Logo
>

IDXEnergy Terus Menguat Hingga 7,13 Persen, Lampaui IHSG

Ditulis oleh Yunila Wati
IDXEnergy Terus Menguat Hingga 7,13 Persen, Lampaui IHSG

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Indeks saham sektor energi yang tergabung dalam IDXEnergy terus mencatatkan penguatan sebesar 7,13 persen sejak awal tahun. Penguatan ini jauh melampaui kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang justru melemah 6,07 persen sepanjang tahun berjalan (YtD). Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) per 13 Juni 2024, dari total 44 indeks, hanya ada empat indeks yang mencatatkan kinerja positif. Sementara sisanya, termasuk IHSG, berada di zona merah.

    Keempat indeks yang mencatatkan kinerja positif tersebut adalah:

    1. Indeks Papan Akselerasi (Acceleration Board)
    2. IDXEnergy
    3. IDX Sector Basic Materials
    4. IDX Sector Healthcare

    Chief Economist of BCA Group David Sumual, menyampaikan bahwa pelemahan IHSG tak lepas dari langkah investor asing yang cenderung melakukan aksi jual saham di Indonesia dalam beberapa waktu belakangan. "Hal ini merupakan strategi pemindahan dana investor tersebut ke negara lain dengan valuasi yang lebih menarik," ujar David.

    Pelemahan IHSG ini mencerminkan sentimen negatif yang terjadi di pasar saham Indonesia, meskipun beberapa sektor masih menunjukkan performa yang kuat, seperti sektor energi. Penguatan di sektor energi dapat dikaitkan dengan berbagai faktor termasuk kenaikan harga komoditas energi global dan prospek positif di sektor tersebut.

    Meskipun IHSG mengalami tekanan, penguatan beberapa indeks sektoral menunjukkan adanya peluang investasi di sektor-sektor tertentu. Investor diharapkan dapat lebih selektif dalam memilih sektor untuk berinvestasi, dengan mempertimbangkan kondisi makroekonomi dan sentimen pasar global yang mempengaruhi aliran dana investasi.

    Dengan demikian, meski IHSG berada di zona merah, sektor energi dan beberapa sektor lainnya tetap menawarkan potensi keuntungan bagi investor yang jeli melihat peluang di tengah kondisi pasar yang bergejolak.

    "Misalnya ke China yang valuasinya dianggap sudah atraktif, setelah sell off tahun sebelumnya. Bursa India juga yang bobot MSCI-nya juga merangkak naik, apalagi Pemilunya juga relatif sukses," paparnya.

    Senada dengan David, Head of Research NH Korindo Sekuritas Indonesia, Liza Camelia Suryanata, mengatakan bahwa saat ini asing secara konsisten mencatatkan jual bersih yang membuat IHSG sulit rebound lebih tinggi dalam waktu dekat.

    "Sentimen market regional yaitu data CPI AS yang lebih rendah tidak dapat menopang rebound IHSG," ujar Liza.

    Dia juga menyoroti bahwa kiblat pasar saat ini cenderung ke Amerika Serikat, terutama terkait dengan kebijakan moneter The Fed yang masih bernarasi hawkish. Selain itu, pasar saham Indonesia kehilangan daya tariknya karena investor asing meragukan ketahanan fiskal Indonesia. Di sisi lain, IHSG semakin tertekan oleh kebijakan Full Call Auction (FCA).

    "IHSG dihadapkan dengan batu sandungan FCA yang dikenakan kepada saham indeks mover berkapitalisasi besar seperti PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN). Pasar khawatir dengan masalah likuiditas atas saham BREN, sehingga pergerakannya menjadi sangat volatil belakangan ini dan membuat IHSG menjadi roller coaster," jelas Liza.

    Liza juga menambahkan bahwa sektor lain yang lebih stabil seperti finansial atau saham blue chip lainnya belum memiliki katalis yang cukup kuat untuk menopang IHSG. Secara teknikal, dia menyebut belum begitu yakin IHSG menemukan supportnya di sekitar posisi saat ini meski terdapat potensi pelemahan terbatas atau limited downside potential di area 6.800-6.750 berkat indikator RSI positive divergence.

    "Artinya, walau IHSG terus membuat new low belakangan ini, sepertinya buying momentum mulai picking-up," pungkasnya.

    Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Adityo Nugroho, menjelaskan bahwa salah satu pendorong utama penguatan indeks sektoral energi adalah pelemahan nilai tukar rupiah.

    "Pelemahan rupiah berimbas positif terhadap sektor energi yang mencatatkan pendapatannya dalam dolar AS. Selain itu, pelemahan rupiah juga memberikan dampak positif bagi emiten batu bara yang sebagian besar pasarnya adalah ekspor," ujar Adityo.

    Faktor kedua yang mendorong penguatan indeks energi adalah stabilnya harga komoditas energi menjelang akhir kuartal II/2024. Hal ini memberikan peluang bagi emiten-emiten di sektor energi untuk mempertahankan kinerja mereka. "Paling tidak seperti di kuartal I/2024 lalu. Ini menjadi katalis positif di tengah kondisi makro yang cenderung mulai melambat," kata dia.

    Adityo melanjutkan bahwa Mirae Asset Sekuritas masih memberikan pandangan netral untuk sektor energi, meskipun terdapat peluang kenaikan permintaan batu bara akibat perubahan kondisi cuaca yang mendorong peningkatan permintaan energi listrik di Asia Tenggara. Untuk sektor ini, Mirae Asset Sekuritas memilih saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) sebagai top picks karena berpotensi mempertahankan angka penjualan yang solid untuk kuartal II/2024.

    Sebagai informasi, posisi penguatan IDXEnergy ini berbanding terbalik dengan penutupan perdagangan pada akhir tahun 2023. Saat itu, indeks sektoral energi mengalami pelemahan terdalam sebesar 7,84 persen sepanjang 2023. Namun, kondisi ini berubah drastis pada tahun 2024, di mana sektor energi menunjukkan kinerja yang sangat baik di tengah melemahnya IHSG.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79