KABARBURSA.COM - PT Intan Baru Prana Tbk (IBFN), perusahaan yang bergerak di sektor perdagangan alat pengangkutan komersial dan rental alat berat mencatat lonjakan pendapatan yang sangat signifikan.
Menilik data perdagangan sahamnya, memang ada kenaikan harga selama tiga bulan terakhir menunjukkan lonjakan signifikan. Harga saham IBFN saat ini tercatat berada di level 51, meningkat dari sebelumnya hanya 17. Grafik pergerakan juga menunjukkan rentang harga pada tiga bulan terakhir yang sempat menyentuh level tertinggi 90.
Perseroan melaporkan pendapatan sebesar Rp143,79 miliar per September 2025, melesat sekitar 807 persen dibandingkan periode yang sama pada 2024 yang sebesar Rp15,85 miliar. Lonjakan ini menjadi indikator kuat bahwa diversifikasi bisnis yang dijalankan sejak 2023 mulai menunjukkan hasil nyata.
Direktur Utama PT Intan Baru Prana Tbk, Petrus Halim, menjelaskan bahwa pertumbuhan perusahaan ditopang oleh peningkatan produktivitas armada serta langkah efisiensi operasional yang didorong secara konsisten. Ia menyebut bahwa selektivitas dalam proyek rental alat berat menjadi kunci menjaga kinerja tetap solid. “Saat ini Perseroan terus mengembangkan kerja sama di bidang rental alat berat,” ujar Petrus dalam sesi Public Expose secara daring di Jakarta, dikutip Selasa, 18 November 2025.
Petrus membeberkan sepanjang tahun ini, perusahaan memperluas kemitraan dengan beberapa pemain besar di industri tambang dan jasa pertambangan, termasuk PT Darma Henwa Tbk, PT Mitra Stania Prima, dan PT Petrosea Tbk. Kolaborasi tersebut membuka jalan bagi ekspansi bisnis Perseroan di sejumlah lokasi tambang strategis.
Di Site Mapur, Bangka Belitung, Perseroan mengoperasikan 6 unit Articulated Dump Truck XCMG dan 2 unit Excavator LiuGong untuk mendukung aktivitas pertambangan timah. Di Site Kintap, Banjarmasin, sebanyak 45 unit DW90AT dan DW105AT LiuGong disewa oleh PT Darma Henwa untuk operasional pertambangan batubara. Di Site Rante Bala, Sulawesi Selatan, Perseroan menyewakan 12 unit XDA45 XCMG untuk mendukung proyek tambang emas bersama PT Petrosea.
Selain memperluas sebaran alat berat, perusahaan memperkuat layanan purna jual termasuk konsultasi lapangan, dukungan teknis, dan solusi operasional yang relevan bagi pelanggan. Pendekatan ini menjadi strategi mempertahankan loyalitas klien sekaligus menjaga utilisasi unit tetap optimal.
Namun demikian, Perseroan tak menutup mata terhadap tantangan yang mengiringi laju ekspansi. Persaingan ketat dengan pemain besar yang telah memiliki armada lebih lengkap menjadi salah satu hambatan utama. Selain itu, biaya operasional tinggi, mulai dari perawatan unit hingga mobilisasi alat antar proyek, perlu dikelola secara ketat agar margin tetap terjaga.
Belum lagi ketersediaan tenaga ahli seperti operator dan teknisi bersertifikat yang masih terbatas di beberapa wilayah. Risiko kerusakan unit dan potensi keterlambatan pembayaran dari pelanggan juga menjadi catatan penting yang dapat mempengaruhi arus kas Perseroan. Meski begitu, Perseroan tetap optimistis dengan melihat momentum pertumbuhan proyek infrastruktur nasional seperti pembangunan jalan, jembatan, dan bendungan yang diperkirakan mendorong permintaan alat berat. Selain itu, kenaikan aktivitas pertambangan di Kalimantan serta sektor perkebunan dan agribisnis turut membuka peluang bisnis yang besar.
Tren sewa dibanding beli yang kian dominan di kalangan kontraktor dan developer juga memberikan sinyal positif bagi keberlanjutan bisnis perusahaan. Apalagi dengan berkembangnya platform digital untuk marketplace penyewaan alat berat, peluang Perseroan mengakses pasar yang lebih luas semakin besar.
Dalam kesempatan yang sama, Perseroan memaparkan sejumlah aktivitas operasional dan CSR yang dilakukan sepanjang 2025, di antaranya santunan anak yatim pada Maret, penyerahan hewan kurban saat Idul Adha, perayaan HUT RI bersama INTA Grup, serta kegiatan donor darah bekerja sama dengan PMI Jakarta Utara. Deretan kegiatan tersebut menunjukkan komitmen perusahaan tidak hanya pada kinerja finansial tetapi juga kontribusi sosial bagi masyarakat.
Secara struktur kepemilikan, PT Intraco Penta Tbk masih menjadi pemegang saham mayoritas dengan porsi 55,07 persen hingga 30 September 2025, disusul PT Inta Trading sebesar 17,23 persen, Ferry Sudjono sebesar 6,64 persen, dan masyarakat sebesar 21,06 persen. Sebagai bagian dari INTA Grup yang telah lebih dari lima dekade berpengalaman di industri alat berat, Perseroan menilai sinergi grup menjadi penguat daya saing di tengah pasar yang terus berkembang.
Meski membukukan rugi berjalan sebesar Rp77,89 miliar per September 2025, meningkat dibandingkan rugi Rp30,63 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya, perusahaan optimistis perbaikan kinerja akan berlanjut seiring realisasi proyek rental, penguatan manajemen risiko, serta optimalisasi armada.
Dengan fokus pada kemitraan strategis, efisiensi operasional, serta penetrasi ke sektor tambang dan infrastruktur, PT Intan Baru Prana Tbk menargetkan peningkatan kinerja yang lebih stabil pada 2026. Perseroan menilai bahwa peluang pertumbuhan masih terbuka lebar, terutama pada proyek-proyek jangka panjang yang membutuhkan dukungan alat berat secara berkelanjutan.(*)