi.

    Catatan Laba Bersih

    PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) membidik pendapatan di tahun 2024 sebesar Rp18 tirliun. Sementara untuk laba bersih, HRTA menargetkan sebesar Rp410 miliar sepanjang tahun 2024.

    Adapun di semester I tahun 2024, HRTA sendiri membukukan laba bersih sebesar Rp205,63 miliar atau naik 10,83 persen dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar Rp185,53 miliar.

    “Target top line perusahaan tahun ini sebesar Rp18 triliun dengan bottom line sebesar Rp410 miliar,” ungkap Direktur Keuangan HRTA, Ong Deny dalam Public Expose, Jum’at, 30 Agustus 2024.

    Dari sisi penjualan, Deny menuturkan terdapat perbedaan angka pendapatan dari masin-masing segmen penjualan perhiasan. Dia menyebut, emas batangan lebih mendominasi penjualan perhiasan HRTA.

    “Tahun ini perbandingan antara penjualan emas batangan itu 62 persen kira-kira. Untuk ekspor sebesar 18 persen dan untuk perhiasan pasar domestik sebesar 20 persen,” jelasnya.

    Di sisi lain, Deny juga tidak menutup kemungkinan Perseroan akan menambah porsi hutangnya hingga akhir 2024. Hal tersebut berkaitan dengan upaya peningkatan volume penjualan di segmen logam mulia dan kinerja ekspor.

    “Rencana kami untuk tetap meningkatkan volume penjualan khususnya dari sisi logam mulia dan juga mengekspor yang mana memang modal kerja yang dibutuhkan untuk keperluan tersebut masih tinggi. Jadi dalam waktu dekat ini kemungkinannya memang kami masih akan menambah porsi hutang,” ungkapnya.

    Dalam kesempatan yang sama, CEO HRTA, Sandra Sunanto menuturkan, Perseroan tengah melakukan inovasi tidak hanya pada produk yang dihasilkan, melainkan juga pada metode kerja, proses produksi hingga pelayanan.

    Sandra menyebut, inovasi yang dilakukan HRTA saat ini untuk meningkatkan margin laba Perseroan ke depan. Selain itu, dia juga mengungkap HRTA tengah meningkatkan dan memperluas cakupannya di pasar domestik.

    ”Dari sisi operasional perusahaan terutama untuk kita dapat meningkatkan margin dan salah satunya strategi yang bagi kami cukup efektif meningkatkan margin adalah memperluas dan memperluas pasar ritel domestik kami di Indonesia,” ungkapnya.

    Cakupan Pasar Domestik

    Dalam rangka memperluas cakupan di pasar domestik, tutur Sandra, HRTA sendiri berencana melanjutkan ekspansinya tahun ini dengan menargetkan 100 gerai dari 85 gerai yang resmi dibuka pada 2023.

    Sandra juga mengungkap pembelian perhiasan, khususnya emas, saat ini telah kembali menemukan geliatnya. Pasalnya, pada masa pandemi Covid-19 geliat pasar perhiasan mengalami penurunan terhitung sejak tahun 2020 hingga 2023.

    “Kita melihat pada saat situasi pandemi di mana masyarakat memang sangat terbatas mobilitasnya. Konsumsi pada perhiasan mereka anggap sebagai sesuatu yang memang tidak terlalu diperlukan pada saat itu,” jelasnya.

    Kendati demikian, prospek bisnis emas batangan masih tetap stabil lantaran konsumen melihatnya sebagai investasi yang tahan terhadap resesi dan kondisi ekonomi yang tidak menentu. “Masyarakat Indonesia mulai mengalihkan konsumsi produk emasnya dari perhiasan ke produksi emas batangan karena melihat dari sisi investasi,” ungkapnya.

    Lebih jauh, Sandra mengungkap, perseroan tengah fokus melakukan re-branding dan terus berinovasi untuk mendongkrak konsumsi emas dan perhiasan di pasar domestik. Apalagi, kata dia, minat pasar terhadap emas dan perhiasan kembali menggeliat paska Covid-19.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Pramirvan Datu

    Pram panggilan akrabnya, jurnalis sudah terverifikasi dewan pers. Mengawali karirnya sejak tahun 2012 silam. Berkecimpung pewarta keuangan, perbankan, ekonomi makro dan mikro serta pasar modal.